Pagi yang indah nan cerah, mentari mencurahkan kehangatan dan fajar kemilau nan permai. Burung-burung menari-bernyanyi, berdendang riang melantunkan nada harmoni. Hamparan bunga warna warni bermekaran, makhluk-makhluk kecil bersayap menyunting sari bunga pemberi hidup. Angin bertiup sepoi-sepoi, bercampur kelembutan udara yang menenteramkan jiwa. Negeri sejahtera di ujung barat, dihiasi panorama alam yang mempesona hati lambang kerelaan. Hamparan gandum yang luas, itulah yang mempercantik tampilan pemandangan sebuah kerajaan yang megah. Mengapa megah? Alasannya karena tekstur bangunan dan karya seninya yang khas serta unik. Kerajaan itu diperintah oleh seorang raja yang yang bijaksana, mempunyai permaisuri, pangeran, dayang-dayang serta masyarkat yang baik dan adil-makmur. Itulah gambaran negeri dan kerajaan megah beserta Raja dan anggota kerajaan yang diceritakan oleh seorang Guru pembimbing kepadaku. Guru itu telah berhasil mencapai kemerdekaan dan kemakmuran bersama Raja di negeri yang ia dambakan sebelumnya.
Apakah aku boleh mencapai negeri itu dan tinggal di sana untuk merasakan kemakmuran bersama raja dan menikmati baiknya keindahan alamnya? Mungkin ya dan mungkin tidak. Jawaban ragu-ragu sepintas dan spontan keluar dari mulutku. Sejenak aku merefleksikan cerita sang master. Dalam hati kecilku berkata: “Betapa indah negeri itu dan makmur semua orang yang berada di sana. Mereka mendapatkan segala yang mereka perlukan dari kebijaksanaan dan kebaikan hati raja serta alam yang selalu mendukung pertumbuhan dan perkembangan seluruh aspek kehidupan mereka sehari-hari. Aku berkhayal jauh sembari membuat suatu keinginan dan tekad yaitu aku harus pergi ke negeri itu. Sudah tidak sabar lagi aku ingin merasakan pula apa yang telah orang-orang rasakan di negeri yang misterius itu.
Pada suatu malam, aku berangkat dan pergi ke pondok sang Guru. Setibanya di tempat itu, ia menerimaku dengan ramah semabari menawarkan membuatkanku minum. Awalnya kami berbicara santai. Beberapa saat kemudian aku berbicara serius kepadanya dan memulai sebuah dialog:
Aku : Guru, mengenai cerita kemarin itu, aku sangat terkesan mendengarnya. Aku merasa cerita ini menarik perhatianku. Aku mau mengikuti jejak master.
Guru : Oh…., bagus nak.
Aku : Syarat-syarat apa saja yang harus aku persiapkan, Guru?
Guru bertanya kepadaku untuk memastikan.
Guru : Apakah engkau betul-betul mau mengikuti jejakku?
Aku : Iya Guru, dengan segala kekuatanku.
Guru : Apakah kamu sudah siap?
Aku : Iya Guru.
Guru : Nak, jikalau engkau mau pergi ke negeri itu dan bertemu sang raja, engkau harus mempunyai pesiapan yang matang. Dalam hal ini: pertama, engkau harus memilih, apakah pilihanmu itu baik bagi dirimu. Kedua, engkau harus memiliki tekad dan semangat yang teguh. Ketiga, engkau harus melupakan segala keinginan dan nafsu tak teratur, supaya engkau tidak tersesat. Keempat, engkau harus membiarkan pikiranmu terarah kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya dalam segala kesulitan yang akan engkau hadapi.
Aku : Apakah sebanyak itu syarat-syaratnya, Guru?
Guru : Iya nak. Dan, syarat-syarat ini harus engkau penuhi ketika engkau siap memulai dan menjalani perjalananmu.
Aku : Baiklah Guru, terima kasih.
Aku kembali bertanya dengan ekspresi mengiyakan tekad pilihanku untuk pergi.
Aku : Seberapa jauh perjalanannya, Guru?
Dengan polosnya aku bertanya.
Aku : Apakah ada tantangan dan godaannya?
Guru : Jarak yang akan engkau tempuh bisa dibilang cukup jauh. Kamu harus melewati gunung, lembah, bukit dan padang belantara dan banyak godaannya. Dan, itu bisa saja membunuhmu. Untuk itulah tenaga, mental serta kreatifitasmu sangat diperlukan.
Aku : Terima kasih Guru. Aku tahu perjalanan panjang yang akan saya tempuh banyak konsekuensinya.
Guru : Engkau harus yakin akan dirimu sendiri. Jika kamu memiliki keyakinan semuanya akan berjalan dengan baik.
Di akhir dialog itu, Guru mendoakanku, memberkatiku dan merestui perjalananku, semoga aku berhasil mencapai tujuan. Selepas menerima arahan aku meninggalkan pondok guru pembimbing. Dari sorot matanya dia merasa yakin bahwa aku bisa menempuh jalan dan melewati berbagai rintangan. Aku mulai mempersiapkan bekal secukupnya, mental, dan tenaga untuk keberangkatanku.
Suatu pagi saat fajar menyingsing, aku berjalan menyusuri lorong setapak kampungku. Tebaran senyum terpampang di bibirku tandanya siap memulai hidup baru. Dari kampung yang satu ke kampung yang lain kulewati tanpa takut dan letih. Aku melihat tujuanku di depan mata dan beberapa tahap lagi akan aku gapai. Tak kusangka kini aku berada di tengah hutan. dikelilingi pohon-pohon dan mungkin akan datang binatang buas. Akan tetapi, hari berlalu dengan cepatnya dan tak ada sesuatu pun yang mendekatiku. Aku bersyukur karena perjalananku berjalan baik dan lancar. Lalu, aku melanjutkan perjalanan. Ketika aku melewati gunung kutemukan sebuah kota yang ramai. Kota itu memiliki banyak wahana bermain dan gadis-gadis yang cantik jelita. Aku berhenti sejenak dan merasakan kenikmatan kota itu. Tak kusadari bahwa aku telah terperosok jauh dalam angan-angan akan hal duniawi. Aku melupakan tujuan perjalananku. Dalam hening sepinya malam aku merenung sembari berdoa, Tuhan tunjukkanlah jalan terbaik bagiku. Buatlah agar aku kembali kepada jalan yang benar. Aku mau merubah segala perbuatanku dan mulai memperbaharui diri. Selepas berdoa aku merasakan kekuatan Tuhan yang menopangku untuk kembali melakukan perjalanan. Sesuatu yang telah kulakukan itu kuhapuskan dari memori dan memulai kembali sesuatu yang baru. Perjalananku memang masih panjang. Tapi aku harus terus berusaha mengalahkan setiap godaan.
Pagi yang indah tampak secercah cahaya menembusi lubang tempatku berlindung. Aku terbangun dari tidur dan melanjutkan perjalanan. Makin jauh perjalanan makin banyak godaan dan tantangan. Aku harus melewati lembah, bukit dan padang belantara yang ada di depanku. Aku masih saja berjuang dengan tidak mudah tersungkur sebelum meraih kemakmuran di negeri sub-tropis itu. Tempat yang damai dan pemandangan yang indah membuatku semakin semangat dan kuat ketika memikirkannya. Tuhan bantulah aku agar tetap kuat dan tegar menghadapi godaan serta agar aku tetap setia menjadi seorang pengembara dalam menggapai tujuan. Sehingga kemudian boleh bersamamu di negeri sub-tropis yang Engkau diami.
Salam Passio!
“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”