Dalam Mukadimah Statuta Provinsi Pasionis “Maria Ratu Damai” (REPAC) Indonesia dikatakan: “Disadari bahwa Provinsi Pasionis Indonesia berasal dari Provinsi “Mater Sanctae Spei” Belanda dan Provinsi “Pietà” Italia. Mereka telah berjuang untuk menghadirkan dan menumbuhkembangkan Kongregasi Pasionis dengan berbagai cara, sesuai dengan bimbingan Roh Kudus. Selayaknya kita menghaturkan syukur kepada Tuhan atas karya cinta kasih agung ini, dan terimakasih yang berlimpah kepada dua Provinsi tersebut”. (Mukadimah Statuta Provinsi Pasionis “Maria Ratu Damai” (REPAC) Indonesia, Jakarta, 2007, hlm. 04.
Sejarah Kongregasi Pasionis Provinsi “Maria Ratu Damai” (REPAC) Indonesia boleh dikatakan unik. Unik karena merupakan hasil penyatuan atau buah persilangan antara dua Provinsi sebagai ibu, yaitu Provinsi “Mater Sanctae Spei” (SPE) – Belanda dan Provinsi “Maria SS. della Pietà” (PIETà) – Italia. Tulisan singkat ini akan memaparkan sejarah perjalanan, meskipun tidak lengkap, dari Misi Pasionis Provinsi SPE dan Provinsi PIETà yang masing-masing membentuk Vikariat Regional, kemudian penyatuan kedua Vikariat Regional tersebut hingga terbentuknya Provinsi REPAC Indonesia.
Misionaris Belanda Membentuk Vikariat Regional “Sang Penebus” Ketapang
(*Disarikan dari tulisan P. Vitalis C.F. Frumau CP, “Sejarah Misi Pasionis di Keuskupan Ketapang Kalimantan Barat” (pro manuscripto), tanpa tahun.)
Kedatangan Misionaris Pasionis Provinsi SPE – Belanda di Ketapang. Baiklah disinggung secara singkat awal mula Misi Pasionis dari Belanda sebagai gambaran latar belakang. Tahun 1946 tiga orang Misionaris Pasionis pertama yang berasal dari Provinsi “Mater Sanctae Spei (SPE) – Belanda tiba di Ketapang secara berturut-turut, yaitu: P. Plechelmus Dullaert CP (30 Juli 1946), P. Bernardinus Knippenberg CP (1 Oktober 1946) dan P. Canisius Pijnappels CP (21 Oktober 1946).
Untuk meringankan beban pionir-pionir tangguh ini Superior Provinsial Provinsi “Mater Sanctae Spei” (SPE) – Belanda, P. Gabriel Wilhelmus Sillekens CP mengirim tenaga baru ke Ketapang. Pada tanggal 11 Juli 1947 P. Rafael Kleyne CP tiba di kota Ketapang dan langsung diangkat menjadi Superior Religius Pasionis.
Selama kurun waktu 1948-1951 jumlah Misionaris Pasionis dari Belanda bertambah 9 orang, yaitu: P. Augustinus Dullaert CP (Maret 1948), P. Basilius v.d. Boom CP (Mei 1948), P. Laurentius Puts CP dan P. Florentius Suykerbuyck CP (keduanya tiba Maret 1949), P. Edward Corbey CP dan P. Walter van Haaren CP (Februari 1950), P. Theophile Seesing CP (Agustus 1950), P. Raymundus De Groot CP dan Br. Gaspard Ridder van de Schueren CP (Agustus dan Desember 1951).
Sejak tahun 1949 Misi daerah Ketapang sudah mempunyai empat basis pewartaan, yaitu: Tumbang Titi (1937), Ketapang (1946), Randau (1948) dan Tanjung (1949). Pada waktu itu daerah Ketapang masih masuk wilayah Vikariat Pontianak. Pada 1 Juli 1950 Mgr. Tarsisius van Valenberg OFMCap, mengangkat P. Raphael Kleyne CP sebagai Vikarius delegatus untuk daerah Misi Ketapang. Pada 27 Februari 1952, P. Raphael Kleyne CP dan Br. Gaspard Ridder van de Schueren CP meninggal dunia karena motor air “Bintang Timur” yang mereka tumpangi karam di Sungai Pesaguan dalam perjalanan menuju Tumbang Titi.
Tambahan tenaga dalam karya misi di Kalimantan Barat terus dibutuhkan. Lima orang Misionaris Pasionis berangkat lagi dari Belanda, yaitu: P. Maurits Mestrom CP (Oktober 1952), P. Herman Cremers CP dan P. Odulf Vervloed CP (November 1952), P. Gabriel W. Sillekens CP dan Br. Florentius Zwanenburg CP (Januari 1953). Kemudian Oktober 1953 tiba P. Jeroen Stoop, CP. Pada Januari 1953, P. Gabriel W. Sillekens CP diangkat menjadi Superior Religius Pasionis Misi Ketapang dan Vikarius Delegatus dari Vikariat Pontianak.
Pada 26 Juni 1954, wilayah misi Ketapang diangkat statusnya menjadi Prefektur Apostolik, dengan Prefek pertamanya Mgr. Gabriel Wilhelmus Sillekens CP. Prefektur Apostolik Ketapang meliputi wilayah Sanggau, Meliau dan Sekadau yang letaknya di tepi selatan pantai Sungai Kapuas. Memang harus diakui bahwa wilayah Prefektur Apostolik Ketapang saat itu sangat luas. Untuk melayani wilayah yang sangat luas itu para Misionaris Pasionis Belanda mengalami banyak kesulitan, terutama situasi dan suhu politik yang tidak baik antara pemerintahan Indonesia dan Belanda. Sejak tahun 1954 tidak dapat diharapkan bantuan tenaga Misionaris dari Belanda, sehingga sangat kekurangan tenaga.
Pada tahun 1959, ditahbiskan seorang imam Pasionis Indonesia pertama, berasal dari Yogyakarta yaitu P. Kanisius Setiardjo CP, yang kemudian membantu karya pewartaan di Ketapang, hingga meninggalnya tahun 1973.
Tanggal 3 Januari 1961 Prefektur Apostolik Ketapang menjadi Keuskupan. Mgr. Gabriel W. Sillekens CP diangkat sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Ketapang. Diangkat sebagai Uskup pada 28 April 1962, pada pesta St. Paulus dari Salib, pendiri Kongregasi Pasionis (sejak Konsili Vatikan II pesta St. Paulus dari Salib dipindah ke tanggal 19 Oktober). Tanggal 10 Juni 1962 Gereja Ketapang diberkati menjadi Katedral “St. Gemma”, Pelindung Misi Ketapang. Tanggal 17 Juni 1962 Mgr. Gabriel W. Sillekens CP ditahbiskan menjadi uskup oleh Mgr. A. Djajasepoetra Pr, Uskup Agung Jakarta, didampingi oleh Mgr. Herkulanus van de Burgt OFMCap, Uskup Agung Pontianak dan Mgr. Lambertus van Kessel SMM, Uskup Sintang.
Sesudah penyelesaian soal Irian tanggal 2 Mei 1963 terbuka lagi bagi para Misionaris Belanda untuk berkarya di Keuskupan Ketapang. P. Vitalis C.F. Frumau CP tiba di Indonesia pada Februari 1964 yang kemudian disusul oleh empat Bruder yaitu: Br. Leo van Engelen CP (1964), Br. Marsel Johan Dewaide CP (1965), Br. Egidius Kees Peek CP (1965) dan Br. Pius Leo Vossen CP (1965) yang akan menangani Sekolah Pertukangan di Ketapang dan beberapa pastor untuk pelayanan di pedalaman. Tahun yang sama tiba pula P. Herman Kemp CP.
