(Bacaan I: Yes 7:0-14, Bacaan II: Rom 1: 1-7, Bacaan Injil: Mat 1:18-24)
*Renungan ini dibawakan dalam Misa Bahasa Inggris di Kapela Holycross Melbourne, Australia bersama umat paroki St. Kevin dan St. Gregory. Saya lampirkan juga versi bahasa inggrisnya dari renungan ini).
Yosef tidak pernah berbicara satu katapun di dalam Injil. Dia adalah seorang yang banyak berbuat, tidak banyak bicara. Dia melakukan apa yang Tuhan minta kepadanya.
Matius dan Lukas mencatat kelahiran Yesus : Lukas menyampaikan cerita dari sudut pandang Maria dan Matius, seperti yang baru saja kita dengar, mengisahkan kelahiran Yesus dari sudut pandang Yosef. Banyak rincian yang berbeda, tapi pesan utama adalah persis sama pada kedua catatan itu. Yesus lahir karena kuasa Roh Kudus!.
Adalah penting untuk menghargai situasi di mana Maria dan Yusuf menemukan diri mereka sendiri. Pernikahan Yahudi memiliki tiga tahap. Pertama, perkenalan. Biasanya ini dipersiapkan oleh ayah atau keluarga dari seorang laki-laki ketika pasangan itu masih anak-anak. Ini masih terjadi di kampung halaman saya hari ini dan di berbagai daerah di dunia. Saya ingat ketika saya masih di sekolah dasar dan di sekolah menengah; ayah saya memperkenalkan saya dengan seorang gadis dan berkata : Nak, gadis ini akan menjadi istrimu nanti. Pada waktu itu saya tidak mengerti dan menjawab: "Ya, ayah. Ketika saya di SMP ayah saya mengingatkan saya: Nak, jangan lupa, gadis ini yang akan menjadi isterimu nanti. Setelah saya tamat SMA dan memutuskan untuk bergabung dengan Pasionis, ayah saya berkata: 'Baik nak, tidak apa-apa, jangan memikirkan gadis itu lagi. Akan ada seorang laki-laki yang dikirim Tuhan untuk menjadi suaminya.'
Dalam budaya Ibrani setelah periode perkenalan mulailah masa pertunangan, seperti terjadi pada Yusuf dan Maria ketika mereka dikunjungi oleh malaikat. Pertunanganan berlangsung selama satu tahun. Pasangan ini disebut sebagai suami dan istri tetapi mereka hidup terpisah dan tidak boleh melakukan hubungan seksual. Hukuman bagi yang melakukan hubungan seksual pada masa pertunanganan adalah hukum rajam sampai mati untuk keduanya. Jika salah satu dari mereka tidak ingin melanjutkan ke tahap pernikahan, harus ada perceraian yang diprakarsai oleh pihak laki-laki. Tahap ketiga, setelah satu tahun pertunangan adalah pernikahan.
Tidak sulit bagi kita untuk membayangkan betapa terkejutnya Joseph ketika menemukan Maria, tunangannya sudah hamil - dan bukan dengan dia. Hal ini tampak kepadanya bahwa tidak ada alasan lain selain bahwa Maria telah melakukan perzinahan. Bayangkan perasaan Maria ketika ia menemukan dirinya dalam posisi ini! Bagaimana dia bisa menjelaskan bahwa dia hamil oleh kuasa Roh Kudus? Siapa yang akan percaya cerita seperti itu? Yusuf dan Maria, sama-sama menghadapi kemungkinan ditolak dan ini akan terjadi jika bukan karena tindakan Yusuf.
Yusuf tidak ingin membuka tuduhan terhadap Maria. Karena jika itu ia lakukan Maria akan dihukum mati dengan dirajam. Dalam situasi seperti ini Hukum Musa mewajibkan Yosef menceraikan Maria. Ini adalah tugasnya, dan sebagai seorang Yahudi yang taat, Joseph bermaksud melakukan hal itu. Namun, karena ia sangat mencintai Maria, ia mengambil keputusan untuk memutuskan pertunangan secara diam-diam tanpa menuntut biaya apapun atau pemulihan nama baik. Tetapi kemudian ia mendapat kunjungan dari malaikat dalam mimpi yang menyuruhnya untuk mengambil Maria sebagai isterinya dan menikahinya. Malaikat itu mengatakan bahwa tidak ada pria lain yang terlibat; Maria hamil dengan kuasa Roh Allah. Malaikat itu mengatakan kepada Yusuf anak ini akan menjadi anak yang spesial.
