SALIB KRISTUS DALAM SEMANGAT DUNIA MASA KINI

Author Fr. Kristianus Theo, CP | Selasa, 27 Oktober 2020 12:48 | Dibaca : : 3323
SALIB KRISTUS DALAM SEMANGAT DUNIA MASA KINI

1. Pengantar

Dunia zaman ini tidak pernah berhenti membawakan suatu pembaharuan. Berbagai aspek kehidupan telah jauh berubah khususnya lima tahun terakhir ini. Kemajuan teknologi dan industri sangat mempengaruhi gaya hidup tidak terkecuali kehidupan beriman. Pengaruh yang paling besar terjadi pada anak-anak zaman milenial ini, di mana kehidupan rohani tidak lagi dipedulikan. Anak-anak zaman ini lebih tertarik pada tawaran dunia yang menggiurkan. Dalam artikel ini, penulis hendak mengajak para pembaca merenungkan peristiwa salib Kristus dan menghidupkan semangat salib itu dalam kehidupan zaman ini. Harapan yang hendak dicapai ialah agar teladan cinta kasih Kristus bisa menjadi pedoman untuk mengarungi dunia zaman ini.

 2. Salib Kristus Membawa Kehidupan

Peristiwa Salib memang tampak sebagai suatu peristiwa yang menyakitkan bagi kita sekarang ini. Akan tetapi tidaklah demikian dengan peristiwa Salib Kristus. Peristiwa Salib Kristus adalah bukti bahwa Allah sangat mengasihi kita manusia. Dengan peristiwa Salib Kristus itu Allah memberikan jaminan kehidupan baru bagi umat manusia yang percaya kepada Kristus.  Peristiwa Salib Kristus dengan demikian menjadi awal kehidupan dan Lambang cinta kasih Allah bagi manusia.

- Peristiwa Salib sebagai Awal Kehidupan

Kehidupan umat manusia pada zaman sebelum Yesus dipenuhi dengan penantian terutama bagi umat Israel. Umat Israel menantikan seorang Mesias yang diharapkan mampu membawa mereka keluar dari masa-masa sulit hidup mereka. Pengertian tentang Mesias pada zaman itu sangatlah duniawi dalam arti mereka menantikan seorang raja dunia yang berasal dari bangsa mereka. Hal ini sangat bertolak belakang dengan tujuan kedatangan Yesus. Yesus datang sebagai seorang raja yang menguasai dunia dan surga. Kedatangan Yesus melampaui harapan umat Israel. Yesus datang sebagai seorang raja yang harus menderita dan bersengsara. Peristiwa yang terjadi pada akhir hidup Yesus sungguh tidak diduga oleh bangsa Israel termasuk juga para murid Yesus. Bangsa Israel kecewa dengan peristiwa yang terjadi pada Yesus. Akan tetapi itulah tujuan kedatangan Yesus di mana Ia harus menderita sengsara bahkan sampai wafat di kayu salib. Peristiwa itu menunjukkan cinta kasih Allah kepada dunia. Sengsara dan wafat Yesus ditampakkan sebagai kemenangan cinta kasih atas kebencian, kehidupan atas kematian, dan cahaya atas kegelapan (Algenii, SALIB KRISTUS DALAM KARYA KESELAMATAN, Terj. Carlo Marziali, Malang: Dioma, 1996, 28).

Peristiwa salib Yesus merupakan awal dari kehidupan baru yaitu suatu kehidupan yang tidak terkurung dalam ruang dan waktu, kehidupan yang dinantikan setelah kematian. Peristiwa salib Kristus itu membawa manusia kepada kemuliaan, sebab kemuliaan Kristus ini juga merupakan kemuliaan umat manusia yang mengambil bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya (Algenii, SALIB KRISTUS DALAM KARYA KESELAMATAN, 29).

 - Peristiwa Salib sebagai Lambang Cinta Kasih

Peristiwa salib Yesus menjadi tanda betapa besarnya cinta kasih Allah kepada manusia dan dunia sehingga Ia rela mengorbankan Putera-Nya yang tunggal untuk menebus dosa umat manusia (bdk. Yoh 3:16). Yesus menjadi lambang cinta kasih yang sempurna, Dia rela menyerahkan nyawa-Nya demi sahabat-sahabat-Nya termasuk kita semua yang percaya kepada-Nya. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya (Yoh 15:13). Tindakan Yesus selama hidup-Nya sudah menunjukkan bahwa Ia mengasihi semua orang tanpa pandang bulu. Yang menjadi patokan untuk cinta ialah bahwa cinta lebih diwujudkan dalam tindakan daripada dalam kata-kata (Budiarto, dkk., FORMASI DASAR ORANG MUDA; Untuk para Mahasiswa, Yogyakarta: Kanisius, 2009, 39). Cinta Kristus itu bukan cinta biasa melainkan suatu cinta yang tidak pernah binasa.

Cinta kasih Kristus menjadi sempurna pada saat Ia wafat di kayu salib. Kesempurnaan itu menampilkan wajah Allah yang berbelaskasih kepada manusia. Manusia haus akan belaskasih Allah yaitu suatu belaskasih yang bisa membawa manusia kepada kehidupan yang abadi. Manusia dapat mencapai kehidupan yang sempurna karena yesus telah mengorbankan diri-Nya di kayu salib. Itulah tanda cintakasih Allah yang sering diabaikan manusia di mana manusia sering jatuh dalam dosa yang sama.