Tahun 1968 Keuskupan Ketapang meliputi wilayah Kabupaten Ketapang saja. Dalam tahun 1968 masih bertambah Misionaris Pasionis dari Belanda, yaitu: P. Ben van Dam CP dan Br. Andreas van Bergen CP (Br. Andreas Sugiri). Tahun 1970 tiba di Ketapang dua Misionaris Pasionis Belanda yaitu: P. Abel Tinga CP dan P. Johan Verbeek CP.
Sebelum membentuk Vikariat Regional, para Misionaris Pasionis yang berkarya di wilayah Ketapang dipimpin oleh Superior Misi. Para Superior Misi di Wilayah Ketapang: P. Bernardinus Knippenberg CP (1946-1947), P. Raphael Kleyne CP (1947-1952), P. Plechelmus Dullaert CP (1952-1953), P. Gabriel W. Sillekens CP(1953-1954), P. Canisius Pijnappels CP (1955-1961), P. Basilius van den Boom CP (1961-1964), P. Maurits Mestrom CP (1964-1970) dan P. Jeroen Stoop CP (1970-1983).
Tahun 1983 para Misionaris Pasionis dari Provinsi “Mater Sanctae Spei” - SPE (Belanda) yang berkarya di wilayah Keuskupan Ketapang membentuk Vikariat Regional dengan nama Vikariat Regional “Sang Penebus”. Pada permulaan pembentukan itu atau dalam Kongres I yang diselenggarakan di Ketapang pada tanggal 22 - 23 September 1983 dipilih pimpinan Vikariat Regional. P. Jeroen Stoop CP sebagai Vikarius Regional dan penasihatnya yaitu: P. Bernardinus Knippenberg CP dan P. Maurits Mestrom CP.
Misionaris Italia Membentuk Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus” Sekadau
(*“Decennale della nostra Missione in Indonesia (1961-1971)”, dalam Bollettino della Provincia di Maria SS. della PIETà – PP. Passionisti, Vol. III, Tahun VII, No. 7, hlm. 310-314; P. Bernardo Matani CP dan P. Enzo Marini CP, “Perjalanan Sejarah 40 Tahun Misi Pasionis Italia di Indonesia”, dalam 40 Tahun Kehadiran Misionaris Pasionis Italia di Sekadau Kalimantan Barat, Sekadau, 2001, hlm. 8-11.)
Kedatangan Misionaris Pasionis dari Provinsi PIETà - Italia di Sekadau. Pada 19 0ktober 1961 tiba di Sekadau dua orang Misionaris Pasionis pertama dari Provinsi “Maria SS. della Pietà” (PIETà) – Italia, yaitu: P. Cornelio Serafini CP dan P. Marcello Di Pietro CP (Gelombang I). Sejarah terus berjalan dan Provinsi PIETà (Italia) terus mengirimkan tenaga Misionaris ke Kalimantan Barat. Pada Oktober 1963: Gelombang II Misionaris Pasionis Italia tiba di Sekadau P. Raffaele Algenii CP, P. Carlo Marziali CP dan Br. Carlo Ferrari CP. Kemudian, Paroki Sekadau dilayani oleh Misionaris Pasionis Italia.
Menjelang Paska 1964: tiba di Sekadau P. Luca Spinosi CP; karena alasan kesehatan mulai berkarya di sekitar Sekadau baru pada tahun 1965. Maka, mulai saat ini seluruh wilayah Sekadau dilayani oleh Misionaris Pasionis Italia.
Sekitar Maret 1966: tiba di Sekadau Gelombang III Misionaris Pasionis Italia, yaitu: P. Michele Di Simone CP, P. Bernardo Matani CP dan P. Efrem Di Pietro CP.
Pada tanggal 12 Maret 1968: Gelombang IV Misionaris Pasionis Italia tiba di Sekadau yaitu: P. Mario Bartolini CP dan P. Sante Di Marco CP, minggu berikutnya tiba P. Pio De Sanctis CP.
Pada tahun 1968, wilayah misi Sekadau menjadi Prefektur Apostolik. Pendirian Prefektur Apostolik Sekadau menjadi efektif tanggal 9 April 1968 dan diumumkan secara resmi dalam Surat Kabar Vatikan, Osservatore Romano tanggal 24 Agustus 1968, bersama pemberitaan diangkatnya P. Michelle Di Simone CP sebagai Prefek Apostolik Sekadau. Wilayah Prefektur Apostolik yang baru ini meliputi Lintang, Sekadau, Pantok, Pakit, Kecamatan Sanggau Kapus, daerah selatan seberang Kapuas, Kecamatan Sekadau, Kecamatan Rawak, Nanga Taman, Nanga Mahap, Belitang Hilir dan Belitang Hulu.
Dengan terbentuknya Prefektur Apostolik Sekadau, maka terjadilan pemisahan atau pembagian wilayah karya pelayanan. Para Misionaris Pasionis dari Belanda (Provinsi “Mater Sancte Spei” - SPE) berkarya di wilayah Keuskupan Ketapang, sedangkan para Misionaris Pasionis dari Italia (Provinsi “Maria SS. della Pietà” - PIETà) berkarya dalam wilayah Prefektur Apostolik Sekadau.
Pada waktu ini belum terbentuk Vikariat Regional. Setiap wilayah karya dipimpin oleh Superior Misi, yaitu Superior Misi Ketapang dan Superior Misi Sekadau. Berkaitan dengan hal ini, para Misionaris tetap bertanggung jawab pada provinsial masing-masing sesuai dengan negara asalnya. Para Misionaris Italia berada di bawah tanggung jawab pimpinan Provinsi PIETà, sedangkan para Misionaris Belanda di wilayah Keuskupan Ketapang berada di bawah tanggungjawab Provinsi SPE. Namun, pada waktu itu tugas pelayanan misi dengan wilayah yang berbeda ini tetap dalam satu Keuskupan, yaitu Keuskupan Ketapang. Karena terjadi pemisahan wilayah karya, maka masing-masing Superior Misi mengurus kebijakannya masing-masing.
Pada Mei 1970, tiba tiga orang Misionaris Pasionis Italia ke Sekadau (Gelombang V), yaitu: P. Vincenzo Carletti CP, P. Gabriele Ranocchiaro CP dan P. Umberto Di Natale CP. Dalam pelayanan tourne pertamanya, P. Umberto Di Natale CP terluka karena duri dan mengalami infeksi berat pada kakinya. Dia meninggal dunia di RS St. Antonius Pontianak pada 24 April 1971. Pada Desember 1971 tiba di tanah misi P. Paolo Aureli CP.
Tahun 1972, pengunduran diri P. Michele Di Simone, CP sebagai Prefek Apostolik Sekadau diterima. Beliau kemudian kembali ke Italia. Selanjutnya, P. Lukas Spinosi, CP diangkat menjadi Prefek Apostolik Sekadau yang baru.
Pada Juli 1972 datang ke Indonesia P. Enzo Marini CP dan P. Paul Brian Maguire CP. Kemudian Januari 1973 datang ke Indonesia P. Gabriele Antonelli CP dan P. Damasus Racinelli CP.
Pada tahun 1973 mulailah babak baru dalam karya pewartaan Misionaris Pasionis Italia di Indonesia, khususnya di wilayah Sekadau. Para Misionaris Italia di wilayah Prefektur Apostolik Sekadau ini membentuk Vikariat baru, yang diberi nama Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus”. Sebelum dibentuk Vikariat Regional Sekadau, para Misionaris Pasionis yang berkarya di wilayah misi Sekadau dipimpin oleh Superior Misi, yaitu: P. Marcello Di Pietro CP (1963-1965), P. Raffaele Algenii CP (1965-1969) dan P. Mario Bartolini CP (1969-1973).
