KEMURNIAN (Doa dan Renungan Novena Hari Ke-3 dalam Rangka Memperingati St. Paulus dari Salib)

Author Fr. Gebhardus Riung, CP (Pembuat Doa) dan Br. Leonsius Bainardi, CP (Pembuat/Pembawa Renungan) | Kamis, 15 Oktober 2020 17:25 | Dibaca : : 1595
KEMURNIAN (Doa dan Renungan Novena Hari Ke-3  dalam Rangka Memperingati St. Paulus dari Salib)

DOA

Allah yang kekal dan kuasa, kami mengucap syukur kepada-MU karena rahmat yang telah kau-limpahkan kepada kami semua.

Kehadiran sabda-MU membuat hidup kami lebih bahagia dan dengan sabda-MU kami kaulahirkan kembali sebagai anak-anakMu.

Curahkan Roh kudus-Mu selalu dalam diri kami, agar kami mampuh menjadi pelaksana firman-MU dengan setia.

Dan semoga berkat bimbingan Roh-Mu itu, kami semakin yakin akan tugas panggilan sebagai murid-MU akan gereja, dalam cinta kasih universal Kristus yang menyerahkan diri bagi banyak orang.

Kami juga mohon, bersihkanlah dan sucikanlah pikiran dan hati kami, serta patahkanlah kuasa kegelapan yang berupa godaan-godaan duniwi yang menyesatkan dan memisahkan kami dari hidup selibat ini.

Buatlah kami menjadi semakin peka terhadap sapaan sabda-Mu dan tetap tabah dalam penderitaan, untuk berpegang teguh pada perjanjian yang telah kami ikrarkan.

Serta menyerahkan diri secara sukarela sehingga kami menjadi garam dan terang dunia bagi saudara-saudari kami.

Ke-semuanya ini kami haturkan kepada-MU, Biarlah engkau sendiri menguasai dan mengatur seluruh hidup kami, dengan perantaraan Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala masa…..Amin.

 

RENUNGAN

Bacaan: (Matius 16:1-12)

 

Kaul kemurnian merupakan satu dari keempat kaul dalam kongregasi kita ynag gencar dibicarakan, digumuli oleh setiap kaum berjubah atau religius.

St. Paulus dari Salib mengatahkan, “Kemunian adalah keutamaan para malaikat, maka hendaklah saudara-saudara memelihara kesopanan seperti malaikat. Jadilah terutama rendah hati, dan usahakanlah keselamtan kekal dengan ketakutan dan kegentaran, jangan percaya kepada diri sendiri, berusahalah doa tampa kenal lelah, dan matikanlah daging”. Pandangan yang jelas tentang kemurnian dan ketidaksempurnaan kita bukanlah alasan untuk tidak menyerahhkan diri kepada Sang Tersalib, justu malah karena cinta-Nya yang penuh belas kasih telah menyadarkan siapa sebenarnya diri kita. Kita ini adalah orang berdosa yang tidak ada apa-apanya di hadapan Sang Tersalib. Oleh kesadaran itulah, kita mau mempersembahkan diri sebagai kurban salib.

Kesadaran kita akan kejahatan-kejahatan yang telah kita lakukan dan menyerahkannya kepada Sang Tersalib merupakan bentuk kerendahan hati. Kerendahan hati sangat berperang penting dalam perjalanan panggilan kita, terlebih dalam hidup berkomunitas.

Penyerahan diri kita yang murni untuk mengikuti Sang tersalib sebenarnya adalah suatu tuntutan untuk mencapai kesucian. Dalam mencapai kesucian, kita harus bertekun dalam doa seperti yang telah disampaikan oleh St. Paulus dari Salib, “Jangan percaya kepada diri sendiri, berusahalah berdoa tampa kenal lelah”. Artinya kita tidak boleh mengeluh karena hidup kita bergantung pada doa. Menurut saya, hidup doa merupakan kerinduan yang mendalam untuk mencintai Sang Tersalib. Dengan meletakan diri ke dalam cinta-Nya tampa batas.

