Pengantar
Dewasa ini banyak orang tidak melihat suatu pertobatan sebagai suatu pembaharuan hidup. Hal ini berdampak pada kehidupan orang-orang di zaman sekarang, terlebih yang telah dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Situasi ini tentu saja menjadi suatu keprihatinan. Pentingnya pertobatan merupakan jalan menuju kebaharuan hidup, tentu saja bahwa hal ini didasarkan pada penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus sendiri yang rela wafat di kayu salib demi menebus dosa umat manusia. Pertobatan bukan sekedar pengucapan melalui mulut, melainkan diwujudnyatakan dalam realitas kehidupan sehari-hari. Pemahaman pertobatan harus diarahkan kepada Allah sebagai penghapus dosa manusia. Inilah yang kiranya harus dipahami oleh manusia zaman sekarang yang terlalu sibuk dengan kenikmatan duniawi sehingga mengesampingkan pertobatan.
Meleburkan diri dalam Allah
Setiap orang yang dengan sepenuh hati mau bertobat dari seluruh kebobrokan hidupnya tentu saja harus meleburkan diri dalam Allah. Meleburkan diri adalah suatu usaha yang melibatkan seluruh pribadi manusia untuk memasrahkan diri secara bulat kepada Allah tanpa menaruh kepercayaan kepada diri sendiri (Merino, 1989: 24). Proses meleburkan diri pada Allah ini menjadi suatu kekuatan dalam menghadapi segala cobaan yang menjadi salib bagi setiap orang. Disini meleburkan diri mau mengambarkan bagaimana orang yang menyandarkan diri pada Allah selalu bertumpuh pada-Nya dan hidup seturut apa yang dihendaki-Nya.
Ketaatan Yesus Kristus telah membawa penebusan bagi umat manusia, penebusan dari segala kesalahan dan kelalaian. Ketaatan Yesus Kristus ini merupakan bentuk kecintaan-Nya kepada umat manusia. Cinta yang besar ini terus mengalir dalam kehidupan Gereja dan pada setiap umat. Dengan cinta yang besar ini pula setiap umat Kristen diharapkan agar terus memperbaharui diri melalui pertobatan. Pertobatan yang berasal dari kesadaran akan kecintaan pada Kristus tersalib sebagai jaminan hidup manusia.
Menurut St. Paulus dari Salib; satu dua kata penuh cinta cukup untuk menjadikan jiwa terpusat pada Allah; jiwa yang sungguh mencintai membiarkan agar hati sajalah yang berbicara karena cinta bermusuhan dengan banyak kata (Merino, 1989: 9). Kata-kata St Paulus dari Salib ini mengajarkan suatu nilai yakni hati yang tulus ikhlas lah yang akan mengarahkan manusia pada pertobatan dan perubahan hidup. Hati menjadi sarana penting dalam mewujudkan perubahan,
Kristus Sebagai Harapan Kita
Petobatan juga membawa suatu harapan. Tentu saja harapan pada kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Dapat diketahui bahwa harapan melalui pertobatan ini mengarah pada Kristus. Dalam perjalanan kehidupan sehari-hari setiap orang memiliki harapan akan kenyamanan dalam hidup, tetapi harapan melalui pertobatan ini merupakan harapan untuk menikmati kehendak Allah. Menurut St. Paulus dari Salib, Kehendak Allah ialah sarana untuk mengurangi segala kesulutan batin (Viller, 1995: 30).
Kita tahu akan tiga keutamaan teologis yakni; iman , harapan, dan kasih. Sering bahwa ketika mendengar kata harapan, pasti merujuk kepada suatu yang belum pasti, namun pengharapan yang dimaksud disini ialah pengharapan yang pasti sebab pengharapan ini tertuju kepada Kristus. Kristus menjadi dasar pokok Kristiani. Di sinilah pengharapan setiap orang bukan hanya hayalan belaka. Harapan pada Kristus juga menunjukkan bagaimana orang yang telah bertobat dan membalikkan diri dari jalan yang kurang baik. Di sini pertobatan mengembalikan manusia pada dasar kebenaran.
Salib dan kebangkitan Yesus kristus menjadi inti dari segala pengharapan. Harapan akan kebaharuan hidup menjadi pembeda dalam perjuangan untuk berpacu dengan segala kekacauan duniawi yang sering menghanyutkan setiap orang. Setiap pertobatan pada dasarnya memperlihatkan bagaimana manusia menjalin relasi dengan Allah. Artinya bahwa pertobatan mengindikasikan harapan akan bersatu dan dekat dengan Allah. Keinginan atau harapan ini tentunya akan menciptakan dalam setiap orang rasa kesatuan dan keintiman dengan Allah yang juga memberikan pegangan hidup.
Pertobatan dalam Cinta
Semangat pertobatan yang dilakukan oleh setiap orang juga mengarahkan mereka pada suatu cinta. Cinta yang muncul karena kebesaran dan kebaikan Allah, serta cinta yang memberikan perubahan diri pada kedamaian dan sukacita hidup. Melalui relasi yang dibangun dengan Allah, manusia menjadi kaya akan nilai hidup dalam kasih Allah. Di sisi lain relasi yang dibangun ini memberikan daya untuk berkembang dalam keseharian hidup dan mencapai keinginan yang diharapkan. Dengan cinta manusia menunjukkan bagaimana Allah berperan dalam segala karya dan hidupnya. Allah yang menjadi sumber cinta sejati menjadi pegangan bagi setiap orang untuk melancarkan semangat perubahan hidup.
“jiwa mencintai dengan cinta yang dimiliki Sang Kasih Abadi. Untuk memiliki penderitaan dari sang Kekasih itu, jiwa membiarkan cinta menjadi algojo. Cinta menyalibkan jiwa baik batiniah maupun lahiriah melalui suatu duka penuh cinta dan suatu cinta penuh duka, tetapi suatu cinta yang murni, bersih, dan suci.” (Merino, 1989: 13)
St. Paulus dari Salib mengatakan hal demikian karena rasa cinta berbelaskasihnya kepada Allah. Semangat cinta ini pula yang harus ditanamkan oleh setiap orang. Semangat cinta dalam pertobatan juga menghadirkan optimisme untuk terus berjuang dalam cinta, dan meraih kebaharua hidup. Tentu saja bukan hal yang mudah untuk melakukan hal ini, tetapi pengharapan yang kita inginkan akan memberikan kepastian dalam hidup. Bersamaan dengan cinta ini pula, perubahan diri menuju Allah akan semakin terwujud.
Penutup
Pergulatan manusia dalam realitas kehidupan membawa banyak warna. Kehidupan yang serba ada terkadang membawa manusia pada kedangkalan iman dan dosa. Karena itu pertobatan yang utuh hendakknya menjadi kekuatan baru dalam menjalani getirnya kehidupan ini dengan bersandar pada Tuhan sebagai tempat perlindungan kita. Pertobatan yang didasarkan oleh cinta terus memberi kehangatan. Salib dan Kebangkitan Yesus sebagai inti dari pengharapan manusia juga memberikan daya baru bagi perkembangan kehidupan. Maka, kesadaran untuk bertobat harus dikedepankan agar kehidupan kita dari hari ke hari bersatu dalam Allah dan bermakna bagi orang lain.
Daftar Pustaka
Merino, Luiz Dies. Mencari Allah Menurut St. Paulus dari Salib. Penterj: Gabriele Ranocchiaro. Malang : Dioma. 1989.
Viller, M. Kehendak Allah dalam ajaran St. Paulus dari Salib. Penterj: Pertapaan Rubiah Pasionis Maumere. Malang: Dioma. 1995.
Salam Passio!
“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”