Namaku Serafim, seorang Bruder yang saat ini sedang menempuh pendidikan selibat di satu kongregasi yang menurutku cocok untuk menemukan jatih diriku sebagai pelayan Tuhan, sesuai cita-citaku dimasa kecilku. Aku menikmati pilihanku, menjalankannya dengan penuh cinta dan meraciknya dengan rasa dan asa. Kemauanku terlihat ekstrim bagi sebagian anak mileneal masa kini. Apa lagi hidup tanpa cinta, menjalankan hari tanpa pasangan dan tidur pun sendirian. Cerita ini realita bukan sandiwara. Namun jika boleh berkata jujur aku sangat menikmati pilihanku walaupun suka-duka tak pernah lepas dari desiran hari yang terlihat panjang. Dengan berjalannya waktu aku pun ditugaskan disebuah paroki di kedalaman Kalimantan dan meninggalakan teman-teman seperjuangan. Hatiku terasa sedih, tetapi demi ketaatan yang aku janjikan. Aku menjalankan dan menikmati setipa momen dengan penuh kasih.
Tak terasa perjalanan panggilanku sudah begitu jauh, banyak tahap aku lalui, ditemani salib yang tak bisa dipungkiri. Saat ini aku sudah menjadi Bruder yang berkaul kekal dan aku ditugaskan kembali dirumah pembinaan setelah bertahun-tahun di paroki. Aku kangen, aku rinduh, bernostalgia masa lalu dan mau mengabdi dengan caraku demi generasi yang akan meneruskan kongregasiku. Hari jumat 1 may 2020, jam 06: 00 wib. Aku tiba dirumah pembinaan para calon imam dan bruder. Aku sangat lelah dengan perjalananku, tetapi demi mengobati rasa rinduh, sejenak mataku menatap kompleks biara dan membayang kembali masa yang silam bersama-sama teman-teman yang saat ini masih setia dalam panggilan maupun teman yang saat ini sudah menjadi ayah bagi istri dan anak-anaknya. Sesaat air mataku menetes tak mampuh luruh. Ada doa yang selalu terbersit dihati ini sebagai tanda terima kasih dan syukurku yang selalu aku lantunkan dalam doaku, tat kala menemani hati disaat gunda dengan sejutah kisah yang pernah lintas di tempat ini.
Terimakasih Tuhan karena telah memberikan tempat yang begitu indah, nyaman dan aman.
Tuhan,ditempat ini aku dibesarkan, aku bertumbuh, aku berkembang.
Ditempat ini aku diajarkan, aku mengetahui, aku memahami aku dibentuk.
Tuhan aku mau menghabiskan petualanganku sampai ajal menjemputku.
Dan semoga dengan kehadiranku di tempat ini bisa membawah berkat bagi saudara-saudara yang aku layani.
Aku termenung lesu dan tiba-tiba aku dikagetkan oleh para frater yang menjemputku di depan halaman biara. Selamat pagi bruder, selamat datang di biara studentat. Sembari bersalaman dan menyebut namanya,,,Frater Harum,,,sahutku berpura-pura tak terjadi sesuatu Iya, selamta pagi juga frater,,,saya bruder serafim,tandasku lagi, gak ada yang berubah ya kompleks biara nih, masih seperti jaman kami duluh.
Jawab fraternya: iya Der,,,palingan cuman ibu di dapur aja yang sudah pensiun karena sudah tua. Sahutku lagi: oh ya,,,kalau gitu aku mau kedapur duluh nanti frater tolong antarkan koper ke kamar ya,,,iya Der…..tandasnya.
Aku pun melangkah kedapur yang berada dekat taman depan biara. Dari kejauhan Aku mengenal satu ibu tetapi ibu yang disampingnya tak aku kenal dan mungkin ini yang diceritakan frater di halaman depan,,ya persis ada ibu baru…pikirku dalam hati. Sesamapi di pintu dapur, aku menyapa dan memecahkan keheningan: selamat pagi mbok apa kabar,,,? sahutnya sambil melihatku dari ujung kaki samapi ujung rambut: eee,,ee,,Bruder serafim, ibu te kabar baik, mbok kemarin dengar cerita dari para frater,,kata mereka Bruder mau ditugaskan kembali disini, ibu bangga sekali dan senang. Bruder sudah kaul kekal….sembari tertawa kecil.
Sempat aku jatuh air mata mendengar kata-kata yang dilontarkan mbok.
Aku menyadari iya bukan siapa-siapa dalam hidupku, dalam kongregasi, dalam keluarga dan iya hanya seorang karyawan tetapi aku menyadari atas pengorbanan dan pelayanannya yang ia lakukan setiap hari tanpa kenal lelah dan tanpa mengeluh. Aku juga sadar bahwa iya sangat mendukung para frater dan bruder yang iya layani dengan harapan bisa menjadi orang sukses sesuai pilihan masing-masing.
Ini sangat tampak dari cara iya menasehati kami disetiap kesempatan untuk memasak di dapur atau setiap momen yang tepat untuk ia nasehati. Sejenak aku berdoa dalam hati sembari bercerita dan bersanda gurau:
ya Tuhan jagailah mbok, berikan ia kesehatan dan rahmat yang iya perlukan dalam hidupnya. Saat ini ya Tuhan aku belum mampuh membalas jasanya tepi aku yakin Engkau akan membalas semua itu. saat ini yang aku mampuh membuat ia tersenyum bangga melihat anak-anaknya yang ia kasihi berjalan dalam panggialn sesuai harapan.
Sambil bercerita aku pun berpamitan untuk mengelilingi biara sambil mencari inpirasi baru dan bisa bernostalgia. Taka terasa, aku tiba ditaman doa yang bisa di sebut Golgota, tempat Yesus di salibkan. Di bawah kaki salib itu aku bersimpuh mohon bimbingan Tuhan dalam pembinaan dan bimbingan Roh kudus agar para calon imam selalu semangat dan terus setia dalam janjinya. Dan dijauhi dari godaan jaman yang semakin maju baik soal material maupun teoritis. Hingga tak terasa waktu menunjukan pukul 12: 30 wib aku masih beradu kisah di taman doa itu.
Seusai doa, aku pun kembali. Karena bertepatan dengan waktu makan siang bersama. Dengan cepat aku melangkah, menujuh refter yang gak terlalu jauh dari tempat aku berdoa, sekitar 25 meter. Aku masuk ke refter, ada pun tepuk tangan dan ucapan selamat datang dengan riuh dilantunkan oleh para selibat mudah. Aku sangat bergembira, dan bersyukur bisa berhimpun bersama keluarga besar kongregasiku. Doaku semoga ini menjadi momen yang terus terang bagi kongregasi tercintaku. Sebagai prajurit sejatih aku siap melayani dan mewartakan kristus tersalib karena itulah pedomaan hidup karena tanpa salib adalah mustahil.
Selesai...
Salam Passio!
“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”