Bacaan Pertama: Amsal 31:10-13
Mzm: 128: 1-2,3,4,5
Bacaan Kedua: 1 Tesalonika 5: 1-6
Bacaan Injil: Matius 25: 14-30
Talenta berarti bakat alam yang dikembangkan dengan praktek yang tekun. Meskipun disebut tiga hamba dalam perumpamaan, tetapi mereka sebenarnya terdiri dari dua kelompok; dua orang menginvestasikan dan menggandakan jumlah uangnya, dan seorang yang menanam uangnya di tanah. Majikan, yang semula pergi jauh untuk waktu yang lama, tiba-tiba kembali dan melakukan perhitungan dengan hamba-hambanya. Perhitungan itu dengan jelas menunjuk kepada penghakiman terakhir. Hal ini mencakup hadiah bagi kedua hamba yang menggandakan jumlah uang yang diberikan kepada mereka dan hukuman bagi hamba yang tidak melakukan apa-apa. Kesiap-sediaan terus-menerus menuntut tindakan yang menghasilkan buah.
Renungan
Pada umumnya perumpamaan tentang talenta, merupakan perumpamaan mengenai sikap tanggung jawab kita dalam melaksanakan perintah Tuhan dengan taat dan setia. Inti dari bacaan ini sebenarnya bukanlah seberapa banyak talenta yang ada pada kita namun bagaimana kita mengembangkan talenta yang Tuhan percayakan kepada kita. Dalam menjalani kehidupan ini, kita diingatkan oleh perumpamaan ini bahwa kita semua adalah hamba Tuhan yang dipercayakan berbagai macam talenta. Tiap manusia punya talenta-bakat yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan. Tuhan tentu menghendaki agar talenta-talenta yang ada pada kita digandakan. Talenta-talenta yang ada pada kita tidak boleh menjadi alasan untuk memeghakan dan menyombongkan diri tetapi terus dikembangkan lewat tindakan nyata dalam kerja sama dengan rahmat-Nya supaya menghasilkan buah. Setiap orang yang dengan setia mengerjakan dan mengembangkan kepercayaan yang Tuhan berikan kepadanya, akan memperoleh lebih hingga berlimpah, namun yang tidak mengembangkannya dari padanya akan diambil. Tidak perlu kita meminta talenta yang besar, namun kerjakan saja seberapa besar talenta yang Tuhan percayakan kepada kita dengan sebaik-baiknya dan dengan cara yang luar biasa. Hamba yang baik adalah mereka yang mengembangkan talentanya. Setiap apa yang Tuhan beri kepada kita dipergunakan sebaik-baiknya dan dikembangkan dengan cara yang bijaksana. Tuhan akan sangat senang melihat kita mempergunakan dengan baik kepercayaan yang Ia berikan. Jangan sekali-kali kita menyia-nyiakan talenta yang dipercayakan kepada kita oleh Tuhan.
Selama ini Tuhan telah memberikan kita banyak anugerah dan kesempatan. Tentu Tuhan tidak menuntut agar kita semua sukses dan sama kualitasnya antara satu dengan yang lain. Tuhan hanya menuntut upaya yang sungguh-sungguh dari kita untuk mengembangkan talenta-talenta yang ada pada diri kita. Adalah kemurahan hati Allah untuk menganugerahkan kepada kita sesuai dengan kemauan-Nya sendiri. Bersyukurlah bahwa kita telah diberikan sesuatu oleh Tuhan yakni talenta-bakat. Pemberian itu bukan untuk disimpan begitu saja tetapi untuk dikembangkan sehingga berdaya guna bagi kita. Adalah kita yang perlu berusaha menempuh resiko dan tanggung jawab untuk melipatgandakan talenta yang diberikan Tuhan kepada kita. Kita sudah memiliki potensi, tinggal keberanian dari kita untuk mengembangkannya. Bagi Tuhan, persoalannya bukan terletak pada banyak atau sedikit talenta yang diberikan-Nya kepada kita, tetapi bagaimana kita yang mendapatkan talenta itu, kemudian mengembangkannya. Kita semua memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan talenta kita, kalau kita sudah diberikan talenta oleh Tuhan tapi kita tidak mengembangkannya maka itu adalah sesuatu yang sia-sia. Meskipun kita mendapatkan talenta yang kecil, tapi kalau dikembangkan dengan cara yang luar biasa, pastilah akan mendapatkan hasil yang berlimpah. Dunia tidak memerlukan orang-orang yang luar biasa, tetapi orang-orang yang melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa.