Panggilan kita untuk mengikuti Sang Tersalib dikatakan oleh Santo Paulus dari Salib sebagai malaikat sekeliling salib. Maka dari itu, Santo Paulus dari Salib mengatahkan bahwa kita ini adalah para malaikat yang berbadan. Hal itu jelas terbukti dari suratnya kepada biarawan Argentario, “sesudah kurang lebih dua tahun saya tidak di biara ini, akhirnya saya tiba di sini dua belas hari yang lalu, dan saya menemukan di sana suatu komunitas penuh malaikat yang berbadan yang membuat saya bercucuran air mata karena terharu dalam melihatnya saja, dan saya malu karena ketwaranku yang tak terbatas”. Apa alasan Santo Paulus dari Salib mengatahkan bahwa kita ini adalah malaikat berbadan? (1) persembahan diri kita yang murni. (2) kesopanan lahir batin terutama kesopanan mata dan mati raga dalam berbicara. (3) perasaan lainnya yaitu mematikan keinginan daging. (4) terlucuti dari kebiasaan duniawi tang masih melekat pada harta duniawi. (5) meniru pada diri sendiri keutamaan dan teladan Sang Tersalib dalam kesengsaraan-Nya.

Usaha-usaha ini merupakan suatu penyaliban daging dan hafa nafsu melalui kaul kemurnian. Santo Paulus dari Salib telah menasihati kita, “bagi para biarawan/biarawati, kemurnian menuntut kewajiban yang lebih luas dan berat, sebab mereka terikat pada “kaul kemurnian”, dengan demikian mereka telah memilih dan mentaati selibat gerejani. Hal semacam ini pantas diterima oleh para malaikat berbadan sebagai keutamaan para malaikat”.

Santo Paulusa dari Salib mengatahkan kemurnian merupakan askese atau mati raga. Siapa yang tidak mematiragakan nafsu, maka tidak mungkin dapat menguasai nafsu-nafsu yang lain dan tidak memiliki keutamaan-keutamaan para malaikat. Oleh sebab itu, mati raga disebut juga sebagai buah kemurnia.

Dalam suratnya kepada seorang pater yang baru ditabiskan, ia mengatahkan bahwa, “Tuhan membiarkan padamu godaan-godaan kotor, kesusahan, kekeringan, terutama dalam meditasi suci!”. Apa maksud pernyataan ini? Maksudnya ialah supaya kita menerima kemurahan hati yang besar, yang mana merupakan syarat terbaik untuk mengenal Allah dan mempersatukan kita secara intinm dengan-Nya dalam doa dan pengurbanan.

Bagaimana kita mencapai kemurnian sejati? Saya menggambarkan kemurnian itu sebagai sebuah jalan raya. Yang namanya jalan raya pasti ada kemacetan terutama di kota-kota besar. Dalam kemacetan itu pasti ada rasa jenuh, jengkel, marah, ngomel, dan sebagainya. Kita ini adalah sorang sopi atau driver. Untuk menjadi sopir yang baik dan agar dapat sampai tempat tujuan dengan selamat, kita perlu kesabaran dalam menghadapi kemacetan. Jika kita tidak sabar, maka kita akan menjadi driver yang ugal-ugalan. Driver yang ugal-ugalan pasti cenderung melanggar aturan lalu lintas. Orang yang melanggar aturan lalu lintas pasti mendapat hukuman dari pihak yang berwajib, bahkan bisa mendatangkan celaka. Demikian juga kemurnian yang sejati perlu kesabaran yang besar. Hendaklah kita menjadi seorang religius Pasionis menjaga kemurnian kita seperti air sungai yang mengalir. Banyak batu yang membuat air itu terbentur, tatapi ia terus beruasaha untuk mengalir. Jika air sungai itu dibendung, ia selalu berusaha dengan kekuatannya menjebolkan bendungan itu, agar ia terus mengalir dan pada akhirnya ia sampai kepada lubuk yang tenag dan damai.

Sebuah pepatah mengatakan Roma tidak dibangun dalam sehari, demikian juga kemurnian tidak dicapai secara instan. Untuk mencapai kemurnian yang sejati perlu proses, pergulatan dan kesabaran, ketekunan agar kita benar-benar murni karena kita tahan uji.

 

Salam Passio!

 

 

“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”

 

Leave a comment