Setelah pembentukan Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus”, mulailah diselenggarakan Kongres secara berkala. Kongres bertujuan mengevaluasi karya misi dan pewartaan yang telah dijalankan, menyusun rencana ke depan dan juga memilih pimpinan Vikariat Regional yang baru.
Dalam Kongres I Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus” di Sekadau, yaitu tanggal 22 Februari – 3 Maret 1973 dipilih pimpinan Vikariat Regional. Vikarius Regional P. Cornelio Serafini, CP dan penasihatnya adalah P. Bernardo Matani CP dan P. Sante Di Marco CP. Rumah misi yang dibangun di Sekadau dijadikan sebagai Biara Pasionis yang resmi, dengan nama Biara Pasionis “St. Paulus dari Salib”. Dalam Kongres I ini diambil keputusan membuka Seminari Pasionis dan mulai menerima orang-orang muda di wilayah Sekadau untuk menjadi Pasionis. Promosi panggilan Pasionis mulai digalakkan. Tujuannya tentu saja untuk memperkenalkan Spiritualitas Pasionis dan menjaring bibit-bibit panggilan menjadi Biarawan Pasionis, baik sebagai Imam maupun Bruder. Caranya: kegiatan promosi dan aksi panggilan digencarkan. Mulai diusahakan pembinaan bagi generasi muda yang diarahkan untuk hidup menjadi Religius Pasionis. Pada 1973 ada 4 orang guru sebagai calon Pasionis yang dibina di Italia untuk menjalankan masa novisiat. Keempat calon Pasionis ini dikirim ke Italia, karena di Indonesia belum ada rumah pembinaan dan tenaga pembina. Mereka itu adalah Kristoforus Wasito, Agustinus Suwabiyono, Albertus Ajung dan Benediktus F. Bitus.
Dalam Kongres II Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus”, yang juga dilaksanakan di Sekadau pada tanggal 21 Juli - 2 Agustus 1976 dipilih P. Vincenzo Carletti CP sebagai Vikarius Regional dengan penasihatnya: P. Raffaele Algenii CP dan P. Mario Bartolini CP. Pada tanggal 5 Maret 1977, Vikarius Regional dan para penasihatnya mengundurkan diri.
Para Frater Pasionis sekolah di STFT Widya Sasana Malang. Kongres III Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus” diselenggarakan di Sekadau, pada tanggal 16 - 17 Maret 1977. Dalam Kongres III ini dipilih P. Enzo Marini CP sebagai Vikarius Regional dengan penasihatnya: P. Gabriele Ranocchiaro CP dan P. Giulio Mencuccini CP.
Pelan tetapi pasti, panggilan Pasionis di Indonesia mulai bertumbuh dan berkembang. Pada tanggal 24 Maret 1977, P. Enzo Marini CP selaku Vikarius Regional menulis surat permohonan kepada pihak Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana Malang bahwa Kongregasi Pasionis akan mengirim frater mahasiswanya di STFT. Pada tahun ajaran 1977 Kongregasi Pasionis mulai bergabung secara resmi ke STFT Widya Sasana Malang sebagai partisipan. (*FX. Armada Riyanto CM, Edison RL. Tinambunan O.Carm dan Rafael Isharianto CM, 40 tahun STFT Widya Sasana: Bersama Bertolak ke Tempat yang Dalam, Widya Sasana Publication, Malang, 2011, hlm. 59). Bergabungnya Pasionis ditandai dengan 7 orang Frater mahasiswa Pasionis dari Kalimantan Barat yang dikirim ke Malang untuk mengikuti studi di STFT Widya Sasana Malang. Rm. E.V. Bieler CM sebagai wakil Rektor waktu itu menyambut gembira bergabungnya Pasionis, melalui surat yang dikirim kepada pimpinan CP (Vikarius Regional), yaitu P. Enzo Marini CP. Surat Rm. Bieler CM sebagai tanggapan atas permohonan P. Enzo Marini CP untuk bergabung dengan STFT berbunyi: “Terimakasih atas suratnya tertanggal 24 Maret 1977 serta segala keterangan yang diberikan. Kedatangan ke-7 mahasiswa Pasionis pada STFT Widya Sasana kami terima dengan segala senang hati. Semoga mereka dapat mengikuti kuliah-kuliah dengan baik dan tidak mengalami kesulitan-kesulitan walaupun jadwal kuliah cukup padat. Kuliah telah mereka ikuti sejak tanggal 1 April yang lalu”. (*FX. Armada Riyanto CM, Edison RL. Tinambunan O.Carm dan Rafael Isharianto CM, 40 tahun STFT Widya Sasana: Bersama Bertolak ke Tempat yang Dalam, Widya Sasana Publication, Malang, 2011, hlm. 59).
Dengan demikian, secara resmi mulailah pembinaan para calon Pasionis di Malang, Jawa Timur. Karena Pasionis belum memiliki rumah atau biara di Malang, untuk sementara para Frater ini tinggal atau menumpang di Biara Frateran Bunda Hati Kudus (BHK) Celaket, di Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 21, Malang. Kemudian pada awal tahun 1978, para Frater ini pindah ke Batu dan tinggal atau menumpang di Biara Karmel “Regina Apostolorum” di Jl. Hasanudin No. 13, Batu.
Biara Pasionis “St. Gabriel” Batu. Pada akhir bulan Agustus 1978 mulailah babak baru bagi pembinaan para calon Pasionis di Indonesia. Dengan segala keterbatasan yang ada, Kongregasi Pasionis mengusahakan sebuah rumah sekaligus Biara Pasionis pertama di Jawa. Akhirnya, sebuah rumah tua dan sederhana di Jl. Panglima Sudirman No. 78 Batu (sekarang No. 80/84) dapat dibeli oleh Provinsi PIETà Italia. Inilah rumah atau Biara Pasionis pertama di Jawa. Mulai saat ini beberapa Imam Pasionis dari Italia dan para Frater Pasionis bisa tinggal di rumah atau Biara sendiri.
Kongres IV Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus” dilaksanakan di Sekadau tanggal 3 - 13 Juli 1979 dan dipilih P. Paolo Aureli CP sebagai Vikarius Regional serta penasihatnya: P. Gabriele Ranocchiaro CP dan P. Gabriele Antonelli CP. Karena P. Gabriele Ranocchiaro CP mendapat tugas sebagai pembina di Biara Pasionis “St. Gabriel” Batu, maka beliau mengundurkan diri sebagai penasihat dan ekonom. Dan dalam Asemblea Luar Biasa yang dilaksanakan di Sekadau pada tanggal 3 Januari 1981 P. Giulio Mencuccini, CP dipilih sebagai penggantinya.
Seiring berjalannya waktu, jumlah orang-orang muda yang ingin menggabungkan diri sebagai Religius Pasionis semakin bertambah. Pada tahun 1981, rumah atau Biara sederhana di Batu ditambah dengan bangunan baru dengan dua lantai di bagian belakang. Rumah lama bagian depan tetap dipertahankan seperti aslinya hanya diperbaiki beberapa bagian. Rumah baru dua lantai akhirnya dapat diselesaikan pembangunannya dan diberkati pada tanggal 8 Oktober 1981 oleh P. Paolo Aureli CP, selaku Vikarius Regional “Sakramen Mahakudus” Sekadau. Rumah ini difungsikan menjadi Biara dengan nama Biara Pasionis “St. Gabriel”. Biara ini kemudian menjadi Novisiat Pasionis hingga sekarang.
