Pengalaman Maria Magdalena – dan beberapa wanita lain: Maria ibu Yakobus dan Salome (Mrk. 16:1) – dan Murid yang dikasihi (Yohanes) dan Petrus mengenai tidak adanya jenazah Yesus di dalam kubur begitu menggemparkan dan menghebohkan mereka. Pengalaman itu dinamakan juga pengalaman menjumpai makam kosong atau pengalaman kebangkitan Yesus. Menyebutnya sebagai pengalaman kebangkitan Yesus perlu dijelaskan lebih lanjut di sini. Dalam arti asalinya, tak seorang pun yang secara langsung melihat atau mengalami proses kebangkitan Yesus. Ini adalah perkara iman! Penyimpulan iman rasuli yang biblis atau sesuai dengan isi Kitab Suci.
Pengalaman yang dialami saat subuh Hari Minggu/Hari Tuhan (Dies Domini). Yang dialami tentu bukan semata-mata kenyataan tidak adanya jenazah Yesus di dalam makam, tetapi lebih dari itu mereka, Maria Magdalena – Yohanes – Petrus, mengalaminya sebagai ‘pengalaman akan tanda-tanda’. Maria Magdalena yang pertama-tama menjumpai pintu makan sudah terbuka. Dengan melihat kenyataan ini, ia pergi dengan segera untuk memberitakannya kepada Simon Petrus dan Yohanes. Ia pergi dengan kesimpulan yang dibuatnya “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Kesimpulan yang dibuatnya ini tentu merupakan sebuah kemungkinan. Ia sendiri – atau malah bersama kedua wanita lain (versi Injil Markus) – belum memeriksa isi makam. Memang simpulan yang dibuatnya bukannya tanpa dasar. Dapat diterima bahwa memang kala itu dapat terjadi orang mencuri isi makam.
Setelah Yohanes dan Petrus tiba dengan tergesa-gesa, kenyataan lebih jauh mereka peroleh. Kenyataan yang bisa jadi dapat mendukung pendapat Maria Magdalena sebagai sebuah simpulan-kemungkinan. Kenyataan pertama yang dilihat Yohanes – yang lebih dahulu tiba – ialah posisi kain kafan yang terletak di tanah. Posisi kain kafan ini serupa di mata Petrus. Karena Yohanes tidak masuk, ia tidak melihat posisi kain peluh. Posisi kain peluh dilihat oleh Petrus yang belakangan tiba dari Yohanes tetapi masuk ke dalam makam. Kain peluh sudah tergulung agak ke samping, tidak lagi pada posisi letak kepala Yesus dan juga tidak berdekatan dengan letak kain kafan. Posisi kain peluh, bagi Yohanes, yang menyusul Petrus masuk, membawanya pada keyakinan atau iman. Melihat itu dan ia percaya. Mereka belum percaya pada isi Kitab Suci akan warta kebangkitan Yesus dari orang mati.
Pengalaman kebangkitan Yesus bagi kita sekarang dan di sini ialah sebuah pengalaman iman. Seperti para rasul yang mengalami ketiadaan jenazah Yesus, begitu pula kita yang saat ini di sini mengalami bahwa Yesus tidak hadir di tengah-tengah kita, saat Minggu Paskah. Apa artinya ini bagi kita? Lebih lanjut, seperti Yohanes yang melihat semua itu dan Percaya meskipun belum mengerti isi Kitab Suci (Perjanjian Lama), begitu pula dengan kita. Kita diharapakan menjadi percaya. Kita memang belum mengerti sepenuhnya isi Kitab Suci (PL dan PB), meskipun sudah seusia kita warta Paskah diterangkan kepada kita. Yesus memang harus mengalami semuanya itu, sengsara-wafat-bangkit. Isi Kitab Suci, yang telah diwartakan para nabi (PL), juga sejak Yohanes Pembaptis dan Para Rasul sampai hari ini (PB) masih terus diwartakan kepada kita, agar kita menjadi percaya. Percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, Putra Allah. Melalui pengalaman Maria Magdalena, Yohanes dan Petrus, penggenapan isi Perjanjian Baru sudah diwartakan kepada kita, saat ini dan di sini.
Dengan semangat Paskah Tuhan kita – seperti para rasul – kita pergi. Harus pergi! Gelora Paskah memberanikan dan mengobarkan pewartaan Paskah Tuhan Yesus Kristus, Hakim dan Pengampun. Itulah tugas rasuli kita. Dari mereka yang hidup, tinggal, makan dan minum dengan Yesus, melihat dan mengalami-Nya, kita terima isi pewartaan iman kita.
Lebih dari itu, kita saat ini dan di sini, telah menjadi percaya. Percaya bukan karena melihat dengan mata kepala akan peristiwa Yesus, tetapi percaya karena “mengalami Yesus dalam tanda-tanda kehidupan kita sehari-hari saat ini dan di sini.” Kita telah menjadi Manusia Baru berkat pencurahan Roh Kudus saat “kita mati dan bangkit bersama Kristus dalam Pembaptisan”. Inilah yang memampukan kita mencari ‘Perkara yang di Atas’. Kita – setiap kita sekarang dan di sini – menjadi hidup oleh Paskah Yesus Kristus Tuhan kita. Hidup kita tersembunyi di dalam Allah. Hidup kita tertuju pada Allah, saat kita memandang Allah dari muka ke muka, melihat-Nya dengan jelas.
Salam Passio!!!