Renungan Hari Raya Natal

Author Fr. Petrus Melki, CP | Kamis, 24 Desember 2020 22:33 | Dibaca : : 2082
Renungan Hari Raya Natal

Bacaan I         : Yes. 52:7-10

Mazmur         : 98:1,23ab,3cd-4,5-6

Bacaan II       : Ibr. 1:1-6

Injil                 : Yoh. 1:1-18 atau Yoh. 1:1-5.9-14

 

Renungan

Yohanes dalam injilnya memulai dengan pernyataan “Pada mulanya adalah firman”. “Pada mulanya” tak hanya berarti awal dalam waktu melainkan mengandung arti yang lebih hakiki dan lebih mendalam. Dalam injil Yohanes, gagasan tentang “awal” tidak hanya terkait dengan pewartaan historis, melainkan tentang Yesus sendiri. Yesus yang adalah Sang Sabda yang telah ada dari keabadian. Awal dalam waktu maupun awal dalam keabadian ialah Yesus Kristus yang adalah  Sang Sabda. Sabda adalah prinsip yang membuat segala sesuatu berada, prinsip yang menggerakkan ciptaan, dan prinsip yang mendorong segala kegiatan. Sabda tidak hanya berarti kata yang diucapkan, tetapi dasar terakhir, dasar terdalam dan awal bagi segala yang ada, yakni Yesus Kristus. Firman yang menyatu dengan Allah memberi arti dasar dan tujuan bagi hidup manusia. Jika sebelumnya firman itu tanpa konotasi waktu, kini Ia memasuki tahap yang sangat menentukan yakni menjadi manusia dan berada dalam waktu. Firman yang adalah Allah dan kemudian menjadi manusia (inkarnasi) mau menunjukkan bahwa Allah hendak mengambil kodrat manusia dalam segala kelemahan dan kerapuhan. Allah tidak hanya mengambil kodrat manusia tetapi juga tinggal di antara kita. Itu berarti tempat kehadiran Allah bukan hanya di kenisah melainkan dalam diri Yesus yang telah lahir. Kebenaran mengenai penjelmaan ini diungkapkan secara lebih sederhana dan konkret dalam injil Lukas 2:1-14.

Salah satu akibat dari penjelmaan ini ialah bahwa Yesus memperlihatkan wajah Allah. Tidak hanya kata-kata-Nya melainkan pribadinya juga menujukkan Allah. Filipus perna memohon kepada Yesus: “Tuhan tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami (Yoh 14:8). Permintaan yang serupa diajukan oleh Musa dan terdapat dalam mazmur: Buatlah kami melihat wajah Allah.” Yesus dalam injil Yohanes 14:9 mengatakan bahwa: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”. Yesus adalah kehadiran Bapa. Yesus adalah jalan masuk kepada Bapa. Untuk itu, setiap sikap dan tindakan Yesus adalah gambaran Allah yang nyata, yang dapat diindrai oleh manusia. Yesus yang menerima Nikodemus di malam hari adalah Allah yang menyambut kita sebagai sahabat (Yoh 3). Yesus yang mengubah situasi manusia seperti peristiwa di Kana, membebaskan mereka dari tanggungan malu adalah Allah yang ingat akan kemalangan manusia dan menganugerahkan dengan rela sesuatu dari kekuasaan-Nya. Yesus yang mengembalikan penglihatan kepada orang buta (Yoh 9) adalah Allah yang menerangi dengan murah hati jalan-jalan manusia. Singkatnya, di wajah Yesus manusia dapat melihat Allah yang senantiasa mencintai semua orang. Kehadiran-Nya untuk mengangkat dan menyelamatkan manusia karena setiap manusia dikasihi Allah betapapun gelap situasi yang dihadapi.

Pertanyaan bagi kita ialah apa jawaban manusia terhadap Allah yang telah mengambil kodrat manusia dalam diri Yesus dengan segala sikap dan tindakan-Nya? Apa yang harus kita lakukan? Dalam injil Yohanes 1:12, dikatakan bahwa yang menerima-Nya diberinya kemampuan menjadi anak Allah. Inilah yang seharusnya kita lakukan yakni menerima, menyambut dan mengakui-Nya agar kita memperoleh keselamatan sebagaimana yang dinubuatkan Yesaya 52:10. Pada hari natal, Yesus tampil dalam diri seorang bayi. Artinya bahwa kehadiran Yesus tampak dalam diri orang-orang yang lemah, orang-orang yang kecil dan orang-orang yang sederhana. Yesus perna mengatakan bahwa barangsiapa melakukan sesuatu terhadap orang yang paling hina ini dia melakukannya untuk Aku. Masa covid-19 ini memang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Tetapi perlu disadari bahwa di sisi lain, masa covid-19 juga menyadarkan kita untuk memperhatikan mereka yang sedang membutuhkan bantuan dari orang lain; mereka yang sedang dalam kecemasan, mereka yang sedang dalam kekecewaan dan mereka yang sedang dalam kesedihan. Kehadiran kita adalah suatu berkat bagi mereka. Semoga dengan peristiwa natal ini kita semakin hari semakin peka untuk mewujudkan kasih Allah kepada sesama kita. Semoga Tuhan memberkati kita. Amin.

 

 

Salam Passio!

 

 

“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”

Leave a comment