Senin, 01 November 2021 17:44

KRISTUS YANG DAHULU DAN SEKARANG

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus tersalib.  Bacaan pertama yang telah kita dengarkan, sangat menarik untuk direnungkan. Hal ini berkaitan dengan pilihan hidup kita sebagai seorang religius, seorang biarawan atau yang paling tepat ialah sebagai seorang pewarta iman Kristiani. Rasul Paulus pada bacaan pertama hari ini, menggambarkan dirinya sebagai hamba Kristus Yesus yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Ia menegaskan bahwa, injil atau kabar gembira tentang Anak Manusia tidaklah ada dan hadir, atau muncul begitu saja ketika ajaran perjanjian baru itu tersebar, melainkan telah ada sejak dahulu, sperti yang telah dinubuatkan oleh para Nabi dalam Perjanjian Lama. Bahkan Allah sendiri menjanjikan dengan perantaraan para nabi dalam Kitab Suci. Dia itulah Yesus Kristus menurut daging dilahirkan dari keturunan Daud, dan dari keturunan Roh Kudus dinyatakan sebagai Anak Allah yang berkuasa. Dengan perantaraan-Nya kami menerima jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa supaya mereka percaya dan taat kepada-Nya. Rasul Paulus sangat antusias untuk memberitakan Misteri Anak Manusia. Sebab ia yakin bahwa hal tersebut merupakan sebuah tugas yang mulia.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, apa yang mau kita renungakan?  apa yang ditegaskan Rasul Paulus di atas merupakan sebuah kenyataan, bahwa hidup sebagai seorang religius, kita juga menjadi pengikut dan melalui perantaraan Yesus Kristus, kita menerima jabatan rasul untuk mewartakan kerajaan-Nya. Inilah tugas kita, bagaimana sebagai pewarta iman Kristiani, menghayati dan menjalankan tugas-tugas dan terus berjuang mewartakan kebenaran kasih Allah. Kehadiran kita di tengah umat merupakan sebuah gambaran kehadiran Yesus Kristus sendiri yang menjadi vigur untuk diteladani. Dengan demikian menuntut kita juga, untuk menunjukan tanda kehadiran Allah.

Yesus dalam bacaan Injil hari ini, telah mengalami hal yang serupa. Ia dituntut orang banyak untuk menunjukan suatu tanda. Tetapi apa tanggapan Yesus terhadap permintaan itu, Ia mengatakan kepada mereka bahwa angkatan ini adalah angkatan yang jahat, tidak ada tanda selain tanda yang diberikan Nabi Yunus. Apa sebenarnya yang mau dikatakan Yesus? Dari perkataan-Nya, hal ini sebenarnya mau melukiskan kedegilan hati dan tidak mau membuka diri untuk memahami apa yang diwartakan para nabi sebelumnya. Sebenarnya mereka belum menyadari apa tujuan yang diberitakan nabi-nabi sebelumnya, sebagaimana yang telah ditegaskan rasul Paulus pada bacaan pertama bahwa, Injil itu dahulu telah dijanjikan-Nya dengan perantaraan para nabi dalam kitab-litab suci. Pokok isinya adalah Anak Allah yang menurut daging dilahirkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh Kudus dinyatakan sebagai Anak Allah yang berkuasa oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Dia itulah Yesus Kristus Tuhan kita. Seharusnya mereka tidak perlu menuntut Yesus untuk menunjukan suatu tanda, kalau memang mereka telah mendengarkan dan memahami apa yang telah diwartakan para nabi sebelumnya. Dengan demikian mereka akan memahami bahwa Yesuslah yang menjadi tanda kehadiran Allah.

Saudara-saudara yang terkasih ini merupakan sebuah gambaran situasi orang-orang pada waktu itu. Ketika Yesus tampil untuk mewartakan kerajaan Allah, tidak semua orang mengenal siapakah Dia sebenarnya. Merka belum menyadarinya bahwa dengan adanya Yesus, Allah juga sungguh hadir di tengah mereka. Gambaran ini tiada lain mau menunjukan kebiasaan yang sering kita lakukan pada saat ini. Seringkali kita tidak menyadari kehadiran Allah. Kita menuntut supaya Allah mengabulkan setiap permohonan kita, mengabulkan apa yang diinginkan. Tetapi hal itu tidak disadari bahwa sesungguhnya Allah telah hadir dan siap mengabulkan setiap permintaan, tinggalah bagaimanakah cara kita menyadari diri untuk melihat tanda-tanda kehadiran-Nya.

Mewartakan Kerajaan Allah merupakan sebuah tugas yang harus dilaksanakan. Kehadiran kita di tengah umat menuntut kita untuk menjadi yang terbaik bagi apa yang mereka inginkan. Mereka selalu menuntut dan menginginkan supaya adanya tanda lahiriah, untuk meneguhkan iman yang diakui. Apa lagi di tengah pergumulan dunia melawan covid-19 ini, mungkin ada pribadi-pribadi yang bertanya dengan melontarkan pertanyaan, dimanakah Allah? Apa yang menjadi tanda-tanda kehadiran-Nya? Kalau memang Ia hadir, mengapa Dia terus membiarkan penderitaa ini? Di sini mereka menuntut tanda lahiriah. Namun pada dasarnya hal itu tidaklah esensial. Di sinilah iman menjadi peran penting untuk menyadari kehadiran Allah, ketika akal budi tidak memahami keadaan ini. Yang diperlukan sekarang untuk menghadapi situasi covid-19 ialah, posisi batin, bagaimana sebagai orang yang percaya akan Kristus untuk memandang realitas penderitaan ini dengan kacamata iman. Dengan pandangan iman kita bisa menemukan tanda-tanda kehadiran Allah yang sesugguhnya sudah membuat setiap orang untuk terus bertahan dalam setiap situasi. Allah senantiasa bekerja dalam ketidak sadaran kita. Hendaklah kita sebagai orang beriman perlu menyadari kehadiran Allah dan tidak cemas menghadapi segala situasi. Karena Allah senantiasa memberkati kita. Amin.

 

 

 

SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU BERADA DI HATI KITA...!

 

SALAM PASSIO...!!

Published in Renungan