Tuhan, Kasihanilah Aku

  • Belajar dari Doa Seorang Pemungut Cukai
Author | Sabtu, 30 Maret 2019 08:19 | Dibaca : : 4411
Tuhan, Kasihanilah Aku Ilustrasi

Injil Lukas 18:9-14 menyampaikan kepada kita bahwa Yesus menyampaikan perumpamaan "kepada mereka yang yakin akan kebenaran mereka sendiri atau yang menganggap dirinya benar" dan juga “yang memandang rendah semua orang lain”. Yesus memulai perumpamaan dengan kata-kata: “Ada dua orang pergi ke Bait Suci untuk berdoa; yang satu orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. ”

 Orang Farisi berdoa, “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, aku bukan perampok, bukan orang lalim, dan bukan pezinah. Aku juga bersyukur karena tidak seperti pemungut cukai ini." Orang Farisi itu kemudian meneruskan doanya,"Aku berpuasa dua kali seminggu dan aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku." Jelas bagi kita bahwa orang Farisi itu sangat percaya bahwa ia lebih unggul daripada kebanyakan orang dan percaya diri bahwa Tuhan juga sangat senang kepadanya.

Di sisi lain, pemungut pajak menemukan tempat yang tenang untuk berdoa. Pria itu begitu rendah hati sehingga ia berdiri jauh-jauh dan tidak berani mengangkat matanya ke langit. Sebaliknya ia menepuk dadanya dan berdoa, "Ya Tuhan, kasihanilah aku, orang berdosa ini." Pemungut pajak itu tidak merendahkan dirinya sendiri tetapi berbicara tentang kebenaran: "Saya orang berdosa."

Perumpamaan ini adalah sebuah kisah yang sungguh menarik, yang tidak bermaksud memberikan jawaban, tetapi lebih mengajak kita untuk berpikir. Berpikir tentang siapa kita dan yang mana kita dari kedua tokoh dalam perumpamaan itu.

Pemungut cukai menyadari kebutuhannya akan Tuhan. Ia mengatakan dengan benar dan jelas tentang apa yang benar-benar ia butuhkan saat itu, yakni pengampunan dan belaskasihan Allah. Sedangkan yang lain berdoa dari keangkuhannya, yang tanpa disadari telah menunjukkan diri bahwa ia tidak membutuhkan Tuhan.

Marilah kita tetap menjadi diri sendiri, tetapi dengan niat dan cara yang tepat agar kita dapat menjadi seperti seorang yang dibenarkan Allah dalam perumpamaan ini.

Ingatlah saat di mana kita mendapatkan pengampunan dari Allah dan sesama. Ucapkan kata syukur dan teruslah berdoa: “Tuhan, kasihanilah aku orang berdosa ini.”

Salam Passio!

“Semoga Sengsara Yesus Kristus selalu Hidup di Hati Kita”

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment