(Bagian Keempat dari 17 renungan singkat atas teks Lukas 15:11-32)
Sang ayah telah menanti selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, untuk kembalinya anak laki-lakinya yang hilang. Suatu hari, setelah penantian yang panjang itu dia melihat anaknya. Bagaimana perasaan ayah itu? Tentu hatinya berdegup kencang. Emosi apa yang dia rasakan? Marah? Lega? Jawabannya adalah belas kasihan. Ayah ini merasakan rasa kasihan pada anak laki-lakinya itu. Hatinya tergerak oleh belaskasihan. Rasa kasihan yang timbul bukan saja karena anaknya yang telah hilang kembali ke rumah, melainkan karena melihat anaknya begitu kotor, compang-camping, berjalan lunglai dan tak bergairah.
Ayah itu menyadari bahwa anaknya sangat menderita karena telah pergi begitu jauh dari hadapannya dan dalam waktu yang lama. Saat itu ia mendapati dirinya menderita bersama anak laki-lakinya yang malang itu. Ini, sekali lagi, adalah gambaran Bapa kita di Surga. Di dalam Yesus Allah adalah Immanuel. Dia adalah Allah bersama kita. Dia merasakan apa yang kita rasakan. Dia adalah seorang ayah yang simpatik bukan ayah yang apatis. Kita bersyukur karena Allah kita kaya akan cinta, – cinta yang tak berujung kepada kita.
DOA
Ya Bapa, aku berterimakasih kepada-Mu karena Engkau senantiasa merasakan apa yang aku rasakan dan Engkau selalu membuka hati-Mu dengan penuh belaskasihan untuk menyambutku kembali ke dalam pelukan-Mu. Amin.
Salam Passion.