1. Sebuah Jalan Masuk
Siklus kehidupan manusia di dunia ibarat roda yang berputar tanpa henti. Dalam perputaran itu, berbagai fenomena melanda dan merasuk dalam kemelut dan gemelut kehidupan manusia. Salah satu fenomena yang paling nyata saat ini ialah penderitaan. Penderitaan barangkali menjadi salah satu trending topic yang menyita perhatian dan ke-hati-an dari semua umat manusia. Zaman sekarang, penderitaan mendarah daging dalam kehidupan setiap manusia. Pembunuhan, kekerasan, pengungsian, peperangan dan penolakan merupakan ‘bumbu’ yang terkandung dalam penderitaan manusia. Dari persoalan ini, muncul pertanyaan yang mengganggu dan menggugah siapapun untuk mendefinisikan penderitaan. Sering kali pertanyaan tentang penderitaan menyeret Allah untuk terlibat di dalamnya. Apa itu penderitaan? Mengapa ada penderitaan? Seandainya Allah ada, mengapa ada penderitaan? Semua pertanyaan ini perlu dijawab agar penderitaan dapat dimaknai sebagai suatu rahmat.
2. Makna Penderitaan
Penderitaan ialah realitas dalam hidup manusia. Tidak ada yang mampu menghindarinya, karena kita hidup dan beraktivitas dalam dunia. Pengalaman mengenai penderitaan merupakan pengalaman manusiawi. Semua orang mengalami penderitaan. Di sini yang dimaksudkan dengan penderitaan ialah semua hal yang mengganggu manusia, baik jasmani maupun rohani. Penderitaan yang dialami oleh manusia bermacam-macam. Bagi orang Kristiani, penderitaan merupakan rahmat dan anugerah. Konsep ini didasarkan pada penderitaan Yesus Kristus yang menebus dan menyelamatkan manusia. Namun, ada juga yang menilai penderitaan sebagai kutukan dan hukuman. Penilaian seperti ini muncul dari mereka yang tidak mampu menanggung beban hidup dan penderitaan dalam peziarahan hidup mereka sehari-hari.
Kedosaan dan kejatuhan manusia dalam dosa ialah suatu peristiwa kelam dalam sejarah hidup manusia. Allah mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus untuk menebus dan menyelamatkan manusia dari lembah dosa ini. Konsekuensinya sangat mengerikan. Yesus harus menderita sengsara dan wafat di salib. Santo Paulus dari Salib mengungkapkan bahwa Sengsara Yesus merupakan karya kasih Allah yang paling agung dan mulia (Bialas, 1987:12). Kepercayaan Paulus dari Salib akan cinta Allah tersebut tidak goyah karena ia sendiri mengalami salib dan penderitaan. Penderitaan yang ditanggung manusia membuka jalan pada kemungkinan partisipasi pada penderitaan atau sengsara Yesus. Partisipasi pada penderitaan Yesus merupakan suatu suatu jalan terbaik bagi Allah untuk mencapai persatuan yang intim dengan manusia.
3. Sebuah Refleksi tentang Penderitaan
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain. Ia dianugerahi akal dan budi, pikiran, perasaan dan berkehendak bebas. Namun, dalam perjalanan hidupnya, setelah ia diciptakan, manusia sering kali mengingkari dan bertindak yang tidak sesuai dengan kehendak Penciptanya. Manusia sering mencari kebahagiaan bukan dalam nama Tuhan. Manusia mencari dan selalu mencari sesuatu yang hanya memuaskan jasmani dan bukan rohani. Manusia mencari sesuatu yang bersifat sementara, bukan kekal. Inilah masalah-masalah yang terjadi zaman ini. Kita dapat melihat dan mendengar semuanya dari realitas-realitas yang terjadi di sekitar lingkungan hidup kita. Setiap hari pembunuhan, perampokan, pencurian, pemerkosaan dan tindakan-tindakan kriminal lainnya menjamur dengan sangat subur dan cepat.
Bagi orang kristiani, mencari kebahagiaan bukanlah seperti itu. Umat Kristiani harus menyadari bahwa yang dicari adalah keselamatan kekal. Salah satu jalan untuk mencapainya adalah melalui renungan sengsara dan penderitaan Yesus. Sengsara yang disebabkan dosa-dosa umat manusia. Sengsara Yesus merupakan jalan bagi kita untuk dapat menuju gerbang surgawi dan bersatu dengan Allah. Dalam hal ini, kita ikut merasakan penderitaan Yesus, sebab penderitaan bukanlah tujuan tapi jalan, suatu sarana untuk mencapai persatuan dengan Allah. Salah satu tokoh yang sangat menghormati sengsara Yesus adalah St. Paulus dari Salib. Pengorbanan dan devosinya kepada Sang Tersalib begitu besar. Menurut dia, sengsara Yesus adalah karya kasih Allah yang paling agung dan mulia, tidak tebatas dan sangat menakjubkan. Penderitaan-penderitaan Yesus adalah mukjizat dari segala mukjizat cinta kasih Allah. Sengsara Yesus adalah lautan penderitaan sekaligus lautan cinta kasih. Juga sarana yang sangat berguna untuk menobatkan para pendosa dan balsam yang memaniskan segala penderitaan. Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan maha indah lainnya yang ia tulis dalam surat-suratnya. St. Paulus dari Salib menjadikan sengsara Yesus untuk mencapai kesempurnaan ilahi dan bersatu dengan Allah. Menurut dia, cara untuk memperoleh kebaktian akan sengsara Yesus adalah merenungkan, mengingat dan mewartakannya.