Pada tahun 1983 diadakan Kongres V Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus” di Sekadau. Kongres V ini dilaksanakan pada tanggal 6 - 13 Oktober 1983. Dalam Kongres V yang juga menjadi Kongres terakhir Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus”, dipilih P. Paolo Aureli CP sebagai Vikarius Regional dengan para penasihatnya: P. Bernardo Matani CP dan P. Giulio Mencuccini CP.
Vikariat Regional Jenderal Pasionis Indonesia “Maria Ratu Damai”
(*P. Paulus Aureli CP, “Vikariat Regional Jenderal Pasionis Maria Ratu Damai: Latar belakang Sejarah dan Perkembangannya”, dalam 40 Tahun Kehadiran Misionaris Pasionis Italia di Sekadau Kalimantan Barat, Sekadau, 2001, hlm. 16-19).
Tahun 1983 – 1987. Perjumpaan dan pertemuan dua Vikariat Regional menuju satu Vikariat Jenderal. Karya pewartaan Injil menjadi tujuan utama dari para Misionaris, baik itu Misionaris Pasionis dari Provinsi “Mater Sanctae Spei” (SPE) - Belanda maupun Misionaris Pasionis dari Provinsi “Maria SS. della Pietà” (PIETA) – Italia.
Setelah kedua Vikariat Regional, yaitu Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus” (Misionaris Pasionis Italia di Sekadau) dan Vikariat Regional “Sang Penebus” (Misionaris Pasionis Belanda di Ketapang) melewati masa-masa perjuangan dalam menjalankan karya misi sendiri-sendiri sesuai wilayahnya masing-masing, muncullah pemikiran untuk bekerjasama dalam bidang tertentu. Bidang yang paling menonjol adalah soal penanganan panggilan. Para calon Pasionis dari Sekadau maupun dari Ketapang dihimpun sebagai satu kelompok dan dibina pada satu tempat pembinaan. Mula-mula tempat pembinaan para Frater di Sekadau, kemudian dipindahkan ke Batu, Jawa Timur.
Penanganan pembinaan generasi baru Pasionis secara bersama-sama ini membawa dampak yang positif bagi tumbuh kembangnya panggilan. Banyak orang muda yang bersedia menggabungkan diri menjadi Pasionis. Perkembangan panggilan yang subur mendorong para pimpinan dari kedua Vikariat Regional untuk BERSATU dan membentuk SATU VIKARIAT. Tujuannya agar kerjasama tidak hanya soal pengembangan dan pembinaan panggilan, tetapi juga meliputi karya misi dan karya kerasulan lainnya.
Konferensi PASPAC. Pembicaraan pertama soal penyatuan dua Vikariat Regional di Indonesia terjadi dalam kesempatan Konferensi Pasionis Asia Pasifik (PASPAC) di Papua New Guinea tahun 1980. Pertemuan yang lebih intensif dan terorganisir antara dua Pimpinan Vikariat Regional dilaksanakan antara 1983 – 1987 untuk mempelajari bersama aspek-aspek yuridis penyatuan dua Vikariat Regional menjadi satu Vikariat di bawah Jenderal (Vikariat Regional Jenderal).
Konferensi Regional Pasionis Indonesia. Untuk mewujudkan penyatuan dua Vikariat Regional, maka pada tahun 1984 dibentuk Konferensi Regional Pasionis Indonesia. Anggota Konferensi ini adalah kedua Dewan Vikariat Regional. Mereka mengadakan pertemuan dua kali setahun di Sekadau dan Ketapang. Selama tiga tahun dipelajari secara bersama struktur penyatuan dan bagaimana meningkatkan kerja sama demi kemajuan Kongregasi Pasionis di Indonesia.
Seminari Tinggi Pasionis “Mater Sanctae Spei” Tidar. Pada tahun 1985 mulai dibangun Biara atau Seminari Tinggi bagi para calon Pasionis yang terus bertambah, yaitu Seminari Tinggi Pasionis “Mater Sanctae Spei” di Jl. Simpang Tidar 1, Malang. Rumah Biara yang baru ini diusahakan oleh Provinsi SPE Belanda. Rumah pembinaan para Frater tersebut terletak di Tidar yang tidak jauh dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana, sehingga dapat dijangkau dengan mudah oleh para Frater yang belajar di sana.
Setelah hampir selama 20 tahun, berkarya sendiri-sendiri, maka mulailah sejarah baru bagi Misi Pasionis di Indonesia. Para Misionaris dari Provinsi SPE-Belanda dan para Misionaris dari Provinsi PIETà-Italia sepakat bulat dan penuh komitmen untuk BERSATU PADU.
Kongres I Vikariat Regional Jenderal: Para Religius Pasionis Indonesia bersama dengan Superior Jenderal, P. Paul M. Boyle CP menyelenggarakan Kongres Pertama sekaligus meresmikan penyatuan atau penggabungan dua Vikariat Regional menjadi satu Vikariat Regional Jenderal. Kongres I ini dilaksanakan di Sekadau pada tanggal 17 – 20 Agustus 1987.
Dengan jerih payah dan komitmen bersama, akhirnya tercapailah penyatuan kedua Vikariat Regional menjadi SATU. Kedua kelompok Misionaris pada akhirnya hidup dan berkarya dalam naungan Vikariat Regional Jenderal “Maria Ratu Damai” atau “Maria Regina Pacis”, yang disingkat REPAC. Para peserta Kongres sepakat memilih “Maria Ratu Damai” sebagai pelindung Vikariat, karena kedua kelompok Misionaris Pasionis yang pernah terpisah dan menjalankan karya misi di wilayah Sekadau dan Ketapang hampir selama 20 tahun, kini bersatu lagi (berdamai) lagi di bawah perlindungan “Maria Sang Ratu Damai”. Selain itu, kenyataan bahwa devosi kepada Santa Perawan Maria di Indonesia sungguh sangat kuat dan dihargai, maka diharapkan para Religius Pasionis di Indonesia juga turut serta mengembangkan devosi kepada Bunda Maria dalam karya dan doa. Vikariat Regional Jenderal “Maria Ratu Damai” secara resmi terbentuk pada tanggal 17 Agustus 1987.
Dalam Kongres, kecuali melakukan pembaharuan statuta sesuai dengan situasi Indonesia juga memilih Dewan Pimpinan Vikariat Regional Jenderal untuk masa bakti 1987 – 1990, yaitu: P. Paolo Aureli CP sebagai Vikarius Regional Jenderal yang dibantu empat penasihat: P. Bernardo Matani CP, P. Jeroen Stoop CP, P. Enzo Marini CP dan P. Benediktus F. Bitus CP. Dalam Kongres I ini diputuskan bahwa Biara Sekadau adalah pusat Vikariat Regional Jenderal “Maria Ratu Damai”.
Adapun misi dari penyatuan menjadi Vikariat Regional Jenderal “Maria Ratu Damai” adalah supaya Kongregasi Pasionis memandang ke masa depan dengan pandangan luas untuk seluruh Indonesia. Karisma dan Spiritualitas Pasionis perlu diperkenalkan dan diwartakan ke seluruh penjuru Indonesia.
