PEWARTAAN ONLINE

Author Fr. Chairil Candra, CP | Selasa, 27 Oktober 2020 11:46 | Dibaca : : 1129
PEWARTAAN ONLINE

Perkembangan dan kemajuan dalam dunia internet memang sangat pesat. Sekarang tekhnologi ini dimanfaatkan oleh umat manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup. Pemanfaatannya misalnya dalam dunia militer, pendidikan, ekonomi, hiburan, dan lain-lain. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini tentunya memberi peluang baru bagi Gereja untuk mengembangkan jalan dan cara-cara baru dalam dunia pewartaan, misalnya dalam katekese atau renungan-renungan singkat. Jika menyediakan pelayanan katekese atau renungan lewat internet, alangkah baiknya dikelola dengan menggunakan tim, jangan diusaha dan dikelola sendiri. Bentuklah tim untuk mengelola secara bersama-sama, bila perlu bekerjasama dengan pihak yang dipercaya, seperti keuskupan atau paroki, agar konten pelayanan yang disajikan bermutu, legal, dipercaya oleh umat dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika dikelola sendiri, kepercayaan umat terhadap konten yang disajikan bisa saja kurang. Hal lain yang perlu ditakuti dan harus diantisipasi adalah adanya bahaya dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, yang sengaja mengacaukan situasi dengan penyebaran ajaran-ajaran sesat.

Di tengah merebaknya wabah pandemic covid-19 (Virus Corona), penggunaan teknologi ini bahkan sudah merambah pada bidang ritual keagamaan. Hal ini tentunya menimbulkan kebingungan dan persoalan bagi sebagian umat beriman, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ritual yang dipandang sakral. Hal umum yang dipersoalkan adalah tentang kesakralan ritual, sah atau tidaknya ritual, layak atau tidaknya ritual. Hal ini menimbulkan pro dan kontra dalam umat, bahkan mungkin menganggu atau menggoncang kepercayaan atau keyakinan akan hal-hal tertentu dalam iman.

Dalam Gereja Katolik misalnya ada Missa live streaming. Ada pandangan yang negatif perihal Misa live streaming ini, misalnya dipandang sebagai ungkapan rasa takut atau rasa tidak percaya akan isi iman yang menjanjikan perlindungan, kekuatan, kesembuhan, penghiburan dan keselamatan. Pandangan seperti itu sebaiknya kita singkirkan. Missa secara live streaming bukanlah ungkapan rasa takut atau kurang percaya akan iman itu. Kebijakan ini diambil oleh Gereja sebagai bentuk dukungan Gereja kepada dunia, cara Gereja menyelamatkan umat manusia dari bahaya. Virus pada dasarnya bukan sebagai musuh umat manusia, tetapi merupakan bagian dari semesta ini. Virus juga sama seperti manusia, yaitu sebagai ciptaan Tuhan. Virus tentunya tunduk pada kodratnya sebagai ciptaan dan mengerjakan tugas tertentu yang berguna bagi keseimbangan yang terjadi di alam. Virus dapat menginfeksi manusia karena kelalaian atau kesalahan manusia yang tidak memperhatikan kebersihan lingkungan sekitarnya atau karena keserakahan manusia yang semena-mena mengeksploitasi alam dan makhluk hidup lainnya demi kekayaan dan mengisi perut, tanpa memperhatikan kebaikan bagi kelangsungan hidup bersama di semesta ini. Bila sudah terinfeksi virus karena kelalaian dan kesalahan manusia itu sendiri, maka dari pihak manusia itu juga dituntut pemecahan masalah untuk mengatasi persoalan ini, bukan menuntut penyelesaian masalah ini kepada Tuhan. Tuhan berada di dunia roh, sedangkan manusia dan virus berada di dunia materril. Bukannya Tuhan tidak bisa menolong manusia, tetapi Ia menuntut usaha manusia untuk menyelesaikan masalahnya, karena Ia tahu manusia mampu menyelesaikannya.

Dalam Sacrosanctum Concilium memang ditegaskan bahwa mengikuti Ekaristi lewat televisi memang tidaklah ideal, namun hal ini boleh diadakan bila mendesak atau keadaan tidak memungkinkan untuk mengikuti Ekaristi secara langsung. Media hanyalah sarana bukan tujuan utama. Missa live streaming bisa saja dikatakan buruk atau menyimpang bila orang memandangnya sebagai siaran atau tujuannya untuk mencari keuntungan, karena liturgi Ekaristi bukanlah siaran dan tujuannya bukan untuk dikomersialkan. Oleh sebab itu bila mengikuti Missa live streaming jangan menganggapnya sebagai siaran atau tayangan ulang, melainkan perlu mengambil sikap batin ketika mengikuti Missa, mengikuti gerakan-gerakan liturgis dan memberi jawaban-jawaban atas dialog sesuai dengan aturan yang tertulis dalam buku pedoman Ekaristi. Pewartaan melalui Missa live streaming bukanlah sebagai tindakan ketakutan dan penyangkalan terhadap iman, tetapi demi kesehatan dan keselamatan manusia. Bila ada yang menyatakan bahwa imannya lebih berharga lalu mengikuti Missa dan terinfeksi virus ini lalu kemudian mati. Hal ini merupakan tindakan konyol, kebodohan, celaka, tindakan bunuh diri, kesombongan rohani. Bisa jadi itu adalah dosa kesombongan dan tidak akan mengalami keselamatan.

Missa live streaming jangan dilihat sebagai sinkretisme tetapi lihatlah sebagai bentuk inkulturasi. Di mana iman Katolik dihayati dalam budaya digital, namun tetap diyakini dari dalam kesatuan Iman Gereja universal. Penggunaan media digital dalam inkulturasi tidaklah menyimpang asalkan tidak menciptakan ritus-ritus alternatif tambahan. Tujuannya tetap sama, yakni membahasakan iman di dunia digital sehingga relevan bagi mereka yang ada di dunia digital itu. Missa live streaming hendaklah dilakukan secara alami, tidak dibuat-buat atau pura-pura missa.

 

Salam Passio!

 

“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”

Leave a comment