1. Pendahuluan
Manusia tidak bisa lepas dari penderitaan. Tidak satu pun manusia di dunia ini luput dari penderitaan, sekalipun dia itu seorang raja atau seorang bapa suci pasti tetap merasakan penderitaan (Kempis, 1977:45). Namun, manusia zaman ini berusaha menghindari penderitaan dan kematian dengan kemajuan teknologi dalam bidang pengobatan. Manusia, bagaimanapun ia berusaha lari dan menghindari penderitaan, penderitaan tersebut akan selalu ada karena pada hakekatnya adalah bagian dari kehidupan manusia yang fana ini. Salah satu contoh penderitaan zaman ini adalah penderitaan yang disebabkan oleh virus Corona yang sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau obat untuk menghentikan virus ini. Virus ini bisa menginfeksi siapa saja dan membuat segala pekerjaan terhenti, akibatnya banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan menderita kelaparan. Dalam artikel ini penulis membatasi tulisan pada spiritualitas Pasionis dan aktualisasinya bagi penderitaan manusia zaman ini, karena spiritualitas Pasionis akan selalu aktual sepanjang masa.
2. Aktualisasi Spiritualitas Pasionis Bagi Zaman Ini
Santo Paulus dari Salib adalah pendiri Kongregasi Pasionis yang lahir pada tanggal 3 Januari 1694, di Ovada, Kabupaten Alessandria, Italia Utara. Meninggal di Roma pada tanggal 18 Oktober 1775 (Marziali, 1989:17). Paulus dari Salib adalah seorang rasul Yesus tersalib yang terkenal, seorang mistikus yang agung, dan pembimbing rohani yang termashyur. Doktrin rohaninya masih tetap aktual sampai saat ini karena berdasarkan pada kebijaksanaan Salib yang tak kunjung layu. Spiritualitas Pasionis masih sangat aktual zaman ini bahkan di tengah kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat sehingga oleh karena kemajuan ini banyak penyakit maupun penderitaan manusia dapat diatasi (Bialas, 1985:54).
Namun, penemuan serta kemajuan teknologi tersebut tidak melenyapkan segala penyakit di dunia ini, penderitaan akan selalu mengikuti manusia kemanapun. Secara sederhana penderitaan manusia zaman ini berasal dari diri sendiri yaitu kesalahan, egoisme serta ketidakadilan, sehingga manusia itu sendirilah yang harus berusaha sekuat tenaga melenyapkannya. Di samping itu, ada suatu penderitaan yang tidak disebabkan oleh kesalahan sendiri, salah satu contohnya adalah penderitaan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyebabkan banyak kematian dan kelaparan di mana-mana, hal inipun bila tidak disingkirkan tetap merupakan sebuah kesulitan yang tidak mudah dipikul, karena dari sudut manusia saja “Penderitaan merupakan siksaan tanpa arti”.
3. Penderitaan Manusiawi Sebagai “Salib Kristus”
Santo Paulus dari Salib yang adalah “Sang Karismatik Salib”, tidak hanya menenggelamkan diri dalam misteri penderitaan Kristus melalui renungan dan kontemplasi, tetapi secara konkrit ia melihat dan menerima penderitaan sebagai suatu partisipasi pada sengsara Yesus. Bagi Santo Paulus dari Salib menenggelamkan diri dalam renungan sengsara Tuhan merupakan pendahuluan dan persiapan kepada suatu partisipasi nyata akan sengsara Yesus (Bialas, 1985:55).
Dalam situasi penderitaan, manusia perlu berpaling kembali kepada imannya, sebab penderitaan dan kesakitan merupakan ujian bagi iman. Pendek kata setiap pengalaman pahit dan menyakitkan yang tidak dapat dihindarkan itu harus didasarkan atas kehendak Allah atau sekurang-kurangnya dibiarkan terjadi oleh Allah. Akan tetapi di sini Paulus tidak berpasrah secara buta kepada nasib atau kepada hal yang menyakitkan diri saja, Santo Paulus dari Salib meyakini bahwa Allah tetap memelihara hubungan dengan manusia yang menderita, karena Allah selalu menghendaki kebaikan yang lebih tinggi bagi manusia. Santo Paulus dari Salib hendak memberikan contoh bagaimana menanggung penderitaan melalui dimensi iman serta mengatasinya secara kristiani. Santo Paulus dari Salib pernah menulis kepada seorang sakit yang bunyinya:
“Pandanglah dan terimalah penyakit serta kelemahanmu dalam kehendak Ilahi, yang sangat perlu kau cintai. Allah menghendaki agar kamu melayani-Nya sebagai seorang sakit dan di dalam situasi itu; dari tempat tidurmu kamu menjalankan suatu kesabaran dengan tenang, kelembutan hati dan kedamaian” (L III, 719).
