Bacaan Pertama : Yeh. 34: 11-12, 15-17
Bacaan Kedua : 1 Kor. 15: 20-26, 28
Bacaan Injil : Matius 25: 31-46
Renungan:
Para saudara yang terkasih selamat hari minggu.
Sebelum masuk ke permenungan kita pada hari minggu ini, ada baiknya kita melihat kembali bagaimana pengalaman Yesus ketika berada di posisi terpaku disalib. Yesus ketika menghadapi situasi demikian, mengalami kesulitan dan penghinaan dari para serdadu dan para tua-tua yahudi, juga mengalami penghinaan dari orang yang disalibkan bersebelahan dengan Dia. “Hai kamu jika kamu raja orang yahudi selamatkanlah diri-Mu sendiri”.
Kita tahu menurut sejarah, Yesus tidak hanya disalibkan seorang diri, melainkan ada dua orang yang juga disalibkan bersama-sama dengan Dia. Sementara itu, mengejeknya secara mengejek seperti banyak orang yang berada di tempat itu. Sedangkan seorang yang lain yang berada di sebelah kanan Dia berkata kepada-Nya “Yesus ingatlah akan saya, namun Engkau masuk ke dalam kerajaan Allah ”. Dai benar-benar mengakui Yesus sebagai raja dengan memohon agar diselamatkan dan kelak boleh menikmati kerajaan abadi.
Para saudara yang terkasih sekilas dari peristiwa sebelumnya, kita dapat melihat gambaran akan kedatangan Yesus yang kedua (parousia). Dia yang hadir sebagai hakim yang Agung atas semua bangsa dengan diantara kambing dan domba, antara orang yang benar dan yang berdosa.
Tema Anugerah pada hari minggu terakhir dalam tahun liturgi ini, ikut menentukan pula bacaan yang akan digunakan pada hari yang berhubungan. Adapun pada hari ini, kita sebagai umat katolik Hari Raya Kristus Yesus Raja Semesta Alam.
Para saudara yang terkasih, Allah Bapa yang penuh belaskasih, tentu menghendaki agar seluruh umat-Nya tanpa terkecuali memperoleh keselamatan. Bukti dari tindakan keselamatan itu, dapat kita jumpai dalam Yesus Kristus pribadi yang dalam bacaan I: Yeh. 34: 11-12, 15-17 (Allah yang berbelas kasih kepada umat-Nya yang digambarkan dengan kasih gembala domba-dombanya). Hal ini nyata bahwa gembala yang sejati setia kepada domba-dombanya. Adapun, dalam ayat 11, menyatakan bahwa Sang gembala menunjukan sikap dengan memperhatikan domba-dombanya dan mencarinya kemudian dalam ayat ke 12 ditegaskan lagi bahwa Dia bertindak layaknya seorang gembala ketika domba-domba itu tercerai berai dari kawanannya.Dalam hal ini, Dia akan mencari mereka, kemudian akan menyelamatkan mereka dari segala tempat,
Ditegaskan kembali dalam ayat 15 yang menekankan bahwa sang gembala akan menggembalakan domba-domba-Nya dan membiarkan mereka berbaring. Sedangkan dalam ayat 16 lebih spesifik lagi dari tindakan sang gembala yakni: mereka yang hilang akan ia cari, yang tersesat akan ia bawa pulang, yang luka akan ia balut, yang sakit akan ia kuatkan dan yang gemuk dan yang kuat akan ia lindungi. Dalam tindakan seperti ini, Nampak jelas bagaimana sikap ini mau menggambarkan Allah sungguh-sungguh setia kepada umat-Nya dalam segala hal.
Rasul Paulus juga dalam bacaan II: 1 Kor. 15: 20-26, 28 (kebangkitan yang telah dilakukan oleh Yesus dengan menghancurkan maut). Dalam poin ini Kristus mendapatkan tempat yang istimewa karena melalui perantaraan-Nya maut yang disebabkan olah dosa adam, kemudian dipatahkan dan dihancurkan oleh kebangkitan kebangkitan-Nya.
Aku berkata kepadamu, sebenarnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukan juga untuk Aku Matius 25:45.
Banyak orang dewasa ini sudah merasa diri sebagai orang yang hidup rohaninya atau memiliki tingkat kerohanian yang mumpuni oleh karena sudah rajin jalan, terlibat aktif dalam pelayanan, bahkan sudah melayani di atas mimbar dll. Akan tetapi dengan adanya virus wabah korona ini, kita kembali melihat kedalam diri terlebih dahulu dengan bertanya apa yang telah saya lakukan bagi mereka yang paling membantu bantuan saya / kita atau lebih singkatnya apa kontribusi saya dalam masa pandemi ini?
Menurut hemat manusia mereka bisa dikatakan sudah cukup teruji, dan tentunya berharap bahwa apa yang dikatakan akan menyenangkan hati Tuhan dan Tuhan akan memberikan pujian terhadapnya.
Perhatikan apa yang Tuhan Yesus katakan, "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. " (ayat 41b-43).
Mendengar perkataan Tuhan Yesus ini semua orang pasti akan terperanjat dan menyangkal, bahwa selama ini mereka tidak pernah melihat Tuhan Yesus dalam keadaan seperti itu: "Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? " (ayat 44).