Penderitaan Yesus di taman Getsemani sampai di atas kayu salib secara fisik memang sungguh mengerikan. Tetapi itu belum segalanya, sebab penderitaan-Nya secara batin tak terlukiskan pula. Hati-Nya menderita, terluka parah, karena kepercayaan-Nya yang total dikhianati, kerinduan-Nya akan sahabat, pengenalan-Nya dijawab dengan penyangkalan, penyerahan-Nya disambut dengan siksa, cinta-Nya yang begitu besar dihinakan, berkat-Nya dianggap kutuk, dan lain sebagainya. Karena hati-Nya itulah maka nilai penderitaan Yesus menjadi luar biasa tanpa batas. Pengaruh-Nya menjangkau kebelakang, sampai kepada Adam dan Hawa dan menjangkau kedepan sampai pada kita semua, hingga ke keabadian (Martomo, 1998:49). Satu-satunya alasan mengapa Ia menderita adalah karena cinta kasih kepada umat-Nya, meskipun umat-Nya adalah pendosa. Dia menanggung godaan berat di Getsemani dengan keringat dan darah.
Yesus memanggul salib-Nya secara bebas karena cinta. Dia mengubah salib dari tanda penghinaan menjadi tanda pembebasan (Boff, 1992:32). Sengsara Yesus merupakan perwujutan nyata cinta Bapa. Hal ini dirumuskan secara rinci dalam 1 Yohanes 4:9,” Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia, supaya kita hidup oleh-Nya”. Dari sebab inilah kita harus sadar bahwa kita harus memikul salib untuk membuktikan cinta kasih kita kepada Allah. Salib yang kita pikul tentu bermacam-macam. Penghinaan adalah sebuah salib, penyerahan diri juga adalah salib. Melarikan diri dari salib membuat orang lupa bahwa salib adalah Karya Kasih Allah yang sangat luar biasa. Memikul salib adaah kesempatan bagi kita untuk membuktikan kepada Yesus bahwa kita mencintai-Nya.
Sebagai umat kristiani, menjadi murid Yesus harus sadar bahwa mengikuti Yesus berarti menjadi senasib dengan-Nya, artinya menderita di dunia ini. Penderitaan itu akan menjadi bermakna bila diterima dengan sikap yang tepat (Leks, 1993:45). Sengsara Yesus menarik para tokoh kudus untuk mengikuti dan merasakan penderitaan-Nya. St. Gabriel dari Bunda Duka Cita, St. Karel Houben, dan 26 martir Pasionis yang rela mati demi imannya kepada Sang Tersalib. Kendati mengalami banyak tantangan, mereka tetap setia kepada-Nya. Bagi mereka, sengsara Yesus adalah jalan bebas hambatan yang menghantar mereka kepada kesatuan cinta kasih bersama Allah.
4. Suatu Simpulan
Penderitaan merupakan suatu hal yang tidak diinginkan oleh semua orang, karena membuat kehidupan menjadi tidak tenang dan penuh dengan duka cita. Namun bagaimana pun juga penderitaan tidak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup manusia. Bagaikan mobil dan besin, penderitaan dan hidup manuisa selalu berjalan bersama. Jika tanpa penderitaan, kehidupan manusia mungkin kelihatan monoton, tidak berwarna. Tuhan memberikan penderitaan kepada manusia supaya manusia membuat dan mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Tanpa penderitaan, hidup kita terasa kering dan tidak bermakna. Sebagai contoh, apakah kita dapat berkumpul bersama jika Yesus tidak menderita dan wafat di salib? Itulah salah satu makna penderitaan bagi kita.
Dengan sengsara Yesus, jiwa kita mendapat jaminan keselamatan. Kita menemukan ritme dan irama kehidupan dalam kebersamaan. Kita dapat hidup berdampingan dengan sesama yang berasal dari berbagai kebiasaan dan kebudayaan dalam satu komunitas. Meskipun terdapat berbagai perbedaan, namun sengsara Yesus membuat semua perbedaan tersebut menjadi sangat indah. Laksana pelangi di langit dan bunga-bunga di taman. Kita harus menerima penderitaan dengan penuh kesabaran. Penderitaan yang dialami Yesus mengajarkan kepada kita agar memandang penderitaan sebagai salah satu jalan keselamatan menuju Bapa. Penderitaan memang menyakitkan. Namun, penderitaan akan menjadi kebahagiaan, jika dihadapi dengan tabah. Tuhan Yesus memberikan teladan kepada kita melalui sengsara-Nya agar kita melihat penderitaan dari kacamata iman, sebab sengsara Yesus adalah jalan tol menuju gerbang surgawi.
5. Tali Pengikat
Pemazmur mengatakan bahwa manusia betapapun hebatnya akan mati, tiada ubahnya dengan hewan yang jatuh binasa. Namun yang penting buat kita adalah tidak mati sia-sia. Kita harus mati untuk memulai suatu kehidupan yang baru bersama Allah. Untuk mencapai semuanya itu, kita harus berani untuk merenungkan dan mewartakan sengsara Yesus kepada seluruh umat manusia. Sengsara Yesus adalah jalan tol yang menghantar kita kepada Allah.