Pertanyaan bagi kita adalah, apakah talenta-talenta yang dianugerahkan kepada kita oleh Tuhan, sudah kita kembangkan? Atau kita sia-siakan begitu saja? Kita, manusia, sesungguhnya tidak berarti apa-apa, karena pada saatnya Tuhan pun menuntut pertanggungjawaban dari kita manusia mengenai segala yang telah Dia anugerahkan kepada kita. Anugerah yang kita terima dari Tuhan tetap menjadi milik Tuhan, kita hanya berkewajiban menggunakannya sesuai dengan kehendak Allah. Apabila kita menggunakan bakat talenta kita dengan baik, pintu rahmat semakin terbuka. Bakat apa pun yang ada pada kita, kecil maupun besar, tidak jadi masalah, yang penting bagaimana kita menggunakannya. Talenta yang ada pada kita, kalau tidak dipergunakan dengan baik, maka akan lenyap, kesempatan yang tidak kita manfaatkan, akan berlalu.
Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita berpikir mengapa talenta yang diberikan Tuhan kepada kita berbeda-beda, ada yang mendapat banyak, ada yang mendapat sedikit, mungkin juga kita bertanya mengapa pembagiannya tidak adil? mengapa dia lebih hebat dari saya, mengapa dia begitu saya begini, mengapa tetangga saya memiliki sesuatu yang lebih sedangkan saya berkekurangan? Adalah karena setiap orang memiliki kesanggupan yang berbeda dalam menanggapinya. Namun apapun bentuknya, suatu saat Tuhan akan datang dan Dia akan memanggil kita melakukan perhitungan atas apa yang Ia titipkan pada kita. Tuhan menitipkan hartanya kepada kita bukan hanya untuk dipendam untuk diri sendiri, karena itu pada dasarnya bukanlah milik kita, itu milik Tuhan. Maka Tuhan membutuhkan pertanggungjawaban dari kita, apakah kita memeperlakukan harta itu menjadi berguna bagi Tuhan atau tidak. Tuhan tidak mau jika hartanya kembali begitu saja, tetapi harus menghasilkan buah. Artinya bahwa segala pemberian Tuhan pada kita harus berguna untuk kemuliaan nama Tuhan. Jika kita setia dalam perkara kecil maka kita juga setia dalam perkara besar, jika kita setia pada Tuhan maka Tuhan juga akan mempercayakan kehidupan yang kekal kepada kita.
Dalam konteks ini hari Tuhan yang adalah penghiburan bagi orang-orang yang hidup akan kita nikmati seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika dalam bacaan kedua. Orang yang tekun dan penuh tanggung jawab mengembangkan talenta akan menikmati kehidupan kekal bersama Allah. Mereka tidak perlu takut akan hari Tuhan yang datang dengan tiba-tiba karena orang yang tekun mengembangkan talenta adalah orang yang bertanggung jawab atas hidupnya. Orang yang bertanggung jawab atas hidup adalah orang yang tahu bersyukur. Orang yang tahu bersyukur adalah orang yang menghargai sang pemberi hidup itu. Orang yang bertanggung jawab atas talenta yang Tuhan percayakan adalah orang yang seperti digambarkan dalam Kitab Amsal sebagai isteri yang cakap dan yang oleh pemazmur dalam Mazmur tanggapan hari ini disebut sebagai suami yang bijaksana.
Isteri yang cakap adalah seorang yang dapat dipercaya, jujur, murah hati, rajin dan takut akan Tuhan. Ia dapat mengurusi rumah tangga dengan baik, mampu memecahkan persoalan, baik terhadap suami maupun anak-anak. Suami yang bijaksana adalah seorang yang tidak saja sebagai kepala keluarga, tetapi juga pemimpin rohani bagi keluarganya. Ia adalah seorang yang hidupnya berkenan kepada Tuhan, mampu mengarahkan keluarga ke jalan yang benar, dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidup keluarganya. Lalu bagaimana dengan anak-anak? Pemazmur berkata, anak-anak adalah pewaris keluarganya. Artinya pewaris dan penerus kebaikan yang diajarkan dan dihidupi oleh ayah dan ibu mereka seperti yang dikatakan di atas, yakni dapat dipercaya, jujur, murah hati, takut akan Tuhan, penuh kasih, hidup benar, dan bertanggung jawab.
Itulah secara sederhana yang dapat kita katakan tentang orang yang tekun mengembangkan talenta yang Tuhan percayakan. Mari kita berjuang, dan terus bekerja sama dengan rahmat Tuhan untuk mengembangkan talenta kita, agar berguna bagi pertumbuhan diri kita, bagi kebaikan sesama dan agar banyak orang melihat perbuatan baik kita dan memuliakan Tuhan. Amin.
Salam Passio!
“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”