Saudara dan saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Menjadi yang terakhir serta pelayan bagi sesama berarti menghidupkan belas kasih dan menciptakan kedamaian dalam keluarga, komunitas dan lingkungan kita.
Bacaan pertama hari ini memberi gambaran kepada kita bagaimana nasib orang jujur, lurus, baik dan benar diuji. Orang yang belum mengenal Allah (Orang Fasik), dengan sengaja menimpa hukuman kepada orang-orang yang lurus hati. Dalam bacaan kedua juga dijelaskan mengenai kebenaran; Kebenaran yang menghasilkan buah. Buah yang dimaksudkan ialah kemurnian, peramah, penurut dan penuh belas kasih. Semuanya ini bersumber dari orang-orang yang telah menghidupi damai dan belas kasih serta tetap rendah hati terhadap sesamanya.
Saudara dan saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Injil hari ini mengisahkan tentang Yesus yang memberi gambaran kepada para murid mengenai peristiwa yang akan menimpa-Nya mulai dari penderitaan sampai kebangkitan-Nya. Selain itu Yesus juga menanggapi bahan perdebatan para murid tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Tanggapan tersebut disampaikan dalam bentuk teguran dan nasihat bahwa jika ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah menjadi yang terakhir dan pelayan bagi sesamanya.
Berangkat dari apa yang diperdebatkan oleh para murid, Yesus angkat bicara mengenai model kepemimpinan, yakni sebagai pelayan. Model kepemimpinan ini dimunculkan Yesus karena para murid sibuk menentukan siapa yang terbesar dan terdahulu di antara mereka, siapa yang akan dihormati, disegani dan yang terpandang. Model kepemimpinan yang ditawarkan sekaligus sebagai peringatan dari Yesus ini bukan memandang pemimpin itu sebagai raja atau penguasa. Karena jika seorang pemimpin hanya menekankan aspek kekuasaan, maka akan mudah bagi dia untuk jatuh kedalam keserakahan, kekerasan dan kesombongan.
Saudara dan saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Model kepemimpinan yang dimaksudkan Yesus, memerlukan atau membutuhkan kesadaran dari diri seseorang. Sadar untuk senantiasa rendah hati dan rela hati. Dengan demikian, kita akan selalu rindu dalam mengabdi, melayani dan berkorban bagi sesama kita. Kita tidak lagi mementingkan kepentingan pribadi, melainkan rela berkorban dalam melaksanakan kepentingan bersama. Model kepemimpinan yang disertai dengan kerendahan hati menjadikan kita kuat; kuat dalam mengekang kerakusan, kekerasan dan kesombongan kita.
Seandainya kita berhasil melepaskan diri dari perkara itu, kita akan terlepas dari kelelahan atau kepenatan pergulatan batin. Yesus memberi nasihat kepada para murid tentang model kepemimpinan, agar mereka mengerti serta memahami seperti apa tugas seorang pemimpin itu. Pemimpin ialah seorang pelayan, yang melayani dengan cinta yang disertai dengan kerelaan hati.
Untuk menjadi yang terbesar dan terdahulu, kita tidak perlu menuntut supaya diri kita dinilai baik atau buruk oleh orang lain. Seorang pelayan yang rendah hati tampil sebagai dirinya sendiri, tampil apa adanya, bukan ada apanya, mengekspresikan diri seutuhnya tanpa meminta suatu takaran yang harus ia penuhi. Melaui kesadaran inilah kita sebenarnya tengah memanen buah dari kebenaran, seperti yang disampaikan oleh rasul Yakobus.
Saudara dan saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Berangkat dari model kepemimpinan ala Yesus, kita dianjurkan supaya merefleksikan peran kita dalam keluarga, komunitas dan lingkungan tempat tinggal kita. Seandainya kita masih memiliki kesetiaaan, kesabaran, ketulusan, kepolosan dan kemurnian seperti seorang anak kecil, maka kita bisa menjadi pelayan yang baik bagi sesama. Selanjutnya pelayanan yang baik yang kita berikan dalam keluarga, komunitas dan lingkungan akan menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat, damai dan aman sehingga orang yang kita layani merasa bahagia seperti seorang anak kecil dalam pangkuan Yesus.
Semoga model kepemimpinan ala Yesus, menjadikan kita sadar, rendah hati dan selalu rela menjadi pelayan bagi sesama kita.
“Semoga sengsara Yesus Kristus selalu berada di hati kita”
Salam Passio!
video: https://www.youtube.com/watch?v=OT-fcX1uwTU