MEMELUK “KEBAHAGIAAN SEJATI” BERARTI HIDUP DALAM SEMANGAT UGAHARI

Author Fr. Damianus Ngai Rupi, CP | Selasa, 27 Oktober 2020 11:05 | Dibaca : : 1644
MEMELUK “KEBAHAGIAAN SEJATI” BERARTI HIDUP DALAM SEMANGAT UGAHARI

Seiring dengan berjalannya waktu, dunia dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya pun ikut mengalami perubahan yang signifikan. Salah satu perubahan yang paling dirasakan adalah terkait dengan manusia. Pola hidup manusia, sikap mental serta pola pikir manusia mulai mengalami pergeseran, mulai menyimpang dari tujuan utama keberadaannya di dunia ini. Apa yang membuatnya demikian atau mengapa hal itu terjadi? Karena kehidupan manusia telah terjamah oleh kehadiran alat-alat teknologi komunikasi dan informasi serta segala produk hasil buatan tangan manusia yang menawarkan keindahan-keindahan, kenikmatan-kenikmatan, kepuasan-kepuasan jasmani, tampilan yang memanjakan mata dan membangkitkan keinginan kuat untuk memilikinya. Singkat kata, segala tawaran yang baru yang mampu membutakan mata hati manusia.

Kehadiran teknologi artifisial tersebut mendorong manusia zaman now membentuk spiritualitas baru yang bersifat jasmani-profan yakni memandang tujuan hidupnya hanya untuk dirinya sendiri yakni sekadar menimbun harta untuk diri sendiri sehingga menghalalkan segala cara (seperti korupsi), ingin hidup mewah, mencari popularitas diri dengan terbuai dalam tren-tren yang ada atau mengikuti mode-mode terbaru seperti hand phone atau pakaian-pakaian dan lain-lain. Mentalitas manusia diubah menjadi mentalitas konsumerisme, hedonisme serta materialisme, yang membuat orang berjuang dalam hidup hanya untuk memenuhi dahaga egonya dan mengabaikan nilai-nilai kehidupan atau kepedulian kepada sesama. Manusia ingin menghabiskan isi koceknya hanya untuk terlibat dalam perkembangan tren-tren atau mode; hanya untuk tampil modis dan tetap eksis di mana pun dan kapan pun. Manusia jatuh pada perilaku konsumtif, menuruti begitu saja keinginan tidak teratur dirinya, ingin hidup berfoya-foya, menimbun barang atau harta sebanyak-banyaknya bahkan menghalalkan segala cara dan mengorbankan orang lain. Meskipun demikian, kebahagiaan tetap tidak ia rasakan. Ia malah terbelenggu di dalamnya, terjebak dalam lingkaran setan yang diciptakannya sendiri.

Perilaku konsumtif timbul akibat manusia suka membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain (apa yang orang lain miliki, itulah yang harus aku miliki) dan kemauan untuk digolongkan dalam kelompok sosial tertentu. Alasan kedua adalah keinginan mendapatkan kompensasi ( saya sudah bekerja dengan keras, wajar kalau saya membeli sesuatu sesuai yang saya inginkan). Ketiga, keinginan untuk memamerkan keberhasilan atau kesuksesannya atau apa yang ada padanya. Apakah mentalitas demikian membebaskan dan bertanggung jawab? Jawabannya tentu, “tidak”! sebenarnya orang-orang yang demikian diperbudak oleh sesuatu yang di luar dirinya (oleh iklan, kaum kapitalis). Tindakan konsumtif juga dapat mengorbankan orang lain (korupsi atau penggunaan berlebihan sumber daya alam dapat menimbulkan banjir, perubahan iklim dan lain-lain).

Selain alasan-alasan yang disebutkan di atas, persoalan yang paling utama yang mendasari terbentuknya perilaku masyarakat konsumtif adalah orang acuh tak acuh atau enggan hidup berdasarkan iman atau keyakinannya masing-masing. Secara khusus warga gereja tidak hidup sesuai dengan imannya akan Kristus dan mengabaikan nasihat-nasihat injil terutama pemenuhan tuntutan hidup dalam semangat kemiskinan, termasuk di dalamnya kesederhanan, menghayati semangat ugahari. Singkat kata, untuk keluar dari belenggu hedonisme, konsumerisme atau perilaku konsumtif dan menjadi pribadi yang bebas dan bertanggung jawab, orang harus hidup sesuai dengan tuntutan berimannya. Sebagai warga gereja yang mengimani Kristus, setiap pribadi diajak untuk hidup semangat ugahari, semangat “kesederhanaan”.