Kongres II Vikariat Regional Jenderal: Perkembangan Vikariat Regional Jenderal Pasionis Indonesia tahun 1990 an sangat menggembirakan. Panggilan hidup membiara untuk menjadi imam dan bruder Pasionis cukup banyak. Para calon biarawan yang datang dari berbagai daerah dengan latar belakang pendidikan dan kebudayaan yang beranekaragam sangat perlu dibina sesuai dengan karisma St. Paulus dari Salib, Pendiri Kongregasi Pasionis dan juga tuntutan Gereja Kristus serta perkembangan zaman. Kongres II Vikariat Regional Jenderal diselenggarakan di Wisma Laverna, Bunut, Sanggau (22 - 24 November 1990). Dengan melihat dan memahami situasi Vikariat, maka dalam Kongres II ini, para peserta Kongres memprioritaskan pembinaan atau pendidikan bagi para Pasionis muda. Dalam Kongres ini dipilih P. Piergiorgio Bartoli CP sebagai Vikarius Regional Jenderal untuk masa bakti 1990-1994. Dipilih pula empat orang penasihat: P. Bernardo Matani, CP (Penasihat Bidang Ekonomi), P. Gabriele Ranocchiaro CP (Penasihat Bidang Religius), P. Enzo Marini CP (Penasihat Bidang Kerasulan) dan P. Nikodemus Sandong CP (Penasihat Bidang Pembinaan).
Biara dan Seminari Tinggi Pasionis “Bt. Pius Campidelli”, Loandeng, Kalisongo, Malang. Dalam periode ini panggilan semakin tumbuh subur dalam Kongregasi Pasionis. Dengan jumlah Frater dan Bruder yang terus bertambah, maka diperlukan Biara atau rumah pembinaan yang memadai. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena panggilan menjadi Pasionis terus meningkat, maka dipikirkan kembali menambah rumah pembinaan baru. Sebagai realisasinya, pada tahun 1990 dibangun rumah pembinaan untuk para Frater yang berlokasi di Loandeng, Kalisongo, Malang (Biara “Beato Pius Campidelli” di Jl. Raya Pandan Landung 48, Wagir). Pada tanggal 18 November 1991 Biara dan sekaligus Seminari Tinggi Pasionis ini diresmikan oleh P. Piergiorgio Bartoli CP (Vikarius Regional Jenderal) dan diberkati oleh Mgr. HJS. Pandoyoputo O.Carm (Uskup Malang). Pembangunan rumah baru ini ditanggung oleh Superior Jenderal dan Provinsi-provinsi Pasionis di seluruh dunia. Berkaitan dengan peningkatan jumlah Pasionis muda tentu itu semua tidak lepas dari perjuangan dan jerih payah P. Cornelio Serafini CP. Beliau memperkenalkan panggilan Pasionis kepada orang muda yang tersebar di pulau Flores, Jawa dan Lampung (Sumatera). Jerih payah beliau ini kiranya patut dicatat dalam sejarah perkembangan Kongregasi Pasionis di Indonesia. Kita juga patut berterimakasih kepada P. Carlo Marziali CP yang dengan penuh kesabaran mendidik dan mendampingi para Pasionis muda Indonesia. Beliau berjasa banyak dalam mengembangkan tradisi keilmuan dan Spiritualitas Kongregasi Pasionis terutama atas karya-karya terjemahannya, yang membuat orang muda di Indonesia mengenal panggilan Pasionis.
Pusat Vikariat Regional dari Sekadau ke Jakarta. Dalam periode ini pusat Vikariat Regional Jenderal dipindah dari Sekadau ke Jakarta. Sebagai pusat Vikariat Regional Jenderal Pasionis Indonesia dibelilah sebuah rumah yang terletak di Jl. Patra Tomang IV/62, Tomang Barat, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Kongres III Vikariat Regional Jenderal: Pada tanggal 27 November – 2 Desember 1994 diadakan Kongres III Vikariat Regional Jenderal “Maria Ratu Damai” di Wisma Laverna, Bunut, Sanggau. Dalam Kongres ini selain untuk memilih Dewan Pimpinan Vikariat yang baru juga sekaligus menyusun dan menetapkan program-program kerja selama 4 tahun ke depan. Dalam Kongres ini para penasihat dipilih bukan lagi berdasarkan bidang masing-masing, melainkan berdasarkan keahlian yang sekaligus membawahi satu regio (wilayah). Dewan Vikariat Regional Jenderal Pasionis Indonesia masa bakti 1994-1998 adalah P. Vitalis C.F. Frumau CP (Vikarius Regional Jenderal), P. Paolo Aureli CP (Bidang Ekonomi), P. Pius Barses CP (Bidang Pembinaan), P. Benediktus F. Bitus CP (Regio Sanggau) dan P. Lukas Ahon CP (Regio Ketapang).
Dewan Vikariat yang terbentuk ini berkeinginan untuk melanjutkan dan sekaligus meningkatkan program kerja yang telah dirintis oleh Dewan Vikariat periode sebelumnya. Prioritas pertama yang ditekankan adalah dalam bidang pembinaan, terutama pembinaan intelektual dan penghayatan Spiritualitas Pasionis. Prioritas kedua adalah bidang misi dan kerasulan. Wujud dari program bidang misi dan kerasulan adalah menjadikan biara atau pastoran sebagai tempat menghayati cara hidup Pasionis seperti yang dikehendaki oleh St. Paulus dari Salib, “hidup seperti rasul dan memupuk semangat doa, mati raga serta kesunyian yang mendalam” (Bdk. Konst. art. 1).
Kongres IV Vikariat Regional Jenderal: Pada tanggal 16 - 21 November 1998 dilaksanakan Kongres IV Vikariat Regional Jenderal Pasionis “Maria Ratu Damai” Indonesia di Rumah Retret “St. Magdalena Postel” Jaya Giri, Malang. Dalam Kongres IV tersebut dipilih Dewan Pimpinan Vikariat Regional Jenderal “Maria Ratu Damai” untuk masa bakti 1998 - 2002: P. Gabriele Antonelli CP (Vikarius Regional Jenderal), P. Sabinus Lohin CP (Wakil Vikarius/Penasihat I), P. Enzo Marini CP (Penasihat II), P. Krisantus CP (Penasihat III) dan P. Marius Lami CP (Penasihat IV). Pada tahun 1988, pusat Vikariat berpindah lagi dengan membeli rumah di Jl. Patra Tomang II/16, Tomang Barat, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Peristiwa penting mandat 1998-2002. Dalam Spiritualitas dan Misi: Dewan Vikariat yang terbentuk ini memiliki tekad untuk membawa Kongregasi Pasionis Indonesia kepada kemandirian dan keterbukaan dalam mewartakan kenangan akan Sengsara Yesus yang merupakan karya Agung Cinta Kasih Allah. Sebagai wujud konkret dari tekad tersebut, setiap komunitas religius berusaha untuk mandiri, baik secara finansial maupun dalam segi kerasulan dan pelayanan. Dewan Vikariat Regional yang baru juga berusaha menyebarkan Spiritualitas Pasionis kepada semakin banyak umat beriman.
Tahun 2000 dibangun Pusat Spiritualitas Pasionis “Paus Paulus VI” Loandeng, Malang. Karya yang nyata dalam pewartaan Spiritualitas Pasionis adalah dengan mendirikan Pusat Spiritualitas Pasionis (PSP) “Paus Paulus VI” di Loandeng, Malang. Rumah Retret Pusat Spiritualitas Pasionis “Paus Paulus VI” ini diresmikan dan diberkati pada tanggal 20 Maret 2000 oleh Uskup Malang, Mgr. HJS. Pandoyoputro O.Carm. Dalam periode ini juga ditandai terobosan-terobosan baru seperti melayani atau membuka paroki-paroki di Keuskupan lain (Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Banjarmasin dan Keuskupan Tanjung Karang) dan mengirim tenaga Misionaris untuk berkarya di luar negeri. Pada tanggal 3 Agustus 2002 mulai dibangun Rumah Biara Provinsialat yang baru di Jakarta, yaitu di Jl. Patra Tomang II/24 A Tanjung Duren, Tomang Barat, Jakarta Barat.
