Print this page

Renungan Hari Minggu Adven I (Bacaan I: Yes 63:16b-17;64:1.3b-8, bacaan II: I Kor 1:3-9, Injil Mrk 13:13-37)

Author Fr. Patrisius Kelen, CP | Senin, 30 November 2020 16:57 | Dibaca : : 1751
Rate this item
(1 Vote)
Renungan Hari Minggu Adven I (Bacaan I: Yes 63:16b-17;64:1.3b-8, bacaan II: I Kor 1:3-9, Injil Mrk 13:13-37)

 

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus Tersalib. Pada hari ini kita membuka lembaran tahun liturgi baru yaitu Tahun B/I. Seperti biasa, di permulaan tahun liturgi baru ini, kita sebagai umat Katolik pun memulai masa adven yaitu masa di mana kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Sang Juruselamat. Ini adalah masa penuh rahmat yang disediakan Gereja secara khusus sehingga jangan sampai kita menyia-nyiakan atau melewatkan tawaran rahmat dari masa adven ini.

Di hari Minggu Adven I ini, tema besar yang diberikan kepada kita ialah “Berjaga-jaga”. Berjaga-jaga mempunyai padanan arti dengan kata “waspadalah”, dan “berhati-hatilah”. Kata ini memaksudkan sebuah himbauan, perintah atau peringatan yang sangat penting. Kata ini juga memiliki sifat mendesak, supaya setiap orang yang mendengarnya dapat memutuskan segera apa yang harus ia lakukan.

Yesus, dalam injil hari ini mengajak kita untuk berjaga-jaga. Himbauan ini sangat penting lagi mendesak. Terbukti bahwa Ia menggunakan kata berjaga-jaga sebanyak tiga kali. Ia menampilkan sebuah gambaran berjaga-jaga dengan memposisikan kita sebagai hamba-hamba yang menerima tugas dari seorang tuan rumah dan menyerahkan segala tanggung jawab serta tugas-tugas yang diberikan selama ia pergi. Hamba-hamba itu pun diperintahkan untuk menunggu di pintu hingga tuan rumah itu kembali. Apa yang mesti dilakukan untuk hal yang demikian? Sebagai seorang hamba hendaklah menyadari posisinya sebagai seorang hamba. Artinya, ia harus melakukan semua tugas yang dipercayakan dengan baik serta bertangung jawab. Dengan demikian, bila tuan rumahnya kembali, semua pekerjaan sudah dilaksanakan dan menjumpai ia tetap berjaga di pintu gerbang. Kesadaran ini perlu ditanam sungguh sebab kedatangan tuan rumah tidak dapat diprediksikan oleh siapa pun.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus Tersalib. Kita pun secara khusus di masa adven ini diajak untuk berjaga-jaga. Kata berjaga-jaga bukan berarti menanti atau menunggu tanpa melakukan apa pun. Jika “sekadar menanti” maka munculah rasa bosan atau bahkan tidak mau untuk menanti lagi.

Kata berjaga-jaga di sini mengandung sebuah “harapan”. Harapan bahwa ada sesuatu yang ingin dicapai, harapan ada sesuatu yang ingin didapat. Harapan itu tiada lain adalah damai Kristus yang kita nantikan. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sikap berjaga-jaga yang ekstra yaitu “menata kembali jalan hidup kita”. Hal yang harus dilakukan ialah “menyadari siapa kita di hadapan Allah. Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya mengajak kita untuk menyadari bahwa kita adalah Manusia yang berdosa, tak berdaya dan selalu menyimpang dari jalan Tuhan. Kesadaran inilah yang mampu membuat kita dapat memanggil nama Tuhan dan kembali berharap pada-Nya. Tentu, yang dimaksud  ialah kita harus memiliki sikap tobat, memperbaiki segala kelemahan kita, mengalahkan semua keegeoisan kita serta berpaling kepada Tuhan. Inilah sikap berjaga-jaga yang diperlukan dalam kehidupan setiap hari agar harapan dari sikap ini dapat terwujudkan.

Berjaga-jaga juga mengandung kesetiaan. Sikap berjaga-jaga secara tidak langsung mengukur seberapa besar kesetian kita. Tidak gampang untuk berjaga. Persoalan betah dan tidak selalu muncul dalam benak. Tantangan yang datang, godaan yang selalu hadir hendak menguji iman kita. Apakah kita tetap setia dalam penjagaan kita? Atau malah sebaliknya kita goyah dan meninggalkan pos jaga kita? Untuk itu, kesetiaan dalam berjaga-jaga membutuhkan cinta dan ketulusan hati.

Para saudara yang terkasih, saat ini kita sedang berada dalam situasi pandemi covid-19. Situasi ini menantang kita apakah kita tetap terjaga dalam iman, harapan dan kasih akan Allah atau malah sebaliknya berbalik menjauhinya. Tidak sedikit orang, dengan hadirnya covid-19 ini menghakimi dan bahkan mengutuk Tuhan. Orang bertanya, di manakah Tuhan saat ini? adakah Tuhan? Sebab, banyak orang kehilangan harapan, putus asa, depresi dan lain sebagainya. Mungkin kita pun termasuk dalam barisan ini. oleh karena itu, kita sebagai seorang beriman harus senantiasa berjaga. Bentuk konkret dari sikap berjaga-jaga adalah “berdoa dengan tekun, menyadari siapakah kita di hadapan Allah, dan menyesali segala dosa kita dengan pertobatan. Selain itu, selalu mengikuti protokol kesehatan termasuk sikap waspada kita. menaati protocol kesehatan adalah buah dari doa yang terus-menerus, iman yang teguh dan harapan yang kokoh. Jika sikap-sikap ini selalu kita tanam dalam diri maka percayalah! Kita tidak akan goyah dan terombang-ambing oleh beratnya situasi seperti saat ini. Teruslah berdoa dan berharap agar badai ini dapat berlalu.

Saudara-saudara yang terkasih, marilah dalam masa adven ini kita mulai menanamkan sikap berjaga-jaga. Sikap berjaga-jaga ini sifatnya berkelanjutan. Yesus yang kita nantikan bukan hanya datang pada hari natal saja. Kedatangannya tidak dapat diduga. Maka marilah kita memperbaharui iman kita dengan pertobatan, menyadari segala kerapuhan kita setiap hari. Dengan demikian, ketika tiba waktunya Tuhan datang, kita didapatkan tidak kekurangan suatu karunia pun. Tuhan memberkati kita semua…AMIN.

 

Salam Passio!

 

“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”