DOA
Ya Tuhan dan Allah kami, kami berlutut di hadapan-Mu dan bersembah sujud kepada-Mu. kami bersyukur atas segala rahmat dan kebaikan-Mu terhadap kami. Ya Tuhan dan Allah kami, dengarkanlah doa dan permohonan kami, buatlah supaya kami mampu berlaku bijaksana dan rendah hati dalam setiap tingkah laku kami.
Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau mengetahui segala isi hati dan pikiran kami. Kami mohon satukanlah kami dalam hidup doa dan ajarilah kami berdoa dengan hati terbuka dan niat yang luhur, supaya kami mengasihi Dikau dengan sempurna dan memuji Dikau dengan pantas. Ya Tuhan dan Allah kami ampunilah dosa-dosa yang sudah kami perbuat dan hapuskanlah kesalahan kami dari masa lampau dan jadikanlah kami hamba-hamba yang suci dan tak bercela. Sebab Engkaulah Tuhan dan Allah kami yang hidup dan bertahta sekarang dan selama-lamanya…AMIN…
RENUNGAN
Bacaan: Efesus 6:14-30
Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan
Berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya…(Ef 6:14)
Saudara-saudaraku terkasih dalam Kristus. Hidup doa dapat kita umpamakan dengan jantung dalam organ tubuh manusia. Ketika jantung berhenti berdetak, apa yang akan terjadi? Manusia akan mengalami kematian fisik. Jika hidup doa terhenti maka kita pun akan mengalami kematian rohani. Meskipun keduanya sama-sama dapat mengalami kematian, tetapi ada perbedaan mendalam di antara keduanya. Kematian fisik menyudahi peziarahan hidup manusia di dunia ini dengan segala pergerakkannya. Sementara itu, kematian rohani justru awal dari peziarahan relasi manusia dengan Allah sampai seterusnya. Bagaimana hal itu dapat dijelaskan? Dalam renungan hari ke lima ini, kita akan melihat beberapa hal terkait dengan hidup doa menurut St. Paulus dari Salib. Kita juga akan melihat dan merenungkan pengalaman keseharian kita berhubungan dengan hidup doa.
Pertama: Doa menurut St. Paulus dari Salib
Bapa pendiri kita menempatkan hidup doa sebagai sesuatu yang utama dan mutlak dalam hati para pengikutnya. Ia megatakan: “Seandainya doa ditinggalkan, maka seluruh bangunan rohani akan runtuh.” Semua keutamaan-keutamaan rohani hanya dapat dihayati apabila doa tidak pernah ditinggalkan. Menurutnya kita berdoa bukan hanya tiga puluh menit atau satu jam per hari, melainkan hendaklah kita berdoa selama 24 jam. Berdoa 24 berarti melakukan segalanya dengan hati dan budi terpusat pada Allah, sambil beristirahat dalam Allah dengan iman murni dan kasih suci (III, 676). Kepada para pengikutnya, St, Pulus dari Salib meminta dengan sangat agar misteri Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menjadi pusat doa (I, 615). Sengsara Kristus mengalirkan semua keutamaan rohani, semua harapan dan kerinduan. Doa mengajarkan banyak hal. Ia mengajarkan kepada kita untuk menjadi taat, rendah hati, lemah lembut dan murah hati (II, 625). Jika kita meninggalkan doa, maka dapat dipastikan bahwa kita akan masuk ke jurang keruntuhan yang kemudian sulit untuk diperbaiki lagi (I, 417). Bagaimana mencapai kesempurnaan dalam hidup doa? Untuk mencapai kesempurnaan dalam hidup doa, kita harus melakukannya dengan murni dan dalam ketelanjangan iman sejati, yaitu terlepas dari gambaran-gambaran imanjinasi (III, 376).
Saudara-saudaraku terkasih dalam Kristus. Itulah beberapa pandangan St. Paulus dari Salib terkait dengan hidup doa. Hal kedua yang akan kita renungkan yaitu mengenai pengalaman harian kita.
Harus diakui bahwa, adakalanya kita menemukan kesulitan untuk mempraktekkan hidup doa sebagaimana yang dikehendaki oleh bapa pendiri. Ada waktu dimana kita mengalami apa yang namanya kekeringan rohani dan kejenuhan dalam berdoa. Munculnya kerinduan akan kampung halaman, teringat keluarga, teringat kenangan indah di masa lalu.Tidak jarang pula muncul khayalan-khayalan tabu saat kita sedang berdoa dan meditasi. Kurang lebih dua tahun yang lalu, Pastor Romio, CP pernah mengatakan kepada kami para novis waktu itu. Dia katakan begini: “Jangan terlalu banyak mengkhayal. Sedikit-sedikit mengkhayal, sedikit-sedikit mengkhyal. Mengkhyal punya mobil, punya rumah mewah, punya kapling sawit yang banyak, dan lebih-lebih mengkhyal mendapatkan istri cantik. Cewek yang gemuk, dimodif menjadi langsing, yang banyak jerawat dibuat jadi mulus.” Itulah wejangan dari Magister novis kita tercinta.
Bahaya lain yang dapat merusak panggilan kita sebagai biarawan yaitu, munculnya keugaharian dalam berdoa. Apa maksudnya? Kehadiran dalam doa bersama dipandang sebagai formalitas belaka atau dengan kata lain, “kehadiranku” di kapel hanya untuk memenuhi jadwal komunitas. Sekali lagi St. Paulus dari Salib menasihati kita agar jangan meninggalkan doa, satu kali-pun jangan (III, 697), sebab doa merupakan fondasi hidup atau nafas seorang religius. Seorang petani dipanggil untuk bertani, seorang politikus dipanggil untuk berpolitik, seorang nelayan dipanggil untuk menangkap ikan dan sebagainya, tetapi seorang religius dipanggil secara khusus untuk berdoa. Berbahagialah kita karena, kita lebih dekat dengan Tuhan dibandingkan dengan orang-orang di luar sana. Seharusnya demikian!
Poin terakhir merupakan kesimpulan dari kedua poin di atas.
Pertama: Kita dipanggil oleh Tuhan di antara sekalian banyak pemuda di tempat kita masing-masing dengan tujuan, untuk menjadi seorang biarawan. Tugas dan kewajiban utama seorang biarawan adalah berdoa.
Kedua: Dalam doa kita berelasi langsung dengan Allah baik secara komunal maupun secara individual. Karena itu, hendaknya kita juga membawa banyak orang untuk berelasi dengan Allah dalam doa-doa kita. Doa mendekatkan yang jauh, menyembuhkan yang sakit, melumpuhkan segala bentuk kejahatan lainnya. Itulah beberapa fungsi doa.
Ketiga: Semua khayalan, kekeringan rohani dan sejenisnya; jangan dipandang sebagai kegagalan kita dalam berdoa. Justru dengan itu, Allah menghendaki agar kita semakin mempercayakan diri kepada penyelenggaraan-Nya dan bukan mempercayai diri sendiri.
Keempat: Karena doa adalah jantung kehidupan rohani, maka hendaknya kita memelihara jantung itu agar tetap berdetak sehingga rohani kita tetap hidup dalam Allah.
Kelima: Rasul Paulus berkata: “Berdoalah selalu supaya kita dapat mewartakan Injil sebagaimana seharusnya kita mewartakannya (Ef 6:20).
Salam Passio!
“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”