Dalam Pembinaan: Penyatuan Biara atau rumah pembinaan di Biara “Bt. Pius Campidelli”, Loandeng, Kalisongo. Akhir tahun 2002 Biara atau Seminari Tinggi Pasionis “Mater Sanctae Spei”, Tidar, Malang di Jl. Simpang Tidar 1 dijual ke ALMA. Para Frater atau mahasiswa S2 yang sebelumnya tinggal di Biara “Mater Sanctae Spei” Tidar pindah dan tinggal di Biara atau Seminari Tinggi “Bt. Pius Campidelli”, Loandeng, Kalisongo bergabung bersama para Frater/Mahasiswa S1.
Tahun 2002 mulai diselenggarakan program Tahun Orientasi Panggilan (TOPANG) Pasionis “Bt. Innocensius” di Biara “St. Paulus dari Salib” Sekadau.
Awal tahun 2002 di Pontianak mulai dibangun Biara “St. Vinsensius Maria Strambi” Tanjung Hulu, Pontianak Timur. Biara ini sekaligus sebagai rumah pembinaan bagi para Frater Post-Pastoral (S2). Angkatan pertama mulai menempati Biara yang baru pada bulan Oktober 2002, setelah sekitar 3 bulan (Agustus-Oktober) menumpang di Seminari Tinggi Inter-Diosesan “Antonino Ventimiglia”, Siantan, Pontianak (letaknya satu kompleks dengan STT “Pastor Bonus”) sambil menunggu selesainya pembangunan Biara Pasionis di Tanjung Hulu. Pada tanggal 18 Oktober 2002 Biara “St. Vinsensius Maria Strambi” di Jl. Ya’M Sabran No. 113, Tanjung Hulu, Pontianak Timur secara resmi dibuka dan diberkati oleh Superior Jenderal, P. Ottaviano D’Egidio CP. Tahun perkuliahan 2002 para student atau Frater S2 mulai mengikuti program S2 di Sekolah Tinggi Teologi (STT) “Pastor Bonus”, Siantan, Pontianak.
Dewan ini juga memperhatikan pembinaan lanjut bagi para Pasionis muda dengan mengutus untuk studi lanjut dan mengikuti kursus-kursus atau pembinaan lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dari Vikariat Regional Jenderal menjadi Vice-Provinsi “Maria Ratu Damai”
Bersama Membangun Kemandirian. Kongres I Vice-Provinsi: Setelah melihat perkembangan dalam bidang pembinaan, komunitas, misi-kerasulan dan ekonomi, maka Superior Jenderal atas persetujuan Dewannya, pada tanggal 30 September 2002 mengangkat status Vikariat Regional Jenderal Indonesia menjadi Vice-Provinsi Indonesia. Keputusan itu menjadi efektif dalam Kongres I Vice-Provinsi yang diselenggarakan tanggal 4 - 9 November 2002 di Pusat Spiritualitas Pasionis “Paus Paulus VI”, Loandeng, Malang.
Tema dari Kongres Vice-Provinsi ini adalah “Bersama Membangun Kemandirian”.
Dalam Kongres tersebut dipilih Vice-Provinsial dan Dewannya untuk masa bakti 2002 - 2007: P. Sabinus Lohin CP (Vice-Provinsial), P. Gabriele Antonelli CP (Wakil Vice-Provinsial/Penasihat I), P. Pius Barses CP (Penasihat II), P. Stefanus Lengi CP (Penasihat III) dan P. Krisantus Umar CP (Penasihat IV).
Permohonan menjadi Provinsi. Dalam Assemblea Vice-Provinsi tanggal 18 - 20 Oktober 2004 dibicarakan dan diputuskan untuk mengajukan permohonan pengangkatan Vice-Provinsi menjadi Provinsi. Pada tanggal 12 Mei 2006, P. Sabinus Lohin CP selaku Vice-Provinsial, berdasarkan keputusan Assemblea tanggal 18-20 Oktober 2004 dan Rapat Dewan penasihat tanggal 28-29 November 2004, mengajukan permohonan pengangkatan status yuridis Vice-Provinsi menjadi Provinsi kepada Superior Jenderal di Roma.
Vice-Provinsi “Maria Ratu Damai” mengalami pertumbuhan baik dalam tenaga atau anggota maupun dalam karya kerasulannya, terutama sejak tahun 2006 Pasionis hadir dan melayani di Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat, yaitu di Paroki “St. Fransiskus Xaverius”, Semitau dan kemudian di Paroki “St. Fidelis”, Sejiram. Selain juga mulai nyata pewartaan Spiritualitas Pasionis melalui rumah retret atau Pusat Spiritualitas Pasionis “Mater Sanctae Spei” di Nilo, Maumere dan rumah retret di Arca Gadok, Puncak, Bogor. Juga dalam bidang ekonomi, mulai tumbuh kesadaran dan tanggungjawab bersama dalam mengupayakan kemandirian ekonomi dalam setiap komunitas maupun di paroki.
Provinsi Pasionis “Maria Ratu Damai” (REPAC) Indonesia
Menjadi Provinsi “Regina Pacis” (REPAC) atau Provinsi “Maria Ratu Damai” Indonesia. Kapitel Provinsi I. Dengan mengapresiasi berbagai perkembangan nyata dalam Vice-Provinsi “Regina Pacis” Indonesia pada tahun-tahun terakhir, Superior Jenderal bersama Dewannya memutuskan mengajukan permohonan pengangkatan menjadi Provinsi kepada Kapitel Jenderal atas permohonan dari Vice-Provinsi Indonesia.
Dalam Kapitel Jenderal Kongregasi Pasionis ke - 45 yang diselenggarakan tanggal 1 - 22 Oktober 2006 di Biara Jenderalat “St. Yohanes dan Paulus” Roma, Vice-Provinsi Indonesia diangkat status yuridisnya menjadi Provinsi, dengan nama Provinsi “Regina Pacis” atau “Maria Ratu Damai” (disingkat REPAC). Surat keputusan pengangkatan menjadi Provinsi tepat pada Hari Raya Pendiri Kongregasi Pasionis, St. Paulus dari Salib, yaitu pada tanggal 19 Oktober 2006. (*Surat Keputusan Pengangkatan Provinsi Regina Pacis (“Maria Ratu Damai”) Indonesia, dalam Passionist International Bulletin, Roma, No. 12 Desember 2006, hlm. 22).
Demikian surat lengkap pengangkatan ke Status Provinsi: (*P. Ottaviano D’Egidio CP, “Surat Pengangkatan Provinsi Regina Pacis (REPAC) Indonesia”, dalam Dokumen Kapitel Provinsi Pertama, Jakarta, 2007, hlm. 32-33).
“Superior Vice-Provinsi, P. Sabinus Lohin CP pada tanggal 12 Mei 2006, dengan persetujuan Assemblea tanggal 18-20 Oktober 2004, mengajukan permohonan pengangkatan Vice-Provinsi menjadi Provinsi. Superior Jenderal bersama para Penasihatnya menyelidiki dengan teliti permohonan tersebut tanggal 23 September 2006 dan menyadari bahwa karunia Allah telah melimpah atas karya yang telah dikerjakan dengan keberanian dan dalam situasi sulit oleh para Misionaris Pasionis Provinsi “Mater Sancte Spei” dari tahun 1946 sampai 1961 dan mulai tahun 1961 dengan bantuan yang resmi dari para Misionaris Pasionis Provinsi “Pietà”.
