Rasul Paulus menyadari pentingnya membawa Kristus Tersalib dalam hidupnya. Ia juga dengan kesaksian ini mengajak kita untuk melakukan hal yang sama. Kenangan akan Sengsara Yesus harus terus bertumbuh di dalam diri kita. Hal ini membantu kita untuk bertumbuh dalam kedewasaan. Semakin kita menenggelamkan diri dalam Sengsara Yesus, semakin kenangan itu menjadi hidup di dalam diri kita. Kenangan itu mengubah kita menjadi saksi dari Sang Tersalib, yang dari hari ke hari membuat kita terus bertumbuh dalam iman. Ini menjadi sebuah benih dalam hidup kita. Hidup kita bertumbuh. Hidup kita berbuah. Hidup kita berubah.
St. Paulus dari Salib banyak menulis surat kepada para religiusnya dan mengingatkan mereka bahwa banyak orang telah melupakan Sengsara Yesus dan Allah sangat sedih karena hal ini. Dia meminta mereka untuk meningkatkan dedikasi mereka dalam mewartakan kenangan penuh syukur akan Sengsara Yesus. Ia meyakinkan mereka bahwa setiap orang yang merenungkan Sengsara Yesus akan menerima banyak berkat, terutama berkat persatuan dengan Allah yang mengarah kepada kesucian. Ia mengekspresikan kenangan akan Sengsara Yesus itu dalam bahasa Latin "memoria passionis", yang berarti bermeditasi atau merenungkan Sengsara Yesus ‘karya terbesar cinta kasih Allah’ dan ‘obat mujarab untuk menyembuhkan jiwa-jiwa yang terluka’.
Setiap orang yang memelihara, merenungkan, menghayati dan mewartakan dengan kata dan perbuatan kenangan akan Penderitaan Yesus tidak akan binasa, seperti Injil Yohanes katakan: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini , sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia"(Yohanes 3,16-17). Itu berarti dalam kasih-Nya, Allah berkorban untuk menyelamatkan kita sehingga kita tidak binasa, tidak mengalami kehancuran, tidak kalah, tidak rusak dan menjadi berguna.
Kenangan akan Sengsara Yesus membutuhkan penerimaan dari kita bahwa Allah mengasihi kita dengan mengaruniakan anak-Nya yang tunggal untuk menempuh jalan salib. Kita harus memelihara kenangan itu supaya tetap hidup di hati kita dengan cara bermeditasi atau merenungkannya. Meditasi sengsara Yesus memberikan kesejukan di hati, menyegarkan jiwa dan menumbuhkan harapan dalam kesulitan bahwa kita tidak sendirian, bahwa Allah beserta kita, bahwa Allah mengasihi kita dan bahwa Allah, dalam diri Yesus rela bersama kita memikul salib hidup kita. Inilah jaminan yang memberi kita kekuatan untuk tahan dalam pencobaan dan sabar dalam penderitaan. Inilah kepastian yang mengungkapkan bahwa ALLAH MENGASIHI KITA DAN KITA TIDAK SENDIRIAN DI JALAN SALIB HIDUP KITA.
‘
SEMOGA SENGSARA YESUS KRISTUS SELALU HIDUP DI HATI KITA’