Kita dapat membayangkan tentang kondisi anak bungsu yang telah sekian lama bekerja dan tidur di kandang babi di sebuah tempat terpencil. Tentunya sangat kusut, lusuh, bau dan kotor. Kita dapat membayangkan juga bahwa ayah anak itu telah mencium bau tidak sedap anaknya dari kejauhan. Namun, kita menyaksikan kenyataan yang luar biasa mengesankan, ayah itu tidak peduli dengan semuanya itu. Yang ada dalam pikiran ayah itu adalah sesegera mungkin ia harus mendapati anaknya, sebelum keluarga dan orang-orang sekampungnya mengejek dan menghakimi anaknya sebagai seorang yang jahat dan tidak tahu malu. Kita kemudian harus tertegun ketika kita menyaksikan ayah itu merangkul anaknya dengan begitu erat dalam kehangatan cinta kebapaan.
Apa yang kita saksikan dalam kisah ini adalah tentang Bapa kita yang baik di surga. Ketika kita kembali kepada-Nya, kembali ke rumah dengan penyesalan atas dosa-dosa kita, Ia tidak akan berdiri di kejauhan dan memenadang kita berjuang sendirian dalam kubangan lumpur dosa. Tidak. Yang Bapa kita lakukan adalah mendekati kita sebagai Immanuel, merangkul kita dalam kehangatan cinta dan mencium kita dalam kemesraan kasih kebapaan dalam kondisi kita yang sedang kotor, lusuh dan bau oleh dosa-dosa kita. Betapa mulia dan tulusnya hati Bapa kita yang di surga tetapi yang cinta-Nya selalu bersama kita, anak-anak kecintaan-Nya di dunia ini.
Salam Passio!