Memang banyak dari kita sudah dan telah banyak semak semak baik, namun tindakan ini hanya dinyatakan kepada orang yang paling hina. Memang benar kebenaran kepada orang yang dipandang hina, papa dan rendah tak mendapat pujian manusia. Hanya segelintir orang yang mau melakukannya.
Kemudian dalam Bacaaan injil: Mat, 25: 31-46 (Penghakiman terakhir, Allah digambarkan sebagai seorang hakim yang salah domba dari kambing, dan menempatkan domba disebelah kanan dan kambing di sebelah kiri, kemudian memberkati mereka yang melakukan / memperhatikan hamba yang paling hina. dan sebaliknya akan mengutuki mereka yang tidak melakukan kehendaknya).
Untuk dapat melihat lebih dalam makna yang terkandung dari bacaan injil pada hari ini, baik kita memperhatikan perumpamaan yang berkaitan dengan perikop pada hari ini. Ada lima perumpamaan tentang penghakiman hal ini, dapat dilihat pada (bdk. Mat.24: 43-25: 46), termasuk gambaran mengenai Penghakiman Terakhir. Sang Hakim akan salah satu dari pribadi yang berdasarkan perbuatan kasih yang konkret kepada sesama yang paling hina: kecil, lemah, miskin, tersisih dan cacat (bdk. Mat.25; 40). Tindakan ini hanya terbatas pada orang Kristiani saja, melainkan semua orang yang membutuhkan perhatian dan bantuan kasih yang sungguh nyata.
Tuhan ajakan kita melakukan sesuatu “UNTUK-Nya, dan bukan DEMI 'Dia. Tuhan mengindentifikasikan Diri-Nya dengan sesama yang kurang beruntung dalam hal apa pun. Setiap kali kita lalai manusia yang hina, dan tidak menutup kemungkinan pula bahwa ada banyak alasan kita untuk membenarkan tidakan kita untuk menjauhi orang yang kecil dan sederhana, dengan ini, mengabikan perintah Tuhan.
Pada kedatangan Yesus yang kedua (pada prusia) Dia akan menjadi Hakim Agung yang mengadili bangsa-bangsa (lih. Rm. 2:16). Untuk itu Yesus menggunakan simbol sebagai tanda untuk membedakan milik Allah dari yang bukan milik Allah.
Simbol domba mengacu pada orang yang benar yang berbagian dalam Kerajaan Allah. Sedangkan simbol kambing menggambarkan mereka yang terkutuk dan mengalami kekal (32-34, 41, 46). Kelompok orang benar-benar akan menerima hadiah yang telah disediakan Allah bagi mereka (34). Sebab, mereka telah melakukan sesuatu bagi salah seorang Yesus yang paling hina dengan memberi makan, minum, tumpangan, pakaian, merawat yang sakit, memberikan penghiburan, dan lain-lain (35-40). Sedangkan kelompok orang terkutuk hanya menggugat dan protes terhadap Allah. Jawaban Yesus justru membungkam ketidakpuasan mereka (42-45).
Kita tidak menyadari bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan. Segala peringatan yang kita lakukan untuk memuliakan Allah dalam hidup kita (Ef. 2: 8-10). Dengan kata lain, seharusnya iman yang sejati melahirkan perbuatan nyata (Yak. 2:17, 26).
Karena itu, sesama penghuni yang masih hidup dalam kekurangan; berdoa bagi mereka yang masih berjuang dalam kelemahan; dan mengunjungi serta menghibur mereka yang sedang berduka (lih. Gal 6:10; 2Ptr. 1: 7).
Lihatllah keluarga, gereja, dan orang-orang di sekeliling kita. Bantulah mereka ramah kita memiliki kesempatan! Kita bisa menolong seseorang untuk mandiri dalam keuangan melalui membekalinya dengan keterampilan, menolong memasarkan produk yang mereka kerjakan, memberikan perhatian dan bantuan materi atau moril kepada kaum manula dan anak yatim piatu, atau menolong pendidikan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu. Semua tanggung jawab ini dilakukan demi cinta dan bakti kita kepada Yesus Kristus.
Kebencian kita pada orang-orang yang juga memperhatikan kita, alias mereka yang memiliki kontribusi bagi kita. Perbuatan baik cenderung didasarkan pada untung-rugi. Atau kita berlomba-lomba untuk inspirasi baik kepada orang yang kaya, terpandang, atau orang besar, kumpulan kita beroleh perhatian.
Tuhan mengingatkan kita untuk meninggalkan cara berpikir demikian dalam perbuatan baik kita. Marilah sesama sesama sesama untuk memuliakan Tuhan. Mari kita memuliakan Tuhan bukan pertama-tama lewat kata-kata, perbuatan baik kepada sesama, sesama sesama yang menderita. Dan untuk melakukan hal ini, tidak perlu menilai hal-hal yang terlalu besar, yang kemudian membuat kita tidak melakukan apa-apa. Mengutip kata St. Theresa dari Kalkuta, melalui refleksi ini saya ajakan kita untuk “mari melakukan hal-hal kecil kepada sesama dengan cinta yang besar” ...Amin...
Salam Passio!