Salam passion dan salam persaudaraan buat sahabat-sahabatku, para pencinta Kristus Tersalib!
Hari ini saya ingin membagikan tiga refleksi singkat saya tentang damai, cinta dan kebahagiaan yang terinspirasi dari Tulisan-Tulisan Jean Vanier. Semoga dapat menginspirasi kita untuk melihat kehidupan dengan cara pandang baru, teristimewa ketika salib terasa begitu berat untuk dipikul. Selamat menikmati!
"DAMAI"
Begitu banyak penderitaan di dunia kita saat ini akibat perang dan penindasan.
Begitu banyak uang yang dihabiskan untuk mebuat senjata.
Begitu banyak anak muda yang putus asa karena ancaman bahaya perang nuklir.
Hari ini dalam keadaan yang demikian, dunia kita membutuhkan komunitas damai; masyarakat yang menjadi tanda perdamaian di tengah pertikaian, perselisihan, perang dan konflik kepentingan.
Tidak banyak berguna kita berdoa bagi perdamaian di Timur Tengah, misalnya, jika kita tidak menciptakan damai di komunitas kita sendiri; jika kita tidak mengampuni saudara-saudara kita yang telah menyakiti kita; jika kita memilih untuk menghindari mereka yang kita anggap sulit untuk hidup berdampingan dengan kita.
Orang-orang muda dan orang-orang yang lebih tua, sama-sama dipanggil untuk menciptakan, membawa dan membagikan damai.
Untuk tujuan ini kita harus terus berjuang agar hati dan pikiran kita senantiasa terpelihara.
(Jean Vanier, Community and Growth, p. 177)
"Cinta"
Mencintai sesama tidak hanya berarti melakukan segala sesuatu untuk mereka; mencintai jauh lebih dalam dari itu.
Mencintai sesama berarti menunjukkan kepada mereka keunikan, nilai-nilai dan kepentingan-kepentingan mereka.
Mencintai sesama berarti menerima mereka, memahami tangisan dan bahasa tubuh mereka.
Mencintai sesama berarti bersukacita di hadapan mereka, menghabiskan waktu bersama mereka dan selalu menjaga komunikasi dengan mereka.
Mencintai sesama berarti menghidupi relasi dari hati ke hati dengan yang lain, memberi dan menerima satu sama lain.
(-Jean Vanier, Seeing Beyond Depression, p 19)
"Kebahagiaan"
Untuk bahagia kita semua harus sabar.
Kebanyakan dari kita ingin agar hal itu terjadi hari ini, saat ini, sekarang!
Kita menginginkan kebahagiaan, sukacita dan kepenuhan hidup. Itu adalah normal.
Tetapi kita harus belajar untuk menghormati irama dari keberadaan kita.
Lihatlah tanaman dan hewan, lihatlah sayuran dan pohon buah-buahan. Dibutuhkan waktu untuk tumbuh dan berbuah. Ada musim panas panen raya, musim gugur dengan hujan dan daun-daun yang jatuh, musim dingin di mana kehidupan tampaknya telah berhenti dan musim semi ketika hidup terlahir kembali.
Hal ini sama dengan kehidupan manusia. Kita adalah seperti pohon buah-buahan.
Kita telah ditanam di bumi ibu kita dan kita telah tumbuh. Kita dilahirkan dan dikembangkan di bumi keluarga dan lingkungan kita dengan segala suka dan duka, manis dan pahit, tawa dan tangis.
Selama hidup ini, kita seperti berada dalam siklus alam: musim yang satu mengganti musim yang lain.
Kebahagiaan dapat kita ditemukan di tengah irama pergerakan musim-musim itu.
(-Jean Vanier, Seeing Beyond Depression, p 41)