Bagi Santo Paulus dari Salib iman akan penyelenggaraan Allah serta persatuan dengan Tuhan yang menderita dan tersalib adalah sikap-sikap dasar yang memungkinkan manusia secara konkrit menerima dan menguasai penderitaan. Paulus mengajak membentuk sikap-sikap dasar dengan suatu bahasa yang hidup dan penuh daya keaktifan. Walaupun penderitaan konkrit yang tak terpungkiri, diterima sebagai kehendak Allah dan kesempatan untuk mengambil bagian dalam sengsara Yesus, itu tidak berarti bahwa penderitaan jasmani maupun rohani melenyap. Penderitaan dan kesakitan itu tetap ada dan terasa, tetapi telah kehilangan sengat dan tanpa arti, karena rahmat Allah sudah mengubah sakit atau susah menjadi suatu keluhuran (Bialas, 1985:58).
4. Kekayaan Spiritualitas Pasionis
Ada banyak sumber mengenai spiritualitas Pasionis. Sumber-sumber tersebut adalah surat-surat Santo Paulus dari Salib yang ditujukan kepada orang yang dibimbingnya dan “Catatan Harian”nya selama ia retret di samping Gereja San Carlo di Castellazo. Dalam surat-suratnya kepada orang yang dibimbingnya, ia memberikan petunjuk bagaimana harus menanggung kesakitan atau penderitaan dalam “Salib Kristus”. Dia juga menolong orang yang menderita, agar si penderita mampu menerima penderitaan yang harus dihadapinya sebagai kehendak Allah dan mengatasinya secara Kristiani. Dan dalam “Catatan Harian” yang ditulisnya sendiri ia menceritakan pengalaman kontemplasinya selama ia retret.
Dalam “Catatan Harian” yang ditulis oleh Santo Paulus dari Salib, terdapat suatu ucapan yang menunjukkan bahwa persatuan dan kesatuan dengan Kristus tersalib merupakan inti dasar kehidupan rohaninya. Inilah kutipan dari perkataan Santo Paulus dari Salib yang ditulisnya dalam catatan hariannya pada tanggal 23 Nopember 1720: “Saya tahu, bahwa karena kerahiman Allah kita tercinta saya tidak hendak mengetahui yang lain maupun menikmati kesenangan apapun. Yang saya inginkan hanya agar dapat disalibkan bersama dengan Kristus” (Marziali, 2006:10). Hal “disalibkan bersama dengan Kristus” merupakan rancangan hidup Santo Paulus dari Salib; suatu ungkapan yang tidak ada tandingannya, yang menjadi kunci penafsiran mengenai hidup dan pikiran Pendiri Kongregasi Pasionis.
5. Relevansi Spiritualitas Pasionis Bagi Manusia Zaman Ini
Dapat diakui bahwa ajaran spiritual Santo Paulus dari Salib dapat bertahan sepanjang zaman, karena pada masa yang akan datang, betapapun besar kemajuan umat manusia dalam menanggulangi penyakit, peristiwa penderitaan tetap akan ada, sebab penderitaan bukanlah tujuan tetapi suatu jalan, suatu sarana untuk mencapai persatuan dengan Allah, untuk diubah secara utuh “dalam kehendak Ilahi” menurut istilah Paulus sendiri. Bagi orang yang percaya akan Kristus, “mistik partisipasi” Santo Paulus dari Salib ini dapat menolong untuk memberi arti kepada penderitaan pribadi, juga apabila penderitaan tersebut dapat mematahkan ataupun menggoncangkan hati, dan dengan demikian ia akan tetap menguasainya dan menjadikannya berharga atau bernilai.
Daftar Pustaka:
Bialas, Martin. Sengsara Yesus Karya Kasih Allah Yang Mulia, Renungan atas Sengsara Yesus Menurut Ajaran St. Paulus dari Salib. Terj. Gabriele Ranocchiaro, CP. Malang: Tanpa Penerbit, 1985.
Kempis, Thomas A. Mengikuti Jejak Kristus. Terj. J.O.H. Padmasepoetra. Jakarta: Obor, 1977.
Marziali, Carlo. Santo Paulus dari Salib, Pendiri Kongregasi Pasionis. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
Marziali, Carlo. Catatan Rohani St. Paulus dari Salib. Judul asli: Diario Spirituale di San Paolo della Croce. Batu: Tanpa Penerbit, 2006
Salam Passio!
“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”