Kemuliaan Allah Adalah Hidup Manusia Seutuhnya

Author | Jumat, 06 Januari 2017 12:17 | Dibaca : : 4697
Semakin kita hidup, semakin cinta menjadi penuh dan semakin kita dapat mencerminkan wajah Allah yang penuh kasih Semakin kita hidup, semakin cinta menjadi penuh dan semakin kita dapat mencerminkan wajah Allah yang penuh kasih

Tulisan ini adalah terjemahan dari tulisan berjudul “The glory of God is the human fully alive” oleh P. Brian Traynor CP – Direktur Student dan Postulan Pasionis Australia- yang dikirim kepada saya melalui email

Dewasa ini ada banyak ilmuwan merefleksikan alasan mengapa ada begitu banyak keindahan, warna dan keberagaman di alam semesta ini. Berkat kamera modern dan kemajuan teknologi kita telah bisa melihat gambar yang indah yang tidak pernah terlihat sebelumnya; keindahan burung-burung dan makhluk-makhluk laut, binatang-binatang, bunga-bunga, fauna dan berbagai rupa pemandangan. Namun demikian, masih begitu banyak keindahan yang paling menakjubkan yang sampai saat ini belum terlihat oleh mata manusia, seperti yang berada jauh di luar angkasa, di dasar lautan dan termasuk di dunia mikroskopis dari sel dan bakteri.

Ada banyak hal yang kita belum lihat. Tentu saja tujuan dari semua kreativitas ini tidak saja supaya hal-hal itu bisa dilihat oleh manusia. Kita hanya diam di planet ini untuk waktu yang singkat dibandingkan dengan beberapa spesies lain yang telah hidup di bumi dengan jutaan, bahkan miliaran tahun. Tampilan keindahan ini adalah tampilan keindahan dari hidup yang sungguh-sungguh hidup.

Beberapa ilmuwan religius menyimpulkan bahwa Allah memiliki rencana dengan menampilkan keindahan dari setiap individu. Tidak ada yang sama. Setiap spesies unik dan setiap anggota dari setiap spesies unik. Para ilmuwan ini menemukan bahwa hal ini terjadi sebagai akibat dari cinta.

Sebagai anggota dari spesies manusia, kita memiliki anugerah yang unik. Yang paling unik adalah kemampuan diri untuk berefleksi. Manusia sadar akan dirinya. Kita menyadari keajaiban alam semesta, kita bisa tersentak kagum dan mengekspresikan penghargaan. Kita dapat menerima dan memberikan cinta.

Dari gambaran kecil keilahian kita ini, kita tahu bahwa cinta adalah dorongan; dorongan yang kuat. Perasaan kita untuk memelihara atau merayakan cinta tidak memiliki batas ketika masuk dalam sensasi tarikan cinta. Kita bersedia untuk memberikan cinta kita kepada orang lain. Kita bisa memberikan diri kita bahkan mengorbankan diri kita sendiri untuk menunjukkan cinta kita. Cinta…cinta!

Ketika manusia sepenuhnya hidup, ia 'mencintai': masuk dalam tarikan yang mendalam dan keinginan untuk berbelaskasih, memaafkan, membebaskan diri, menegaskan dan menawarkan kasih sayang, terobsesi akan kebaikan untuk bertindak dan memberikan diri.

Pada tahun 1996, seorang pria masuk ke sebuah restoran di Port Arthur di Tasmania, Australia dan menembaki orang secara acak. Dia membunuh 35 orang dan melukai 23 lainnya. Selama penembakan itu, seorang pria melihat pria bersenjata itu mengarahkan senjatanya pada istrinya yang tergeletak di lantai. Seketika pria itu melompat dan menutupi tubuh isterinya dengan tubuhnya. Dia mati tertembak di bagian kepalanya sedangkan isterinya selamat.

Ini adalah ungkapan cinta tertinggi yang terpusat pada orang lain, tidak pada diri sendiri. Cinta yang demikian memberikan kehidupan pada orang lain.

Saat ini, dalam kehidupan kita, kita dipanggil untuk memuliakan Allah dan untuk memperlihatkan Allah dalam diri kita kepada sesama.

Pada jaman ini di mana begitu banyak dari kita sibuk dengan pekerjaan, ada kemungkinan kita mengidentifikasi nilai kita dengan prestasi kita. Namun nilai sesungguhnya dari diri kita adalah bahwa kita mencerminkan kemuliaan Allah - dengan menjadi siapa kita.

Hal ini tidak berarti kita hanya berbaring dan menarik diri dari kehidupan dan dengan cara itu memperlihatkan wajah Allah. Sebaliknya, hal ini bermaksud agar kita terlibat dalam kehidupan, menggunakan karunia dan bakat kita, terutama kemampuan kita untuk mencintai sesama dan menghadirkan wajah Allah yang penuh cinta kepada sesama.

Moral Kristen menghargai martabat individu dan martabat ini berasal dari cara unik kita menghadirkan Tuhan. Tidak ada seorangpun dapat menghadirkan Tuhan dengan cara yang kita lakukan. Semakin kita hidup, semakin cinta menjadi penuh dan semakin kita dapat mencerminkan wajah Allah yang penuh kasih.

Kemuliaan Allah yang sejati terungkap ketika kita sepenuhnya hidup. Mengapa kita ingin puas dengan sesuatu yang kurang?

 

Brian Traynor CP

 

 

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment