Injil hari ini mengisahkan kepada kita bahwa Yesus sedang mengajar di Bait Suci ketika orang-orang Farisi datang kepada-Nya, membawa seorang wanita yang telah ditangkap karena perzinahan. Mereka menempatkan wanita itu tepat di tengah-tengah kerumunan umat. Bayangkan bagaimana perasaan wanita itu. Apa emosi yang akan kita alami jika seseorang membawa kita ke tengah-tengah kerumunan orang dan kemudian mereka memberitahu semua orang tentang semua kesalahan yang telah kita lakukan? Saya berasumsi sebagian besar dari kita akan terhina, marah, dan takut.
Orang-orang Farisi mulai dengan mengutip hukum Taurat kepada Yesus (seolah-olah Yesus tidak tahu hukum Taurat). Mereka berkata bahwa hukum Musa mengatakan bahwa wanita mana pun harus dilempari batu sampai mati karena perzinahan. (Catatan: rajam tidak berlaku untuk pria yang juga telah melakukan perzinahan.)
Orang-orang Farisi ingin mendengar apa yang menurut Yesus seharusnya dilakukan terhadap wanita itu. Tentu saja, mereka hanya ingin menguji Yesus. Mereka berharap menemukan sesuatu dalam tanggapan-Nya yang akan memberi mereka alasan untuk menangkap-Nya. Ini adalah satu-satunya tujuan pertemuan mereka dengan Yesus. Namun, Yesus menyadari bahwa orang-orang Farisi berusaha menjebak-Nya. Yesus tahu bahwa jika Ia menyimpang dari Hukum Musa, mereka kemungkinan besar akan menuntut dan menangkap-Nya saat itu juga.
Yesus memilih tindakan yang tidak biasa. Dia hanya membungkuk dan mulai menulis di tanah. Tindakan-Nya mengejutkan orang-orang Farisi. Ini bukan jawaban! Jadi mereka terus bertanya kepada Yesus pertanyaan yang sama. Akhirnya, Yesus menanggapi dengan memberitahu orang-orang Farisi bahwa siapa pun yang tidak berdosa harus melemparkan batu pertama kepada wanita itu.
Kita kemudian mendapatkan informasi dari penulis Injil bahwa satu demi satu, orang-orang Farisi menyelinap pergi. Apakah mereka mengalami rasa malu tentang apa yang telah mereka lakukan terhadap wanita itu? Apakah mereka hanya marah karena Yesus telah mengalahkan mereka? Apakah mereka menyadari dosa-dosa mereka?
Selanjutnya, Yesus dengan tenang bertanya kepada wanita itu kemana semua orang pergi. Adakah yang meleparinya dengan batu? Wanita itu pasti heran bahwa seseorang telah membela dirinya. Dia tahu dia telah berdosa, namun pria ini, Yesus, telah melindunginya dari orang-orang Farisi. Sungguh sebuah momen yang mengubah seluruh hidup wanita itu! Saya yakin saat itu juga wanita itu mulai memiliki kesadaran bahwa ia masih bernilai meskipun telah berbuat dosa.
Apakah kita percaya akan belaskasih dan pengampunan Yesus atas kita sama seperti yang Ia telah lakukan kepada wanita itu? Dosa-dosa kita mungkin tidak seserius dosa wanita itu. Atau dosa-dosa kita mungkin lebih berat dari dosa wanita itu. Apakah kita percaya bahwa Yesus mengasihi kita dan akan mengampuni kita, tidak peduli seberapa besar kita telah berdosa?
Apakah kita benar-benar percaya kepada Yesus dan belaskaishan-Nya?
Marilah kita berdoa memohon rahmat Roh Kudus untuk membuka hati kita kepada Yesus dan menerima kasih dan pengampunan-Nya. Percayalah Yesus selalu menanti kita.
Salam Passio!