Menyadari bahwa Allah sungguh memberkati secara khusus promosi panggilan yang dimulai tahun 1973 di Kalimantan Barat dan secara bertahap menjalar ke pulau-pulau lain dengan struktur yang memadai dan pada umumnya orang muda menjawab secara positif dan teguh kepada karunia Allah. Karena itulah, Vikariat Regional “Sakramen Mahakudus” yang lahir tahun 1973 dari Provinsi PIETà dan Vikariat Regional “Sang Penebus” yang didirikan tahun 1983 dari Provinsi SPE, melihat dengan penuh harapan masa depan Kongregasi Pasionis di Indonesia. Agar masa depan itu semakian kokoh, Superior Jenderal dengan persetujuan kedua Provinsi SPE dan PIET, pada tahun 1987 memulai proses penyatuan kedua Vikariat Regional agar hanya menjadi satu di bawah kepemimpinan Jenderal.
Superior Jenderal, setelah melihat perkembangan bidang pembinaan, komunitas, kerasulan dan ekonomi, dengan persetujuan Dewan Penasihatnya, pada tanggal 30 September 2002 memutuskan mengangkat Vikariat Regional Jenderal REPAC menjadi Vice-Provinsi REPAC, bersamaan dengan Kongres Vikariat Regional Jenderal tersebut pada November 2002.
Berkat perkembangan lebih lanjut Vice-Provinsi pada tahun-tahun terakhir ini, Superior Jenderal bersama Dewan Penasihatnya mengambil kesempatan menyampaikan permohonan mendirikan Provinsi kepada Kapitel Jenderal agar peristiwa tersebut menjadi lebih nyata dan memberi semangat kepada para Konfrater di Indonesia untuk semakin bertekun dalam kesetiaan “memelihara memoria passionis dengan mengikuti Yesus Tersalib” (Konstitusi No. 100).
Maka kemudian dikeluarkanlah Dekrit pengangkatan Provinsi:
Demikian isi Dekrit Pengangkatan itu:
“Para anggota Kapitel Jenderal ke – 45, pada Hari Raya St. Paulus dari Salib, 19 Oktober 2006, seturut norma no. 104 dari Konstitusi mengangkat Vice-Provinsi “Regina Pacis” di Republik Indonesia menjadi Provinsi, dengan nama yang sama.
Pada saat yang sama menetapkan sampai berakhirnya mandat P. Sabinus Lohin sebagai Provinsial dan P. Gabriel Antonelli, P. Pius Barses, P. Stefanus Lengi dan P. Krisantus sebagai Dewan Penasihat Provinsi”. (*P. Ottaviano D’Egidio CP, “Surat Pengangkatan Provinsi Regina Pacis (REPAC) Indonesia”, dalam Dokumen Kapitel Provinsi Pertama, Jakarta, 2007, hlm. 32-33).
Semoga Tuhan yang Mahabelaskasih, dengan perantaraan Bunda Maria Ratu Damai dan Pelindung Kongregasi, St. Paulus dari Salib Pendiri kita, Santo-Santa dan para Beato keluarga Pasionis mengaruniakan kepada para Konfrater kami Provinsi baru ini : “suatu kemauan teguh untuk hidup dan bekerja dengan senang hati dalam komunitas, dengan mematuhi Konstitusi dalam semangat St. Paulus dari Sali ; suatu ketetapan yang kuat untuk menghayati semangat doa dan mengajar orang lain berdoa; lagi pula untuk memperhatikan kebutuhan sesama, sambil berusaha membimbing mereka kepada kepenuhan panggilan Kristiani melalui Sabda Salib” (Konstitusi No. 4).”
Setelah secara resmi menjadi Provinsi, pada tanggal 15 - 21 Januari 2007 diselenggarakan Kapitel Provinsi I di Graha Kasih Cisarua, Bogor. Dalam Kapitel I ini dipilih Provinsial dan Dewan Penasihatnya untuk masa bakti 2007-2011: P. Sabinus Lohin CP (Provinsial), P. Nikodemus Jimbun CP (Wakil Provinsial/Penasihat I), P. Marcellius Mobel CP (Penasihat II), P. Yustinus Sukardi CP (Penasihat III) dan P. Mikael Doulodo CP (Penasihat IV). Tema yang diusung dalam Kapitel Provinsi I ini adalah “Bangkitlah dan Bergeraklah dalam Konteks Restrukturisasi Pasionis Indonesia”.
Statuta Provinsi “Maria Ratu Damai” Indonesia. Dalam Kapitel Provinsi I ini juga disusun Statuta yang berlaku bagi Provinsi “Maria Ratu Damai” (REPAC) Indonesia dan kemudian disahkan tanggal 1 Oktober 2007.
Assemblea Provinsi, Rumah Retret Constantini CDD, Sungai Ambawang, Pontianak (20-22 Januari 2009).
Pasionis Identitasku, Pasionis Keluargaku. Kapitel Provinsi II: Kapitel Provinsi yang kedua, diselenggarakan tanggal 12 - 16 Januari 2011 di Rumah Retret “Constantini” CDD, Sungai Ambawang, Pontianak. Dalam Kapitel ini dipilih Provinsial dan Dewan Penasihatnya untuk masa bakti 2011-2015: P. Sabinus Lohin CP (Provinsial), P. Nikodemus Jimbun CP (Wakil Provinsial/Penasihat I), P. Antonius Janga CP (Penasihat II), P. Markus Adu CP (Penasihat III) dan P. Stefanus Suryanto CP (Penasihat IV).
Kapitel sebagai kesempatan perjumpaan antar Religius Pasionis sebagai satu keluarga begitu penting, sehingga perlu dipersiapkan secara matang. Persiapan Kapitel II dilakukan cukup lama (hampir satu tahun) dan secara serius (dengan diskusi dan sharing di setiap komunitas). Tema dalam Kapitel Provinsi II ini adalah “Pasionis Identitasku, Pasionis Keluargaku”. Dengan tema ini seluruh anggota Provinsi diajak merefleksikan kembali arti sebagai seorang Pasionis dan arti sebagai anggota keluarga Pasionis. Dalam Kapitel Provinsi II ini juga ditegaskan kembali Visi dan Misi Provinsi “Regina Pacis” Indonesia, yaitu:
Visi : Keluarga Religius yang dijiwai oleh kenangan akan Sengsara Yesus (memoria passionis) sebagai karya paling agung dan mengagumkan cinta kasih Allah, ditantang oleh “orang-orang tersalib” zaman ini, dipanggil dalam perutusan Gereja Indonesia yang terus bangkit dan bergerak, untuk mewartakan Kabar Gembira Kristus yang menyelamatkan.
Misi :
- Membangun Keluarga Religius Pasionis yang sehati sejiwa, profetis, solider dan peka dengan dijiwai kebijaksanaan salib.
- Membangun pribadi dan komunitas yang mandiri, berkualitas dan saling mendukung sebagai saudara sepanggilan dalam doa dan karya kerasulan.
- Membaharui diri terus menerus dan ikut berjuang bersama “orang-orang tersalib” zaman ini.
- Mewartakan Sabda Salib tanpa kenal lelah demi mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Pengembangan Spiritualitas Pasionis dan juga Pembinaan para Religius Pasionis. Pantas disyukuri, panggilan untuk menjadi Religius Pasionis, baik imam maupun bruder terus bertumbuh subur. Banyak orang muda yang berkehendak baik menggabungkan diri dalam Kongregasi Pasionis. Dengan bertambahnya panggilan, dituntut pula pembinaan yang kuat dan memadai, seturut kharisma dan Spiritualitas Pasionis. Maka pembinaan bagi para Pasionis, baik pembinaan awal maupun pembinaan lanjut (on going formation) tetap merupakan hal mendasar dan diutamakan. Dengan program pembinaan yang terencana dan berkelanjutan, diharapkan para Religius Pasionis semakin berkualitas dan terampil dalam mewartakan “Sabda Salib” dan solider terhadap “orang-orang tersalib” pada zaman ini.
