Kita Masih Bernilai
Injil hari ini mengisahkan kepada kita bahwa Yesus sedang mengajar di Bait Suci ketika orang-orang Farisi datang kepada-Nya, membawa seorang wanita yang telah ditangkap karena perzinahan. Mereka menempatkan wanita itu tepat di tengah-tengah kerumunan umat. Bayangkan bagaimana perasaan wanita itu. Apa emosi yang akan kita alami jika seseorang membawa kita ke tengah-tengah kerumunan orang dan kemudian mereka memberitahu semua orang tentang semua kesalahan yang telah kita lakukan? Saya berasumsi sebagian besar dari kita akan terhina, marah, dan takut.
Sukacita Setelah Penantian Panjang
Perumpamaan tentang anak yang hilang mengungkapkan bahwa Tuhan adalah Bapa yang penuh kasih. Tuhan adalah Bapa yang percaya pada penyucian bukan pengecualian; yang memahami yang hilang, yang terakhir dan yang tidak berdaya; yang sangat tergila-gila pada orang-orang yang tidak sempurna, sehingga Dia terus berusaha untuk merangkul mereka ke dalam pelukan cinta-Nya. Karena itu, tokoh utama atau pahlawan dalam kisah ini bukan anak laki-laki yang hilang atau kakaknya, tetapi ayah yang tidak pernah berhenti mencintai anak-anaknya.
Tuhan, Kasihanilah Aku
Injil Lukas 18:9-14 menyampaikan kepada kita bahwa Yesus menyampaikan perumpamaan "kepada mereka yang yakin akan kebenaran mereka sendiri atau yang menganggap dirinya benar" dan juga “yang memandang rendah semua orang lain”. Yesus memulai perumpamaan dengan kata-kata: “Ada dua orang pergi ke Bait Suci untuk berdoa; yang satu orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. ”
Belajar Dari Kedua Penjahat Yang Disalibkan Bersama Yesus
Kehidupan Yesus membawa misi cinta kasih dan kematian-Nya mengungkapkan kedalaman dari hal itu. Penyaliban Yesus di atas kayu salib di Kalvari adalah pelajaran berharga dalam hidup. Yesus sering mengajar dengan menggunakan metafora. Kehidupan dan kematian Yesus adalah sebuah metafora bagi kita dalam menjalani hidup.