Suaminya tersenyum dan berkata, "Tunggu dan lihat."
Pagi berikutnya begitu terbangun, ia berkata kepada suaminya, "Tadi malam aku bermimpi yang sama. Engkau memberiku kalung emas yang indah sebagai hadiah Natal. Apa artinya itu? "
Sekali lagi suaminya hanya tersenyum dan berkata, " Mari kita tunggu dan lihat. "
Lagi-lagi pada pagi hari ketiga wanita itu berkata kepada suaminya hal yang sama dan suaminya memberinya jawaban yang sama.
Akhirnya, Hari Natal tiba dan wanita itu melihat hadiah Natal yang dibungkus dalam paket yang sangat indah berada di bawah pohon Natal. Dia sangat gembira, berpikir bahwa usahanya telah membuahkan hasil. Dia membuka paket itu dengan mengharapkan kalung emas yang indah di dalamnya. Tetapi ia sangat kecewa ketika dia menemukan sebuah buku di dalam paket itu dan buku itu berjudul : "Arti Mimpi."
Yosef mendengarkan bagaimana Tuhan berbicara kepadanya dalam mimpi-mimpinya dan ia tahu maksudnya. Dia melakukan persis seperti apa yang dia percaya Tuhan memintanya untuk melakukan hal itu. Matius mengatakan bahwa Yusuf adalah "seorang terhormat". Dia adalah orang yang setia dan banyak berbuat, ketimbang bicara. Hal ini memungkinkan dia untuk menerima kelahiran Yesus sebagai sebuah peristiwa yang sangat besar. Jika Joseph hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak melindungi Maria, Maria akan ditolak dan dirajam sampai mati.
Sama seperti Maria dipilih untuk mengambil bagian dalam rencana keselamatan Allah, demikian juga, Yosef memiliki peran yang sangat penting. Yosef diberitahu oleh malaikat bahwa Maria akan menjadi ibu dari anak yang special ini dan meskipun ia bukan ayahnya, ia dan Maria akan menjadi orangtua Yesus. Sungguh mengagumkan bagi kita membayangkan reaksi Yosef, ia menempatkan dirinya benar-benar sebagai hamba Allah, sama seperti yang Maria lakukan.
Bagaimana tindakan Yosef berbicara kepada kita hari ini? Seberapa baik kita mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita? Bagaimana sepenuhnya kita menempatkan undangan Allah dalam tindakan nyata, benar-benar percaya pada Tuhan?
Yosef juga mengingatkan kita bahwa sering orang diabaikan untuk apa yang mereka lakukan, karena mereka tidak terkenal. Mungkin mereka merasa kecil hati. Setiap orang memiliki peran penting dalam kehidupan. Ingat, dalam Injil, Josef tidak pernah berbicara satu kata pun. Dia adalah seorang yang bertindak, tidak banyak bicara. Dia melakukan apa yang Tuhan minta kepadanya.
Mari kita meneladani Yosef, untuk menunjukkan iman, harapan dan kasih kita dalam tindakan. Hal ini harus kita lakukan bukan karena kita ingin menjadi terkenal atau dihormati oleh orang lain tetapi karena Allah memanggil kita untuk menunjukkan iman, membagi cinta dan memberi harapan kepada keluarga kita, tetangga kita dan dunia kita.
***
Throughout the gospels,/ Joseph never speaks a single word. He is a man of action,/ not talk. He does what God asks him.
Matthew and Luke record the birth of Jesus:/ Luke tells the story from Mary’s point of view/ and Matthew, /as we have just heard,/ tells it from Joseph’s point of view. Many of the details are different, /but the central message is exactly the same/ in both accounts./ Jesus was born from the power of the Holy Spirit!
