RENUNGAN HARI MINGGU BIASA KE-3

Author Fr. Mulyadi, CP | Kamis, 28 Januari 2021 13:47 | Dibaca : : 2155

Para saudara yang terkasih dalam Kristus Tersalib. Hari minggu ini kita memasuki hari minggu biasa yang ke-3. Bacaan Injil yang disuguhkan oleh gereja kepada kita untuk direnungkan hari ini diambil dari Injil Markus, 1:14-20.

Dalam Injil Markus, 1:14-20, merupakan sebuah cerita tentang panggilan murid-murid pertama yakni Simon yang juga disebut Petrus, Andreas saudara Simon, Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya. Ketika Simon dan teman-teman berada di danau Galilea untuk menjala ikan, Yesus memanggil mereka “Mari ikuti Aku”. Dengan tanpa bertanya-tanya mereka langsung mengikuti Yesus dan meninggalkan perahu serta jalanya. Dalam cerita panggilan murid-murid pertama tersebut hendak dikatakan bahwa Allah berinisiatif untuk memanggil mereka. Maka, setelah Allah berinisiatif, para murid dituntut agar menanggapi panggilan tersebut, yakni dengan mengikuti Yesus ke mana pun Ia pergi dan siap diutus untuk mewartakan injil ke seluruh dunia. Ada hal yang menarik alam kisah ini bahwa Yesus memilih orang-orang yang secara ekonomi tergolong dalam kelas menengah ke bawah. Simon Petrus dan Andreas, Yohanes dan Yakobus adalah orang-orang yang mata pencahariannya sebagai nelayan.

Saudara saudari yang terkasih dalam Kristus Tersalib, cerita tentang panggilan bukanlah hal yang baru dalam Kitab Suci. Dalam Injil Markus, Panggilan Simon Petrus dan teman-temannya merupakan panggilan pertama sebagai murid dengan nada cerita yang sangat indah, yakni ketika mereka berada di Danau Galilea. Di Danau Galilea, para murid melakukan rutinitas mereka setiap hari yakni sebagai penjala ikan. Ketika mendengar cerita panggilan murid-murid pertama, muncul pertanyaan di benak kita, mengapa Yesus memanggil para nelayan untuk menjadi murid-Nya? Mengapa Yesus tidak memanggil orang-orang terkemuka seperti para ahli taurat? Bukankah mereka lebih berpengaruh? Dengan demikian tugas Yesus lebih ringan untuk mewartakan injil kepada orang banyak. Maksud Yesus ini sangat berbeda dengan maksud yang ada di benak kita. Yesus mempunyai alasan yang sangat kuat mengenai mengapa Ia memilih para nelayan. Sebab para nelayan adalah orang yang pekerja keras, pemberani, pantang menyerah dan tanpa takut akan resiko yang dihadapi. Semangat para nelayan inilah yang diinginkan oleh Yesus, sebab ketika mereka berubah profesi dari penjala ikan menjadi penjala manusia, mereka akan berhadapan dengan berbagai rintangan yang lebih berat, mereka pula akan berhadapan dengan orang-orang yang anti Kristus. Para saudara saudari, cerita panggilan Petrus dan teman-temannya ini merupakan gambaran panggilan kita juga dewasa ini. Allah memanggil siapa saja yang dipilih-Nya tanpa memandang status atau latar belakangnya. Seperti halnya Yesus memanggil Simon dan teman-temannya, mereka adalah orang-orang sederhana. Panggilan Allah akan kita dewasa ini merupakan inisiatif dari Allah dan kita tidak dapat menolaknya. Kita dituntut untuk menanggapi panggilan Allah dan menjadikannya sebagai rahmat yang sungguh tak ternilai harganya, sebagai jalan pengharapan akan keselamatan kekal. Dasar pengharapan adalah Allah dan hanya Allah. Simon Petrus dan teman-temannya membuka diri akan panggilan Allah, menunjukkan kepercayaan bahwa Allah memiliki rencana yang tak terselami oleh mereka.