Hidup ugahari yaitu suatu cara atau pola hidup yang berusaha untuk hidup seperti Yesus Kristus yang tampil apa adanya, namun tetap memperhatikan nilai-nilai kehidupan; Kristus yang meskipun berkuasa dan memiliki segalanya, namun memilih hidup dalam kesederhanaan demi kesejahteraan dan keselamatan banyak orang. Semangat inilah yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang yang mengimani Kristus;semangat inilah yang dituntut dari orang-orang yang mau mengikuti Yesus. Dengan demikian, beriman kepada Yesus berarti hidup dalam semangat ugahari.

Dengan adanya Semangat ugahari orang didorong untuk hidup dalam kesederhanaan (termasuk di dalamnya adalah semangat atau kerelaan berbagi dengan sesama yang berkekurangan) yaitu puas dengan apa yang dimiliki;tidak berusaha bersaing mengejar hal-hal yang tidak penting, kemewahan atau kenikmatan sesaat saja. Demikian pula sebaliknya, tidak adanya semangat ugahari membuat seseorang terbuai oleh tawaran dari luar dirinya yang tidak berguna (kebahagiaan semu) atau membuat orang menuruti kemauan yang tidak teraturdari dirinya bahkan dengan jalan mengorbankan orang lain.

Semangat hidup ugahari membawa pada kebebasan sejati; mendorong orang untuk mematikan kecenderungan-kecenderungan manusia lama atau hawa nafsu, yang oleh Rasul Yohanes disebut “keinginan-keinginan daging” dan “keinginan-keinginan mata” serta “keangkuhan hidup” (1 Yoh. 2:16) atau dalam bahasa Yesus adalah “menyangkal diri” (Mat. 16:16). Dengan demikian, orang hidup bebas dari dosa. Karena hal-hal yang disebutkan di atas adalah sumber dosa.

Singkat kata, hidup ugahari sama dengan hidup dalam keutamaan-keutamaan Roh (hidup dalam cinta kasih;mematikan keinginan daging, cinta diri, keinginan mata, keangkuhan hidup, dll), penyangkalan diri yang membawa pada kebebasan sejati serta mencapai kebahagiaan sejati.

Mengenai hal ini, St. Paulus dari Salib menasehati: “Anakku, engkau tidak akan menikmati kebebasan yang sempurna jika engkau tidak menyangkal dirimu secara penuh. Sebab, semua orang yang memiliki harta benda, mencintai diri sendiri dan serakah, atau terlalu ingin tahu kesia-siaan dan terhalau dari perkara-perkara rohani, atau selalu mencari kesenangan dagingnyaa, sesungguhnya mereka semua sangat terbelenggu; dan walaupun mereka mendirikan istana-istana mewah baginya dan menyangka hidupnya bahagia, namun semua akan runtuh, sebab apa saja yang tidak berasal dari Allah akan binasa. Ingatlah kamu selalu pedoman hidup ini: “menyangkal diri”. Maka tinggalkan semua dan kamu akan menemukan semua; tinggalkan semua kesenangan duniawi dan kamu akan menemukan ketenangan. Renungkanlah baik-baik pedoman hidup ini, dan jika engkau telah menghayatinya, maka engkau akan paham bahwa hal itu sungguh benar dan bijaksana” (VOX PATRIS NASEHAT-NASEHAT ROHANI ST. PAULUS DARI SALIB, Hal. 36.)

Dengan demikian, jika kita ingin menjadi pengikut Kristus yang baik; ingin memperoleh kebebasan sejati serta ingin memperoleh kebahagiaan sejati, maka setiap (pribadi) kita harus “menghidupkan semangat ugahari dalam kehidupan sehari-hari, dalam setiap detik hidup kita agar hidup kita semakin hidup dan pada akhirnya mencapai kesempurnaan hidup Yesus Kristus.”

Berkat karunia Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus serta keterlibatan atau usaha dari manusia meskipun kecil, kita pasti mampu mencapai impian atau cita-cita hidup kita yang luhur.

 

Salam Passio!

 

“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”

Leave a comment