Print this page

Kemuliaan Tuhan

  • Refleksi Minggu Prapaskah II – 17 Maret 2019
Author | Minggu, 17 Maret 2019 16:45 | Dibaca : : 2859
Rate this item
(0 votes)
Kemuliaan Tuhan Foto: dok pribadi 2015

Bacaan Injil : Lukas 9: 28b-36

Pada hari Minggu Prapaskah yang kedua, kita bergerak dari retret Yesus di padang gurun dan godaan oleh iblis ke kemuliaan yang ditunjukkan dalam Transfigurasi Yesus. Pada hari Minggu pertama Prapaskah, Injil selalu menceritakan kisah pencobaan Yesus di padang gurun. Pada hari Minggu kedua, kita selalu mendengar kisah Transfigurasi Yesus.

Laporan Transfigurasi Yesus ditemukan dalam masing-masing Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas). Konteks untuk cerita Transfigurasi Lukas mirip dengan yang ditemukan dalam Matius dan Markus. Transfigurasi terjadi setelah pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias (Lukas 9:18-21) dan ramalan Yesus tentang penderitaan-Nya (Lukas 9: 22-27). Setelah ramalan itu ada diskusi tentang harga pemuridan di masing-masing Injil ini. Penempatan cerita Transfigurasi yang dekat dengan pengakuan Petrus dan ramalan Yesus tentang penderitaan-Nya mendorong kita untuk merefleksikan Transfigurasi dalam konteks yang lebih besar dari Misteri Paskah.

Transfigurasi terjadi di gunung di hadapan hanya tiga murid Yesus yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes. Ketiganya adalah di antara murid-murid pertama yang dipanggil Yesus menurut catatan Injil Lukas. Injil Lukas melukiskan bahwa transfigurasi terjadi pada saat Yesus sedang berdoa. “Ketika sedang berdoa, wajah Yesus berubah, dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.” Lukas menunjukkan bahwa ketiga murid itu sedang tidur ketika Yesus berdoa. Mereka akan tidur lagi ketika Yesus berdoa di Taman Getsemani sebelum penderitaan dan kematian-Nya.

Ketika ketiga murid itu bangun, mereka menyaksikan Transfigurasi Yesus dan melihat Elia dan Musa sedang berbicara dengan Yesus. Elia dan Musa, keduanya merupakan tokoh penting dalam sejarah Israel, mewakili kesinambungan Yesus dengan Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Injil Matius dan Markus tidak mencatat inti dari percakapan antara Yesus, Elia, dan Musa, tetapi Injil Lukas menjelaskan bahwa percakapan itu adalah tentang apa yang akan digenapi Yesus di Yerusalem. Lukas menggambarkan ini sebagai eksodus yang menghubungkan penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus dengan keluarnya bangsa Israel dari Mesir.

Saat menyaksikan Transfigurasi Yesus dan melihat Yesus bersama Elia dan Musa, Petrus menawarkan untuk membangun tiga tenda bagi mereka. Baru saja bangun dari tidur, bisa jadi tawaran Petrus itu dibuat dalam kebingungan. Kita juga melihat bahwa Petrus berbalik dari pengakuannya sebelumnya dalam Lukas 9:18-21 bahwa Yesus adalah Mesias dengan memanggil Yesus "tuan". Seolah-olah sebagai jawaban atas kebingungan Petrus, sebuah suara dari surga berbicara, menegaskan bahwa Yesus adalah Anak Allah dan memerintahkan agar para murid mendengarkan-Nya. Suara dari surga ini mengingatkan kita pada suara yang didengar pada saat pembaptisan Yesus yang, dalam Injil Lukas, berbicara langsung kepada Yesus sebagai Anak Allah.

Dalam Transfigurasi Yesus, kita melihat sebuah antisipasi bagi kemuliaan kebangkitan-Nya. Ketiga Injil Sinoptik sama-sama mencatat bahwa para murid merahasiakan apa yang telah mereka lihat. Ketiga murid itu baru memahami peristiwa Transfigurasi Yesus ketika mereka kelak menyaksikan penderitaan, salib, kematian dan kebangkitan-Nya.  

Akhirnya, kisah Transfigurasi Yesus yang disampaikan kepada kita hari ini mengajak kita, pertama, untuk memperkuat iman dan kepercayaan kita bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah yang memiliki kekuatan cinta tak terbatas untuk menyelamatkan kita melalui penderitaan, wafat dan kebangkitan-Nya; kedua, untuk meyakini bahwa penderitaan, kesulitan, dan deraian air mata kita adalah jalan cinta menuju kemuliaan; ketiga, untuk naik ke atas gunung, berdoa, dan mengangkat hati kita setinggi-tingginya untuk mendekati Tuhan, dan turun dari gunung untuk merendahkan hati kita serendah-rendahnya untuk mendekati sesama dalam tindakan amal dan kasih kita.

Salam Passio!!

“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”

 

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Latest from P.Avensius Rosis,CP

Related items