It is important to appreciate the situation /in which Mary and Joseph found themselves./ Jewish weddings involved three stages. /First, there was the engagement. /Usually this was arranged by the man’s father or family /while the couple were young children. / This still happens in my hometown today. / I remember when I was in elementary school /and in secondary school;/ my dad introduced me to a girl and said/: ' Hi boy, this girl will be your wife later./ At that time I did not understand /and answered:/ ' Yes, father’. /When I was in high school/ my dad reminded me:/ Boy, don't forget,/ that girl will be your wife later./ After I finished high school /and decided to join the Passionists,/ my dad said:/ ' it's okay boy,/ don't think about the girl again./ There will be a man /sent by God to her.’/
In the Hebrew culture /After the period of engagement /came the betrothal/, which is the stage at which Joseph and Mary were living/ at the time they were visited by an angel./ Betrothal lasted for one year. / The couple was referred to as husband and wife/ but they lived apart /and had no sexual relations./ The penalty for having sexual relations/ with a betrothed virgin /was stoning to death/ for both persons. / If either of them /did not want to go through with the marriage,/ there had to be a divorce /initiated by the man. /The third stage,/ after one year of betrothal /was the marriage.
It is not difficult to imagine /how shocked Joseph would have been/, to find Mary, /his betrothed /was already pregnant/ - and not by him!/ It would have seemed to him /that there was no alternative/ than that Mary had committed adultery./ Imagine Mary’s feeling/ when she found herself in this position! /How could she explain /that she was pregnant by the power of the Holy Spirit? / Who would believe such a story? / Both Joseph and Mary faced the likelihood of being rejected, /and this would have happened /if it had not been for Joseph’s actions.
Joseph did not want to expose Mary to accusation./ To do that /would have made her liable to death /by stoning./ In a situation like this /the Law of Moses required Joseph to divorce Mary. /This was his duty, /and being a faithful Jew,/ Joseph intended to observe it. /Because Joseph had compassion for Mary /he decided to break off the engagement quietly /without pressing any charges /or naming the reason. /But then he had a visit from an angel in a dream /who told him to go through with the marriage./ The angel said that there was no other man involved; /Mary was pregnant by the power of God’s Spirit. /The angel told Joseph this child would special/.
There was a woman who told her husband one morning /that in a dream that night /he had given her a beautiful golden necklace /as a present for Christmas. /She asked her husband,/ “What could that mean?” /The husband smiled and said, /“Wait and see.”
The next morning/ as soon as she woke up, /she said, /“Last night I had the same dream. /You gave me a beautiful golden necklace /as a present for Christmas. /What could that mean?” /Again the husband smiled and said,/ “Let’s wait and see.”/ Again /on the third morning/ the wife said to her husband the same thing /and the husband gave her the same reply.
Finally, Christmas Day arrived /and the wife saw her Christmas present wrapped in a beautiful package/ under the Christmas tree. /She was excited, /thinking that her suggestion had worked/. She opened the package /expecting a beautiful golden necklace. /But to her great disappointment/ she found a book./ The title of the book was –/ “the meaning of dreams”!/
Joseph listened to how God spoke to him in his dreams /and he knew their meaning./ He did exactly what he believed God asked him to do/. Matthew says that Joseph was “a man of honor”./ He was a faithful man and his actions, /rather than his talking,/ allowed the birth of Jesus /to be the great event that it is. /If Joseph had only thought only of himself/ and not protected Mary,/ she would have been rejected /and stoned to death.
Just as Mary was chosen to play her part /in God’s plan of salvation, /so too,/ did Joseph have an important part to play. /Joseph was told by the angel /that Mary was to become the mother /of this special child /and although he was not the father,/ he and Mary were to become Jesus’ parents./ Despite how we might imagine Joseph could have reacted, /he placed himself completely at the disposal of God,/ just as Mary did.
How do Joseph’s actions speak to us today?/ How well do we listen to God speaking to us?/ How fully do we put God’s invitation into practice, /totally trusting in God?/
Joseph also reminds us /that often people are overlooked for what they do, /because they do not stand out./ Perhaps they go about things quietly./ Everyone has a part to play./ Remember, /throughout the gospels,/ Joseph never speaks a single word. /He is a man of action,/ not talk. /He does what God asks him./
Let us be ready to imitate Joseph, /to show our faith,/ hope and love in action/. This is what we do /not because we want to be famous/ or highly regarded by others/ but because God calls us /to bring faith, /share love and give hope to our families, /our neighbors and our world.