Renungan hari raya penampakan Tuhan (Epifani) 8 januari 2017

Author | Sabtu, 07 Januari 2017 13:47 | Dibaca : : 5361
Epifani Epifani Foto : hrexach.wordpress.com

(Bacaan I Yesaya 60:1-6, Bacaan II Efesus 3:2-3a.5-6, Injil Matius 2:1-1)

Orang-orang bijak yang datang ke Bethlehem adalah para astrologis - pemuja alam, namun mereka mampu menemukan Yesus dengan mengikuti tradisi mereka. Mereka mengikuti bintang!

Hal ini menarik karena beberapa orang dalam tradisi Kristen tidak pernah benar-benar menemukan Yesus. Bagi mereka Yesus bukanlah Dia yang adalah sahabat dari orang-orang berdosa dan orang-orang yang disingkirkan, penuh pengampunan dan belaskasihan, yang menyambut semua orang. Mereka tidak menemukan Yesus yang berbicara tentang Kerajaan Allah seperti sebuah pesta yang mencakup semua orang, sahabat dan juga orang asing. Ini adalah gambaran yang sering digunakan Yesus - hidup adalah seperti sebuah pesta besar di mana setiap orang diundang untuk bergabung.

Dalam Kisah Para Rasul, St Petrus mengatakan, "Aku datang untuk memperlihatkan bahwa Allah tidak pilih kasih; setiap orang dari segala bangsa yang mencari Allah dan melakukan apa yang benar, diterima dan disambut oleh Allah." Ini adalah sebuah pewartaan yang indah dari Petrus. Dia menyadari bahwa setiap orang adalah sepesial bagi Allah, bukan hanya orang-orang dari tradisi Yahudi.

Beberapa tahun lalu seorang ilmuwan bernama Loren Eiseley bercerita tentang sesuatu yang mengubah hidupnya. Suatu malam ia tidak bisa tidur. Ia bangun pagi-pagi dan pergi berjalan-jalan di sepanjang pantai. Ketika ia mengarahkan pandangan ke pantai yang indah, ia melihat di kejauhan, seorang pria muda melemparkan sesuatu ke dalam laut.

Ia mendekat dan berseru, "Selamat pagi! Apa yang Anda lakukan?" Pria muda itu mendongak dan menjawab, "Saya melemparkan bintang laut kembali ke laut karena air pasang akan segera surut. Jika saya tidak melemparkan mereka ke laut mereka akan mati.’ Loren berkata: "Tetapi pantai ini sangat panjang dan ada ribuan bintang laut sepanjang pantai ini. Anda tidak akan dapat membuat perbedaan!"
Pria muda itu mendengarkan dengan tenang. Kemudian membungkuk, memungut bintang laut lain dan melemparkannya ke laut, melewati pecahan gelombang, dan kemudian dia berkata "Aku sudah membuat perbedaan untuk yang satu!"

Ilmuwan itu sangat terkejut dengan jawaban yang indah itu. Ia menyadari bahwa ia hanya telah menjadi seorang pengamat kehidupan, sementara pelempar bintang laut itu adalah pelaku kehidupan dan setiap waktu membuat perbedaan. Dia juga menyadari akan apa yang agama Kristen ajarkan - setiap orang adalah penting dan berharga di hadapan Allah.
Pria muda pelempar bintang itu telah menciptakan sebuah Epifani (pencerahan) – tanda kehadiran Tuhan.

Epifani adalah bukan tentang sesuatu yang kita pikirkan; tetapi sebuah pengalaman yang membangunkan kita atau mengubah kita. Hari raya Epifani menyampaikan kepada kita bahwa sejak awal Yesus adalah tentang pengalaman pribadi seseorang, bukan tentang pikiran, bukti-bukti, perdebatan atau kesepakatan seseorang. Perayaan Epifani mengandung pesan bahwa siapa pun dari Timur atau Barat, Utara atau Selatan dapat menemukan Yesus dan mengenal cinta-Nya.

Pada perayaan Natal kita merayakan pewartaan para malaikat ... 'Damai di Bumi dan kepada semua orang yang berkehendak baik'. Pada hari raya Epifani ini kita merayakan betapa berharga dan bermartabatnya setiap orang, dari mana pun mereka berasal, apa pun kelebihan atau kekurangannya.

Jika kita ingin, kita bisa menjadi seperti pelempar bintang, dengan menyambut dan menerima orang lain. Dengan melihat setiap orang sebagai spesial dan memperlakukan mereka secara spesial, kita bisa membuat perbedaan. Kita tidak pernah tahu bagaimana orang-orang datang untuk menemukan atau mengenal Yesus, tetapi jika astrolog bisa menemukannya dengan mengikuti sebuah bintang, semuanya adalah mungkin. Marilah kita menjadi bintang bagi orang lain sehingga mereka dapat menemukan Yesus melalui kita. Marilah kita juga menjadi pelempar bintang, melakukan apa yang kita bisa untuk membuat perbedaan.

 

 

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment