Hari Guru di Kampung Terpencil

Author Gavrillo & Jino | Senin, 25 November 2024 12:32 | Dibaca : : 130
Guru-guru, mahasiswa magang bersama Kepala Desa dan aparat desa Guru-guru, mahasiswa magang bersama Kepala Desa dan aparat desa dok. nadine & milea

Pepil, Kampung terpencil di Desa Golo Linus, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, NTT menjadi saksi perayaan Hari Guru yang berlangsung penuh makna dan kehangatan pada tanggal 25 November 2024. Acara ini dihadiri oleh para guru dan siswa dari SDK Bebong, SDN Wela Pandang, dan SMP Satu Atap Wela Pandang. Turut hadir Kepala Desa Golo Linus, Bapak Frans Ketang, yang juga merupakan pensiunan guru sekaligus mantan kepala sekolah SDK Bebong, bersama tokoh masyarakat, orang tua murid, serta undangan lainnya. 

Dalam sambutannya yang mewakili pemerintah desa, Bapak Frans Ketang menyampaikan pesan mendalam kepada semua yang hadir tentang pentingnya menghargai pengabdian para guru. Ia menegaskan, “Hari ini menjadi momen penting bagi kita semua untuk mengapresiasi pengabdian para guru dan untuk tidak mengecilkan nilai mereka hanya karena kita lebih sukses atau lebih berkedudukan. Para siswa harus menghormati para guru dengan cara mengikuti ajaran baik yang diberikan, sementara para orang tua harus mendukung guru, bukan malah sering memprotes. Coba kita bayangkan jika guru-guru ini berhenti mengajar, apa yang terjadi dengan anak-anak kita? Masa depan anak-anak kita akan hancur. Kampung halaman kita juga perlahan-lahan akan runtuh, idenditas budaya kita akan hilang dan cerita tentang kampung halaman kita akan lenyap dari muka bumi ini."

Bapak Frans juga mengingatkan tentang tantangan besar yang dihadapi para guru di wilayah terpencil seperti Kampung Pepil. Dengan jumlah guru negeri yang sangat terbatas – SDK Bebong hanya memiliki satu guru negeri (6 guru komite/honorer), SDI Wela Pandang tiga guru negeri (4 guru komite/honorer), dan SMP Satu Atap Wela Pandang satu guru negeri (9 guru komite/honorer). Dari data ini dapat kita katakan bahwa keberadaan guru komite atau honorer menjadi tulang punggung pendidikan di daerah-daerah terpencil seperti di tempat kita ini. 

“Dengan upah yang kadang tersendat-sendat, guru-guru ini tetap bertahan mendidik anak-anak kita. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang pengorbanannya harus kita hormati dan hargai. Jika tidak ada guru, masa depan anak-anak kita dan kampung kita akan terancam," ujar Bapak Frans penuh haru.  Mari renungkan dengan pikiran yang sehat dan hati yang jernih. Betapa besarnya pengorbanan para guru ini. Kita tidak bisa menyalahkan siapapun. Inilah nasib kita, inilah hidup kita, inilah kenyataan dari hari ke hari yang harus kita jalani. Tetapi kita harus bangga, selama bertahun-tahun meskipun dengan berbagai kesulitan yang ada, dengan gaji yang kadang tidak cukup untuk membeli satu cangkir beras, sekolah-sekolah kita telah dan selalu menamatkan anak-anak terbaik yang telah berhasil di berbagai jenjang pendidikan lanjut hingga menjadi imam, suster, perawat, bidan, guru, pengusaha, dan lain sebagainya.

Kepada para guru, Bapak Frans menutup sambutannya dengan pesan, atas nama orangtua/wali murid dan atas nama pemerintah, kami mengucapkan terima kasih atas pengabdian para guru di tiga sekolah ini. Sungguh Anda adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Kalimat itu tidak hanya tertulis indah pada lagu hymne guru, tetapi tercetak nyata dalam pengabdian Anda semua di sekolah terpencil ini. Tetap semangat. Jangan berkecil hati. Jika manusia tidak bisa menghargai pengorbanan Anda, kita percaya akan ada-ada saja rahmat Tuhan yang mengalir untuk kita dan keluarga. Ini saya katakan bukan hanya untuk membesarkan hati Anda, melainkan pengalaman hidup selama 38 tahun pernah mengabdi sebagai guru dan kepala sekolah di SDK Bebong. Tuhan tidak pernah kekurangan berkat untuk diberikan kepada kita anak-anak kecintaan-Nya yang dengan penuh kasih dan dedikasi mengabdi sesama.

Seorang siswa SDK Bebong bernama Aurora memberikan pesan penting dan ucapan selamat: “Selamat Hari Guru untuk semua bapak dan ibu guru yang telah mendidik kami dengan sabar dan penuh kasih sayang. Terima kasih karena sudah mengajari kami membaca, menulis, berhitung, dan mengenal banyak hal baru. Kami sangat bangga punya guru-guru yang hebat seperti kalian. Semoga bapak dan ibu guru selalu sehat, panjang umur, dan diberkati oleh Tuhan. Terima kasih karena sudah menjadi pahlawan kami!” 

Sementara itu siswa lain bernama Chiarra memberikan kesan: “Saya sangat senang bisa belajar di SDK Bebong. Walaupun sekolah kami kecil dan jauh dari kota, bapak dan ibu guru selalu membuat kami semangat belajar. Guru-guru di sini tidak pernah lelah mengajari kami, meskipun kadang kami bandel atau sulit memahami pelajaran. Saya paling suka ketika guru kami bercerita tentang pengalaman hidup mereka atau memberi semangat supaya kami tetap rajin sekolah. Guru-guru kami seperti orang tua kedua yang selalu menjaga dan mengajari kami. Terima kasih, bapak dan ibu guru, kalian adalah orang-orang yang paling luar biasa!” 

Perayaan ini dimeriahkan dengan berbagai tampilan seni dari siswa, guru dan mahasisa magang dari Universitas Pancasakti Makassar, seperti tarian tradisional, nyanyian, puisi, drama, dan permainan yang melibatkan para undangan. Kampung Pepil pun berubah menjadi pusat keramaian yang penuh kegembiraan, seolah menghadirkan suasana kota besar dalam sehari. 

Semangat dan dedikasi yang ditunjukkan para guru di kampung terpencil ini memberikan inspirasi besar bagi semua pihak. Acara ini menjadi pengingat betapa pentingnya pendidikan dan peran guru dalam membangun masa depan, meski dengan segala keterbatasan. 

1 comment

  • Comment Link Nelis Openg Selasa, 26 November 2024 06:43 posted by Nelis Openg

    Narasi indah tentang guru dan pengorbanan mereka bagi anak-anak bangsa. Makasi Kae Tuang utk tulisan yg saya kira tidak hanya tentang Bebong-Pepil tapi mengambarkan semua SD dan SMP di Matim yg kini masih terisolir namun memiliki guru² handal yg mengabdi dengan penuh dedikasi dan semangat. Salam ke Malang.

    Report

Leave a comment