Agustus 2011 para Postulan Pasionis mulai dibina di Biara “Bt. Pius Campidelli”, Loandeng, Malang bergabung dengan para Student/Frater S1.
Selain itu, pewartaan Spiritualitas Pasionis tetap menjadi tugas dan tanggungjawab para Religius. Salah satunya dengan pembangunan Rumah Retret atau Pusat Spiritualitas Pasionis. Setelah dibangun di Malang, kemudian di Nilo, Maumere, mulailah dibangun di Pontianak, yaitu Rumah Retret atau Pusat Pembinaan Orang Muda di Benuah, Bukit Lait, Paroki ”St. Fidelis” Sungai Ambawang, Keuskupan Agung Pontianak. Pasionis terus melebarkan sayap kerasulan ke Wilayah Timur Indonesia, yaitu di Keuskupan Agung Ende dengan melayani Paroki Jawa Kisa/Rendu mulai tahun 2011.
Kapitel Jenderal ke - 46. Dalam Kapitel Jenderal ke- 46, tanggal 9 September – 7 Oktober 2012 di Biara Jenderalat “St. Yohanes dan Paulus” Roma, P. Sabinus Lohin CP terpilih menjadi Dewan Konsultor Jenderal. Menurut Statuta Provinsi, jika karena satu dan lain hal, jabatan Superior Provinsial lowong, maka jabatan itu akan diambilalih Penasihat Pertama (Wakil Provinsial) sampai akhir mandat itu sendiri.(* Statuta Provinsi “Maria Ratu Damai” (REPAC) Indonesia, No. 43). Karena itu, sejak terpilihnya P. Sabinus Lohin CP sebagai anggota Dewan Konsultor Jenderal, P. Nikodemus Jimbun CP selaku Wakil Provinsial (Penasihat I) dengan sendirinya menjabat sebagai Superior Provinsial.
Pasionis Identitasku, Pasionis Keluargaku: Melangkah Bersama dalam Kebaharuan. Assemblea Provinsi, St. Monica Resort, Caringin, Bogor (21-24 Januari 2013). Dalam Assemblea Provinsi ini yang selalu diselenggarakan pada pertengahan mandat, para peserta Assemblea diajak untuk menghayati dan menjabarkan tema Kapitel Provinsi II: Pasionis Identitasku, Pasionis Keluargaku dengan Melangkah Bersama dalam Kebaharuan. Kebaharuan yang nyata adalah salah seorang anggota Provinsi untuk pertama kalinya dipilih menjadi anggota Dewan Konsultor Jenderal di Roma, yaitu: P. Sabinus Lohin CP yang juga merupakan Superior Provinsial Provinsi REPAC Indonesia.
Karena itu, dalam Asemblea Provinsi ini, salah satu agenda adalah memilih Penasihat dan Wakil Provinsial baru. Dan terpilihlah P. Ligorius Jalak CP. Dengan demikian, sejak tanggal 22 Januari 2013 (hari pemilihan), Provinsial dan Dewan Penasihatnya, hingga Kapitel berikutnya tahun 2015 adalah: P. Nikodemus Jimbun CP (Provinsial), P. Ligorius Jalak CP (Wakil Provinsial/Penasihat I), P. Markus Adu CP (Penasihat II), P. Antonius Janga CP (Penasihat III) dan P. Stefanus Suryanto CP (Penasihat IV).
Tahun 2013: mulai diadakan program Tahun Orientasi Panggilan (TOPANG) Pasionis di Nilo bergabung di Pusat Spiritualitas Pasionis “Mater Sanctae Spei”, Nilo, Maumere.
Tanggungjawabku atas Kelangsungan Hidup Kongregasi Pasionis Indonesia. Kapitel Provinsi III: diselenggarakan pada tanggal 13-18 Januari 2015 di Rumah Retret “Tirta Ria”, Sungai Raya, Pontianak.
Dalam Kapitel Provinsi III dipilih Provinsial dan Dewannya: P. Nikodemus Jimbun CP (Provinsial), P. Markus Adu CP (Wakil Provinsial/Penasihat I), P. Antonius Janga CP (Penasihat II), P. Ligorius Jalak CP (Penasihat III) dan P. Stefanus Suryanto CP (Penasihat IV).
Misi Umat atau Misi Populer Pasionis. Salah satu kekhasan karya kerasulan Pasionis adalah Misi Umat atau Misi Populer, karena itu karya ini terus digiatkan dan dikembangkan oleh para Pasionis. Tujuan dari kegiatan Misi Umat ini adalah mengakarkan iman kepada umat tetapi juga penyadaran akan nilai-nilai hidup, terutama dengan gerakan JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) atau Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan.
Penutup
Demikianlah secara singkat perjalanan sejarah Kongregasi Pasionis Provinsi “Maria Ratu Damai” (REPAC) Indonesia. Di situ ada banyak tanggal, tempat dengan bermacam-macam peristiwa dan kisah, tetapi juga banyak pribadi-pribadi yang terlibat di dalamnya. Syukur pantas dilambungkan untuk segala perjalanan sejarah ini, karena Tuhan Allah sungguh telah melibatkan diri di dalamnya. Kita bersyukur karena, Provinsi ”Maria Ratu Damai“ terus bertumbuhkembang dalam berbagai hal, meskipun kita harus sadar kelemahan masih banyak dan juga tantangan akan menghadang langkah laku Provinsi kita.
Kiranya dengan mengikuti secuil perjalanan sejarah Provinsi “Maria Ratu Damai ”, kita semua mendapat gambaran bagaimana perjalanan Provinsi kita yang adalah perjalanan panjang dan berliku, ada siang yang terang tetapi juga ada malam yang gelap. Dalam kesempatan ini, patutlah kita berterimakasih kepada para Misionaris Pasionis yang telah datang, berjerih payah merintis dan berkarya di Indonesia Sekarang kelangsungan hidup dan perkembangan Provinsi ada di tangan kita semua. Kiranya kita mau berjerih payah juga demi hidup dan bertumbuhkembangnya Kongregasi Pasionis Provinsi “Maria Ratu Damai” (REPAC) yang kita cintai ini.
DAFTAR SUMBER
- Buku Kenangan 40 Tahun Kehadiran Misionaris Pasionis Italia di Sekadau Kalimantan Barat, Sekadau, 2001
- Buku Kenangan 50 Tahun Kongregasi Pasionis di Indonesia (1946-1996), Dioma, Malang, 1996.
- “Decennale della nostra Missione in Indonesia (1961-1971)”, dalam Bollettino della Provincia di Maria SS. della PIETà – PP. Passionisti, Vol. III, Tahun VII, No. 7
- FX.Armada Riyanto CM, Edison RL. Tinambunan O.Carm dan Rafael Isharianto CM, 40 tahun STFT Widya Sasana: Bersama Bertolak ke Tempat yang Dalam, Widya Sasana Publication, Malang, 2011
- Ottaviano D’Egidio CP, “Surat Pengangkatan Provinsi Regina Pacis (REPAC) Indonesia”, dalam Dokumen Kapitel Provinsi Pertama, Jakarta, 2007
- Passionist International Bulletin, Roma, No. 12 Desember 2006
- Statuta Provinsi Pasionis “Maria Ratu Damai” (REPAC) Indonesia, Jakarta, 2007
- Stefanus Suryanto CP dan P. Paulus Aureli CP, 50 Tahun Misi Pasionis Italia di Indonesia: Pergilah dan Jadikanlah Semua Bangsa MuridKu, Lumen Christi, Malang, 2011
- Vitalis C.F. Frumau CP, “Sejarah Misi Pasionis di Keuskupan Ketapang Kalimantan Barat” (pro manuscripto), tanpa tahun.
Salam Passion!!!
“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”