Para saudara yang terkasih dalam Kristus Tersalib, para murid dengan rela membuka diri akan panggilan Yesus untuk menjadi murid-Nya. Hendaklah kita meneladani mereka untuk dengan rela hati membuka diri akan panggilan Yesus. Kita merelakan Kristus bekerja dalam diri kita. Biarlah diri kita dijadikan alat bagi-Nya untuk mewartakan injil ke seluruh dunia. Tentu kita menyadari bahwa menjadi pengikut Kristus kita dihadapkan dengan tantangan dan rintangan yang menghimpit setiap perjalanan hidup.

Para saudara-saudari terkasih dalam Kristus, seperti yang telah kita refleksikan bahwa panggilan Kristus menyapa orang-orang sederhana. Timbul sebuah pertanyaan di benak para murid mengapa bukan orang-orang yang terdidik yang dipanggil oleh Tuhan? Mengapa bukan orang-orang kaya yang dipilih oleh Tuhan atau mengapa bukan orang-orang yang dari lahir memang ditakdirkan untuk hidup suci? Dan mengapa justru orang-orang yang dalam tingkat hidupnya rendah seperti nelayan? Jawabannya karena Tuhan membutuhkan orang yang masih kosong. Orang-orang kaya terlalu sibuk memikirkan kekayaan mereka, orang-orang terpelajar teralalu sibuk bergulat dengan pemikirannya sendiri hingga susah menerima sabda Tuhan, dan orang-orang suci terlalu keras pada pendiriannya mengenai kesuciannya sendiri daripada mendengarkan Tuhan. Ini juga menjadi gambaran orang-orang masa kini yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan dan lain-lain sehingga lupa akan Tuhan dan sesama. Demikian juga orang-orang yang dikatakan cerdik dan pandai, sibuk dengan aneka teori dan konsep-konsep, sehingga melupakan Tuhan. Mereka bahkan cenderung menjadikan ilmu pengetahuan sebagai tuhan mereka. Ilmu pengetahuan tidak lagi dijadikan sebagai sarana untuk mengenal Tuhan. Kita juga sering melihat para pemimpin agama-agama yang hanya fokus pada teori-teori dan konsep-konsep keagamaan yang menggunakan nama Allah sebagai sarana untuk mencari uang dan nama besar sehingga menimbulkan fanatisme dalam umatnya. Kesucian tidak lagi fokus pada Allah namun pada agama yang mereka anut bahkan lebih parahnya kesucian mereka didasarkan pada kebesaran nama mereka.  Pemilihan Yesus terhadap para murid-Nya yang terdiri dari orang-orang sederhana juga mengibaratkan bahwa Tuhan ingin manusia memuliakan nama Allah dengan tindakan-tindakan yang sederhana pula. Dengan mengasihi sesama kita, melakukan pekerjaan sesuai porsi dan profesi kita serta tetap berdoa dengan kepercayaan kita. Dengan menerapkan hidup seperti itu dalam keseharian kita maka kita sudah menyatakan kemuliaan nama Allah. Tidak perlu kita menjadi besar, tidak perlu menunggu membuat sesuatu yang hebat tetaplah menjadi diri sendiri maka kita sudah menjadi murid Allah yang terpanggil. Akhirnya inti panggilan Allah bagi kita adalah bagaimana kita menerapkan kasih ke dalam kehidupan keseharian kita, dalam belajar kita, pekerjaan kita, berkeluarga, dan hidup bermasyarakat.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, kita semua telah dipanggil oleh Kristus untuk menjadi murid-murid-Nya dan untuk menjadi murid yang baik. Maka, sudah sepatutnya kita mendengar serta melakukan semua apa yang diajarkan oleh Guru kita. Yesus menekankan bahwa cinta kasih adalah hukum yang pertama dan yang utama. Panggilan Yesus dengan demikian mengundang kita untuk menebarkan kasih. Semoga kita bisa memberikan pancaran kasih ilahi kepada sesama. Amin.

 

Salam Passio!

 

“SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA”

 

Video: https://www.youtube.com/watch?v=939AaZBKxOk

Leave a comment