Tuhan Tambahkanlah Imanku (Luk.17:1-6)
Para saudaraku yang terkasih, dalam Injil Lukas. 17:1-6 menceritakan tentang Yesus yang menasihati para murid-Nya. Ia menegaskan bahwa tidak mungkin tidak ada penyesatan dalam keseharian mereka, kemudian Ia menambahkan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya, adalah lebih baik baginya ditengelamkan ke dalam laut. Selanjutnya, Yesus menasihati para murid-Nya agar menjaga diri dari penyesatan dan perbuatan dosa yang dilakukan oleh sesama saudara mereka. Yesus menasihati mereka untuk menjaga diri bukan menasihati mereka untuk menjauhkan diri. Artinya mereka diajak untuk bersatu tetapi tidak melebur, bersatu dengan tujuan untuk mempengaruhi saudara tersebut supaya mengubah perilakunya. Karena itu, Yesus mengatakan “Bahkan jikalau saudaramu itu berbuat dosa sebanyak tujuh kali kepadamu dan sebanyak tujuh kali juga ia mengatakan menyesal atas perbuatannya, engkau harus mengampuninya.” Murid-murid Yesus tidak bertanya mengapa harus demikian sulitnya nasihat ini, atau protes dengan nasihat ini tetapi tanggapan para murid adalah: “Tuhan tambahkanlah iman kami.” Para saudaraku yang terkasih, sangat aneh permintaan para murid Yesus setelah Yesus memberikan nasihat kepada mereka. Aneh karena biasanya kalau setelah diberi nasihat, kita cenderung meminta cara untuk bagaimana menjalankan nasihat tersebut, atau bahkan ada yang langsung setuju dengan nasihat tersebut, tetapi tidak demikian dengan para murid Yesus. Mereka tidak komplain, memberi usulan atau meminta keringanan dari nasihat-nasihat Yesus tersebut, yang diminta adalah ditambahkan iman mereka, sebuah permintaan yang kalau dilihat sepintas tidak sesuai dengan konteks pembicaraan. Mengapa para murid meminta hal itu? Untuk menjawab hal ini kita mesti tahu apa arti dari iman. Iman adalah kepercayaan akan kebenaran sekaligus kesaksian hidup yang benar, dianugerahkan oleh Tuhan yang sebagai sumber kebenaran sekaligus pengalaman relasional manusia dengan-Nya. Juga adalah penyerahan diri yang absolut sekaligus ditampilkan dalam cara-cara hidup yang manusiawi kontekstual. Jadi kalau disimpulkan, iman itu adalah suatu ketaatan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Para saudaraku yang terkasih kita kembali kepada para murid Yesus, kalau kita mendengar nasihat Yesus dalam bacaan Injil tadi, tentu sangat sulit untuk dijalankan. Bagaimana mungkin kita mampu melakukan hal itu, yakni mengampuni sesama saudara yang telah berbuat dosa kepada kita bukan hanya sekali tetapi tujuh kali dan datang meminta maaf juga tujuh kali. Sebagai manusia tentu hal ini sulit dilakukan, mengingat bahwa manusia memiliki emosi negatif salah satunya adalah marah yang sesekali bisa tidak terkontrol dapat menyebabkan pertengkaran. Bagi sebagian orang perbuatan salah yang dilakukan berulang-ulang dan meminta maaf juga berulang-ulang dinilai sebagai memancing emosi marah, seperti yang dikatakan tadi yakni akan berakhir pada pertengkaran. Namun, ternyata hal ini yang menjadi alasan bagi para murid meminta agar iman mereka ditambahkan. Yaitu mereka sadar bahwa iman yang mereka miliki belum sempurna dan hal ini yang membuat mereka merasa tidak mampu untuk menjalankan nasihat Yesus. Mereka sadar bahwa nasihat tersebut tidak bisa dijalankan hanya dengan mengandalkan kemampuan manusiawi mereka yang mungkin berakhir pada pertengkaran. Dengan ditambahkan iman kepada mereka, mereka merasa mampu menjalankan nasihat tersebut. Mengapa demikian? Karena iman adalah penyerahan diri yang total kepada kehendak Tuhan dimana ketika seseorang menyerahkan semua yang akan dilakukan kepada Tuhan mereka akan mampu menyelesaikannya dengan baik. Inilah keyakinan para murid Yesus hari ini. Inilah Alasan mereka meminta agar iman mereka ditambahkan. Para saudaraku yang terkasih, sebagai manusia, kita tentu sering dihadapkan pada masalah yang kurang lebih sama seperti para murid hari ini. Kita dihadapkan pada persoalan kerja, tugas yang diberikan oleh atasan, ada tugas tertentu yang harus dikerjakan dengan sangat teliti dan kalau ada sedikit kesalahan tugas tersebut dikembalikan dan menuntut kita untuk mengoreksi atau bahkan mengerjakan ulang tugas tersebut, pengembalian tugas dari pekerjaan kita ini kadang bisa saja sebanyak tiga kali atau empat kali berturut-turut dan bahkan lebih jika yang dikoreksi atau yang dikerjakan ulang tersebut tidak sesuai dengan ketentuan dari atasan kita. Tentu sebagai manusia timbul rasa tidak puas atau bahkan marah, inilah kelemahan kita inilah sikap kemanusiawian kita. Lalu apa yang kita minta setelah mengalami hal ini? Apakah kita meminta iman kita ditambahkan? Ya, kita meminta agar iman kita ditambahkan tetapi tidak hanya sebatas itu, Rasul Paulus pernah mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati artinya adalah iman yang kita minta tersebut kita wujudnyatakan dengan tindakan kita, teliti mengerjakan tugas sesuai dengan ketentuan dari atasan dan menjalani semua tuntutan tersebut dengan sabar. Inilah yang dikatakan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan yang absolut sekaligus ditampilkan dalam cara-cara hidup yang manusiawi kontekstual. Kita tidak hanya menyerahkan cita-cita kita kedalam penyelenggaraan Tuhan tetapi dari p ihak kita ada usaha untuk mewujudnyatakan cita-cita tersebut.
Para saudaraku yang terkasih, marilah kita wujudnyatakan iman kita kepada Tuhan dengan tindakan kita, dengan usaha dan niat kita, semoga refleksi singkat ini menyadarkan kita untuk terus menjadi manusia beriman yang sejati. Semoga sengsara Tuhan kita Yesus Kristus selalu berada di dalam hati kita. Amin.
Para saudaraku yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, semoga bacaan hari ini membuat kita semakin sadar akan status kita, cita-cita kita agar kita semakin sungguh-sungguh dalam menjalaninya dan semoga kita tidak hanya meminta agar iman kita ditambahkan tetapi juga siap mewujudnyatakan iman yang telah ditambahkan tersebut melalui keseharian kita. Semoga.