Kabut gelap Sengsara Yesus semakin mendekat. Injil untuk liturgi hari ini diambil dari Injil Yohanes yang menggambarkan suasa perjamuan Paskah Yesus bersama murid-murid-Nya.
Yesus “sangat sedih” karena Ia tahu bahwa Yudas, salah seorang murid yang dipilih-Nya, akan mengkhianati Dia, dan bahwa Petrus, salah seorang murid yang Ia panggil pertama kali, akan menyangkal-Nya dan bahkan bersumpah bahwa ia tidak mengenal Yesus.
Kekuatan jahat memiliki pegangan yang kuat, bahkan di antara mereka yang paling dekat dengan Yesus. Namun, pintu belas kasihan Allah tidak pernah tertutup bahkan untuk orang-orang yang sangat buruk, menyangkal atau mengkhianati-Nya.
Seperti kita belajar dari Injil Matius dan Kisah Para Rasul, Yudas begitu putus asa setelah ia menyadari betapa besar dosanya dan memilih untuk mengambil nyawanya sendiri daripada percaya pada rahmat dan belas kasih Allah.
Petrus di bawah desakan ketakutan yang besar memilih menyangkal Yesus, namun ketika ia ingat akan kata-kata Yesus kepadanya ia mulai menangis dan meneteskan air mata penyesalan. Berbeda dengan Yudas, Petrus memilih untuk tetap percaya akan belas kasihan Tuhan dan tetap bersatu bersama para murid. Kemudian dalam Injil Yohanes, sambil sarapan dengan Petrus dan para murid yang lain di tepi Laut Galilea setelah kebangkitan-Nya, Yesus menyembuhkan penolakan tiga kali yang dilakukan Petrus dengan deklarasi tiga kali lipat dari cinta Petrus kepada-Nya dan mengembalikan Petrus untuk perannya sebagai pemimpin para murid.
Pesan sederhana untuk kita pada hari ini adalah bahwa sampai kapanpun rahmat Allah tetap lebih kuat dari kematian dan kasih Allah lebih besar dari kelemahan kita
Salam Passion!