 3. Salib Kristus dan Dunia Masa Kini

Salib Kristus seringkali terlupakan oleh manusia zaman ini. Kemewahan dunia membuat manusia lupa bahwa Tuhanlah yang menyelenggarakan kehidupan. Manusia terkadang tidak menyadari bahwa dunia ini bisa “menyalibkannya” sehingga manusia sering dibelenggu oleh nafsu duniawi.

- Manusia Tersalib zaman ini

Siapa manusia tersalib zaman ini? Pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab. Sukar menentukan siapa yang dianggap sebagai orang tersalib zaman ini. Orang tersalib zaman ini sering dilihat dalam diri mereka yang menderita baik secara fisik maupun secara batin. Secara fisik bisa dilihat dalam diri mereka yang tidak mempunyai tempat tinggal, orang yang berkekurangan juga dalam mereka yang susah akan pekerjaan. Sementara itu, secara batin dapat dilihat dalam diri mereka yang menghadapi banyak persoalan hidup meskipun secara materi mereka termasuk orang yang berada. Dalam hal ini hidup mereka tidak harmonis.

 Di masa pandemi covid-19 ini, manusia tersalib dapat juga dilihat dalam diri mereka yang terjangkit oleh virus corona. Mereka tersalib karena harus menanggung penderitaan yang mempertaruhkan nyawa, mereka berjuang untuk hidup. Tidak hanya itu, mereka juga diasingkan, dikarantina dan tidak boleh bersentuhan dengan orang lain. Singkatnya mereka hidup seperti bukan seorang manusia yang bersifat sosial. Dari sudut pandang yang lain mereka diperhatikan sebagaimana layaknya manusia di mana mereka mendapatkan perhatian dan perawatan yang khusus agar mereka bisa sembuh. Namun, covid-19 ini secara luas adalah salib bagi semua manusia. Dengan kata lain virus corona ini adalah salib kita semua di masa pandemi ini.

Penderitaan di dunia ini tidak pernah berakhir selama manusia itu masih mengembara di dunia fana ini. Sebagai anggota Gereja, kita juga mengalami penderitaan. Dari awal penyebaran agama katolik hingga saat ini Gereja terus mendapatkan tantangan, gereja selalu mengalami pengejaran dan beremacam-macam perbantahan dari pihak luar (Algenii, SALIB KRISTUS DALAM KARYA KESELAMATAN, 107). Dalam mewartakan Kristus yang tersalib Gereja harus mengalami salib Kristus itu sendiri sehingga akhirnya Gereja bisa menjadi terang dan garam dunia di mana pun Gereja berada. Pengalaman penyebaran itu  menjadi teladan bagaimana manusia zaman ini terutama kita sebagai orang katolik harus menjadi tanda atau pembawa cinta kasih Kristus bagi sesama.

- Cinta Kristus mengatasi Cinta Dunia

Dunia ini tidak pernah berhenti berbenah. Dunia terus bergerak dan memproduksi sesuatu dalam semangat kebaruan. Dunia menarik manusia agar mencintainya dan melekat padanya. Banyak hal yang ditawarkan oleh dunia agar manusia terikat padanya. Akan tetapi semua yang ditawarkan oleh dunia itu hanya bersifat sementara, semua yang diperoleh di dunia ini tidak pernah akan abadi semuanya hanya dalam bayang-bayang nafsu duniawi. Manusia pada akhirnya akan mati dan meninggalkan semua yang diperolehnya di dunia ini.

 Hal ini hendak mengatakan bahwa hanya cinta Kristus yang abadi. Cinta Kristus yang diwujudkan dalam peristiwa salib-Nya adalah cinta yang sejati, yang tidak pernah layu, tidak pernah habis. Sifat cinta Kristus yang transenden ini mau mengajak manusia agar lebih mencintai Kristus daripada mencintai dunia yang bersifat semu atau sementara. Kita harus ingat bahwa peziarahan hidup kita tidak berhenti di dunia saja tetapi akan berlanjut sesudah kematian.

 4. Penutup

Berdasarkan tulisan di atas penulis menyimpulkan bahwa hidup manusia tidak hanya di dunia ini saja melainkan akan beralih ke dunia yang baru. Cinta akan Kristus mampu membawa kita kepada kehidupan yang berbahagia setelah kematian. Kristus yang telah wafat di salib menjadi lambang betapa besar kasih Allah kepada manusia. Allah tidak pernah meninggalkan manusia berada dalam kegelapan maut, maka Allah mengutus Putera-Nya turun ke dunia untuk menebus manusia dari perhambaan dosa. Dengan datangnya Kristus ke dunia,  maka kerajaan maut diruntuhkan dan kegelapan berubah menjadi terang. Oleh karena itu, kita sebagai pengikut Kristus diharapkan agar menjadi terang dan garam dunia. Kita menanggung tugas sebagai pembawa cinta kasih di tengah dunia yang dilanda krisis cinta kasih seperti sekarang ini.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Algenii, Rafael, SALIB KRISTUS DALAM KARYA KESELAMATAN, Terj. Carlo Marziali, Malang: Dioma, 1996.

Budiarto, Cassianus Teguh, dkk., Formasi Dasar Orang Muda Untuk Para Mahasiswa,    Yogyakarta: Kanisius, 2009.

 

Salam Passio!

 

“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”

 

Leave a comment