Kita dihadirkan dengan sebuah pesta dan kisah yang begitu kontras!
Kemarin, kita merayakan kelahiran Juruselamat dunia yang melahirkan sukacita dalam hati. Hari ini kita menghormati martir Kristen pertama, St. Stefanus. Kemarin, dunia terpaku pada bayi yang rendah hati dan berharga yang terbaring di palungan. Hari ini, kita berdiri sebagai saksi darah yang ditumpahkan oleh Santo Stefanus karena mengakui imannya kepada anak kecil ini.
Dalam arti tertentu, perayaan hari ini menambahkan beberapa drama pada perayaan Natal kita. Ini adalah drama yang seharusnya tidak pernah terjadi, tetapi ini adalah drama yang diizinkan Tuhan karena St. Stefanus memberikan kesaksian iman terbesar kepada Raja yang baru lahir itu.
Mungkin ada banyak alasan untuk memasukkan pesta Martir Kristen pertama dalam kalender Gereja pada hari kedua Oktaf Natal. Salah satu alasannya adalah untuk segera mengingatkan kita akan konsekuensi memberi hidup kita kepada Dia yang dilahirkan sebagai bayi di Betlehem. Apa konsekuensinya? Kita harus memberikan segalanya kepada Dia, tidak menahan apapun, bahkan jika itu berarti penganiayaan dan kematian.
Pada awalnya, pesta ini terlihat seperti menanggalkan sukacita Natal. Pesta ini seperti meredam kegembiraan kita sepanjang masa Natal. Tetapi dengan mata iman, pesta Martir St. Stefanus justru menambah kemegahan dan kemuliaan dari perayaan natal. Hal ini mengingatkan kita bahwa kelahiran Kristus membutuhkan segala sesuatu dari kita. Kita harus siap dan rela menyerahkan hidup kita kepada-Nya sepenuhnya dan tanpa tersisa. Kelahiran Juruselamat dunia berarti kita harus memprioritaskan kembali hidup kita dan berkomitmen untuk memilih Dia di atas segalanya, bahkan di atas kehidupan kita sendiri. Artinya kita harus siap dan mau mengorbankan segalanya bagi Yesus, hidup tanpa pamrih dan setia kepada kehendak-Nya yang tersuci. "Yesus adalah alasan untuk masa ini," kita sering mendengarnya. Itu benar. Dia adalah alasan hidup dan alasan untuk memberikan hidup kita tanpa tersisa sedikitpun.
Renungkan, hari ini, permintaan yang ditujukan kepada kita oleh kelahiran Juruselamat dunia. Dari pandangan duniawi, "permintaan" ini bisa terlihat sangat luar biasa dan berat. Tetapi dari sudut pandang iman, kita menyadari bahwa kelahiran-Nya adalah sebuah kesempatan bagi kita untuk memasuki kehidupan baru. Kita dipanggil untuk masuk ke dalam kehidupan kasih karunia dan pemberian diri yang baru.
Marilah kita merangkul perayaan Natal ini dengan melihat cara kita dipanggil untuk memberi diri kita secara lebih utuh kepada Tuhan. Jangan takut untuk memberikan segalanya kepada Tuhan dan sesama. Ini adalah pengorbanan yang layak diberikan dan dimungkinkan oleh bayi yang baru lahir untuk kita itu. Ia akan menuntun langkah kita dalam usaha insani kita untuk mengikuti kehendak-Nya dan bekerja bersama-Nya dalam mewujudkan dunia penuh cinta.
DOA
Tuhan, saat aku menikmati masa-masa perayaan mulia kelahiran-Mu, bantu aku untuk mengerti maksud kedatangan-Mu di antara kami dalam hidupku. Bantu aku untuk secara jelas melihat undangan-Mu untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak mulia-Mu. Semoga kelahiran-Mu menanamkan dalam diriku sebuah kesediaan untuk dilahirkan kembali ke dalam pemberian diri tanpa pamrih kepada tuntunan-Mu. Biarkan aku belajar meniru cinta yang dimiliki St. Stefanus kepada-Mu dan untuk menjalani cinta dalam hidupku. St Stefanus, doakanlah aku. Amin
Salam Passion.