"Allahku, Allahku, Mengapa Engkau Meninggalkan Aku?" (Bagian Keempat dari Tujuh Refleksi)
Ketika rasa sakit semakin berat dan kematian semakin mendekat, dalam sakrat maut yang penuh derita Yesus berseru, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46). Yesus menggemakan Mazmur 22, yang berbunyi: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang” (ay. 1-2).
Ibu, inilah anakmu! … Inilah Ibumu! (Bagian Ketiga dari Tujuh Refleksi)
Ketika Yesus mengalami penderitaan berat pada saat menjelang kematian-Nya, Maria, ibu-Nya ada di antara mereka yang tetap setia kepada-Nya. Sebagian besar murid laki-laki telah melarikan diri, kecuali seseorang yang disebut Injil keempat sebagai "murid yang Ia cintai." Kita tidak dapat benar-benar yakin tentang identitas murid yang dikasihi ini, meskipun banyak penafsir yang meyakini bahwa murid itu adalah Yohanes, yang juga merupakan seorang yang berada di belakang penulisan Injil ini.
"Aku Berkata Kepadamu, Sesungguhnya Hari Ini Juga Engkau Akan Ada Bersama-sama Dengan Aku di Dalam Firdaus" (Bagian Kedua dari Tujuh Refleksi)
Ketika Yesus tergantung di kayu salib, Ia diejek oleh para pemimpin agama Yahudi, para prajurit Romawi dan sebagian besar rakyat yang menyaksikan peristiwa itu di Gogota. Salah seorang penjahat yang disalibkan bersama dengan Dia menambah jumlah cemoohan dan ejekan itu. Namun, penjahat yang lain merasakan bahwa Yesus sedang diperlakukan tidak adil. Ia menegor penjahat yang menghujat Yesus itu dan kemudian setelah berbicara bahwa Yesus tidak bersalah dan tidak layak dihukum, ia memohon dengan rendah hati, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (ayat 42).
Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan (Bagian Pertama dari Tujuh Refleksi)
Yesus Kristus, Tuhan kita mati di kayu salib untuk menebus kita dan menyelamatkan kita dari hukuman akibat dosa-dosa kita. Seperti yang tercatat dalam Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, Yesus diejek, dicemooh dan disiksa di gedung pengadilan. Ia membawa salib-Nya melewati Via Dolorosa di Yerusalem ke Kalvari, dipaku di kayu Salib dan tergantung di antara dua penjahat. Ia mengalami penderitaan yang tak terlukiskan sampai akhir. Gereja Katolik secara khusus mengenang peristiwa itu pada hari Jumat Agung dan selama Pekan Suci. Renungan tentang penderitaan Yesus juga terus bergema selama masa Prapaskah. Satu dari banyak peristiwa dalam hidup Yesus yang dapat kita renungkan dalam masa prapaskah ini sebagai persiapan kita menyosong pekan suci adalah Tujuh Kata-Kata (Sabda) Yesus di kayu salib.