Sikap Seorang Pemimpin Dewasa Ini (Injil Mark Bab 9:33-37)
Dalam permenungan ini kita melihat apa maksud injil Mark bab 9:33-37 yang berbicara mengenai siapa yang terbesar di antara para murid. Injil tersebut menarik untuk direnungkan. Mengapa menarik untuk direnungkan? Karena mengisahkan mengenai persoalan siapa yang menjadi terbesar di antara para murid yang masih relavan dengan hidup umat manusia dewasa ini.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Hidup manusia kerapakali diwarnai oleh berbagai pertentangan dan persoalan. Persoalan datang silih berganti tanpa mengenal situasi dan kondisi. Kebutuhan manusia merupakan hal yang paling utama dipenuhi untuk kelangsungan hidup. Kita sebagai pengikut Kristus yang terlahir di zaman modern, tentu terlibat dalam persoalan duniawi ini. Meskipun ambil bagian dalam persoalan dunia, tetapi harus ingat bahwa Kristus mengajarkan kepada kita jalan untuk mencapai Kerajaan Allah.
Dunia dewasa ini, penuh dengan berbagai persoalan yang, menjadi suatu rintangan yang menghambat umat beriman untuk mencapai kerajaan Allah. Salah satu persoalan yang menjadi perbincangan setiap orang pada masa kini ialah kekuasaan. Kekuasaan diidentikan dengan, para pembesar, orang yang memeiliki stataus jabatan atau apapun status kedudukan yang dimiliki. Dalam setiap kesempatan, kita melihat keberhasilan satu kelompok atau hal yang memebuat kita tercengang. Nah biasanya yang dipertanyakan ialah pemimpin, siapa yang menjadi pemimpin? Atua siapa yang menjadi ketua dari kelompok tersebut? Mungkin pada saat ini kita juga memiliki kekuasaan yang berpengaruh dan terpandang di hadapan setiap orang. Mungkin pada saat ini juga kita memepunyai kekuasan dan jabatan, posisi serta bakat atau hobi yang terkenal. Meskipun semua itu milik dan keistimewaan kita sebagai orang besar dan berpengaruh, kita harus ingat, bahwa hidup ini adalah anugerah Allah. Kita tidak boleh melupakan eksistensi dan keberadaan sebagai manusia. Hidup sebagai manusia ini hanyalah yang kecil di hadapan Allah, bahkan mungkin hanyalah setitik debu di bawah kaki Allah. Bukan hanya dengan Allah kita memebandingkan, tetapi dengan sesama juga dalam hidup setiap hari, kita mungkin belum ada apa-apanya bagi sesama kita.
Yesus pun menegaskan hal ini, dengan berkata “Jika seorang ingin menjadi terdahulu hendaklah ia menjadi yang terakhir dan pelayan bagi semua” Artinya apa? Yesus senantiasa menginginkan kita yang kecil di hadapan Allah, hidup seturut kehendak-Nya.
Hanya orang kecilah yang memeiliki kerajaan Allah sebab yang besar masih memikirkan hal-hal duniawi, kekuasaan dan segala hal. Mengapa Yesus menghendakan kita supaya seperti anak kecil? Karena anak kecil itu memiliki suatu kepolosan, jujur dan bersikap terbuka. Ingat Allah juga menyelamatkan umat manusia, dengan menjadi sama seperti kita. Ia harus merendahkan diri dan, menjadi anak kecil. Sebagai manusia Ia harus belajar taat kepada orang tua-Nya. Ia juga turut mersakan apa yang dirasakan manusia. Misteri Allah menjadi manusia ini bukanlah hal yang biasa saja, tetapi sebuah misteri yang penting dalam iman, yaitu kerendahan hati Allah untuk menjadi seorang anak kecil. Karena Ia sebagai Allah yang memiliki kerendahan hati untuk menjadi anak kecil, maka kita juga harus bisa menjadi seperti anak kecil, dalam arti harus merendahkan diri dan terbuka untuk menyambut-Nya. Karena Yesus berkata “lebih baik seekor unta masuk lubang jarum dari pada orang kaya masuk dalam kerajaan surga”.
Bertolak dari injil yang baru saja kita dengar, mengapa Yesus mengambil vigur seorang anak kecil? Karena Yesus menginginkan setiap orang yang mengikutinya harus bersikap polos seperti anak kecil. Banyak agama di dunia dan berbagai keyakinan mengatakan bahwa, yang sederhana dan polos memiliki satu kebajikan. Dalam hati dan jiwa setiap anak kecil terukir kebenaran yang tersembunyi bagai orang yang pandai dan bijaksana.
Sikap seperti para murid, umumnya masih ditemukan dan sering terlihat dalam sikap setiap kepribadian di zaman melenial ini. Di mana setiap orang haus akan kekuasaan. Kekuasan menjadi idaman setiap orang. Armada Riyanto dalam bukunya Menjadi Mencintai menuliskan demikian, bahwa kegembiraan identik dengan kekuasaan atau berkuasa. Ketika berkuasa atau memiliki kekuasaan yang sepenuhnya barulah ia merasakan kegembiraan yang sangat mendalam. Tetapi apa yang mau dikatakan Yesus dalam injil Mark bab 9:33-37 ini, yang terpenting ialah bukan menjadi terbesar dan penguasalah yang diinginkan oleh Allah, tetapi bagaimana ia menjadikan kekuasaan itu untuk melayani dan menjadi rendah hati serta terbuka dan gembira untuk menyambut-Nya.
Saudara-saudari, yang terkasih Kristus. Kita harus sadar bahwa menjadi seperti anak kecil, bukan berarti bersikap kekanak-kanakan seperti para murid yang terjadi pada bacaan Injil Mark bab 9:33-37, tetapi setiap orang yang bersikap seperti anak kecil, di dalamnya tertanam sikap kedewasaan. Anak kecil pada umumnya bersikap sederhan dan polos. Lalu orang yang menganggap diri heba, berkuasa dan tinggi selalu berperang mulut dan tidak saling mengalah sikapa ambisinya tinggi seperti apa yang dilakukan para murid selama dalam perjalanan.
Saudara-saudari, yang terkasih Kristus telah menunjukan teladan-Nya agar hidup ini menjadi sempurna. Dia yang adalah Allah masih bersikap rendah hati masakan kita sebagai ciptaan-Nya tidak bisa rendah hati! Sehingga sebagai pengikut Kritus, kita ini merupakan murid-murid tidak perlu khwatir tentang siapa yang menjadi yang terbesar. Karena kita yang kecil di hadapan manusia, maka Allah akan mengangkat kita untuk melakukan karya-karya-Nya yang besar. Sebab yang kecil di hadapan manusia itu sangat berharga di mata Allah. “Barang siapa merendahkan diri ia akan ditinggikan dan, barang siapa yang meninggikan diri ia akan direndahkan”.
SEMOGA SEMGSARA YESUS SELALU BERADA DI HATI KITA..!!
SALAM PASSIO....!!