Semilir angin malam nan mesra memanjakannya, membuat ia betah untuk berlama-lama duduk di depan jendela kamarnya. Alunan musik yang nan merdu menambah suasana malam, membuat ia semakin tenggelam dalam kenikmatan. Fr. Aldi tampak gagah dengan kupluk kesayangannya duduk menikmati indahnya malam. Saat itu ratusan, jutaan dan mungkin miliaran bintang bertaburan di angkasa menambah keindahan malam. Mereka seakan berlomba-lomba untuk memperlihatkan keindahan cahaya yang dimilikinya kepada Fr. Aldi. Sembari tersenyum Fr. Aldi menatap ke arah mereka. Ia berguman dalam hatinya“ Betapa indahnya bintang-bintang di sana. Keindahan cahaya yang mereka miliki memikat hati siapa saja yang melihatnya”. Menakjubkan, Dia yang nun jauh di sana mengadakan segala yang tiada menjadi ada. Sungguh, Fr. Aldi terkesima dengan apa yang baru disaksikannya malam itu. Waktu terus berlalu dan tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. “Waduhh..”.Iaterkejut seketika melihat jam yang sudah hampir tenggah malam. Tanpa berpikir panjang Fr. Aldi pun segera bergegas menuju tempat tidurnya. Ia pun membaringkan tubuhnya dan perlahan-lahanmemejamkan matanya.Namun, baru saja ia pejamkan matanya, bayangan dari keindahan cahaya bintang yang baru ia saksikan kembali mengusiknya, membuat ia tak bisa tidur. Ia terus memaksa dan memaksa,mencoba tuk memejamkan mata, namun tetap saja ia tidak bisa.
Akhirnya Fr. Aldi pun memutuskan bangun kembali dari tempat tidur dan sekali lagi ia duduk di depan jendela kamar untuk melihat keindahan cahaya dari bintang-bintang itu. Ia mengarahkan pandangannya ke angkasa “Cahaya mereka benar-benar indah”, gumannya kembali dalam hati. Ia pun duduk dengan manis sembari menebarkan senyum terbaiknyayang terarah ke angkasa di mana bintang-bintang menebarkan pesona. Malam semakin larut, hembusan angin tanpa kenal lelah semakin menaikkan temponya, namun tak digubriskannya. Ia tetap bertahan meski pun seluruh bagian tubuhnya berteriak-teriak dan menyerit kedinginan. Akhirnya..,setelah lama iaduduk dan memandang ke angkasa, ia pun kembali ke tempat tidurnya. Fr. Aldi merebahkan tubuh di atas tempat tidurnya dan dalam sekejap ia pun tenggelam dalam keheningan malam yang sunyi.
**************
Tringring…tringring…suara alarm dari jam tangannya memaksa ia untuk bangun dan meninggalkan mimpi indahnya. Dalam keadaan yang setengah sadar, tangannya meraba-raba di atas meja mencari keberadaan jam tangannya. Jamsudah menunjukkan pukul 05:00 pagi. Seperti biasa, Fr.Aldi pun bergegas bangun, mengambil handuk dan segera mandi. Setelah selesai mandi, ia mempersiapkan diri, memakai jubah kecintaannya dan bergegas pergi ke Kapel untuk mengikut ibadat dan misa pagi.Setelah selesai mengikuti ibadat dan misa pagi, seperti biasa ia pun melanjutkan rutinitasnya. Fr. Aldi sangat menikmati apa yang sedang dan ia jalani saat ini. Hari-hari yang ia jalani selalu diwarnai dengan warna-warni yang indah. Dan setiap goresan dari warna itu menghadirkan sesuatu yang bernilai dalam hidupnya.
“ Tuhan, aku bersyukur atas anugerah terindah yang boleh aku terima dari-Mu. Dalam kelemahan dan keterbatasanku, Engkau memilih dan menjadikan aku seorang pekerjaMu untuk tugas suci dan mulia. Aku sungguh bersyukur padaMu, aku mohon Tuhan semoga Engkau menyelesaikan apa yang telah kumulai ini. Amin”.
Untaian doa singkat ini selalu dilantunkannya setiap hari tanda syukurnya yang tiada tara pada Dia untuk cintaNya yang ia terima dalam hidupnya. Dalam kehidupan Fr. Aldi, setiap detik, menit dan jam yang ia lalui tidak ada yang terasa percuma dan sia-sia. Segala hal, sekecil apapun yang ia lakukan, semuanya dilakukannya dengan penuh cinta. Fr. Aldi menyadari walaupun tak mudah tuk ia lakukan, namun bukan berarti mustahil dilakukan karena Sang Cinta sendiri akan mengajarkannya bagaiaman tuk melakukan segalanya.
**************
Kehidupan yang sedang dan ia jalani saat ini sebagai seorang Frater terasa begitu indah dan penuh warna. Seperti keindahan dari cahaya bintang-bintang yang ia saksikan malam itu, begitulah ia melukiskan peziarahan hidupnya. Hidupnya terasa indah dan penuh warna karena ia merasakan ada sesuatu yang bernilai dalam dirinya yang bisa diberikan kepada sesama. Sesuatu yang bernilai itu bukanlah emas, intan dan permata, melainkan “cinta”. Dalam Dia setiap hari Fr. Aldi merasakan cinta yang selalu baru dalam dirinya. Ia tidak tahu dengan apa yang dirasakannya, namun ia percaya bahwa Dia Sang Cinta yang mati di kayu salib-lah mengajarkannyatentang cinta. Dari Dia-lah Fr. Aldi tahu apa itu cinta. Dari Dia-lah Fr. Aldi tahu bagaimana untuk mencinta. Cinta yang ada dan sedang bertumbuh dalam diri Fr. Aldi diperoleh dari Dia yang di sana yang telah lebih dulu mencintainya. Dia selalu memberi semangat baru dalam diri Fr. Aldi.
Cinta yang Fr. Aldi peroleh dari Dia yang tergantung di salibmengajarkannya untuk mau memberi diri, membagi diri kepada sesama. Cinta yang ada dalam dirinyamembuat ia mampu tuk mengenal kebaikan dan arti terdalam dari cinta itu sendiri. Dia yang adalah Sang Cinta Sejati telah merombak seluruh hidup Fr. Aldi. Dia-lah yang membuat Fr. Aldi mampu untuk menghiasi hari-hari hidup yang dijalaninya dengan cinta. Suka dan duka yang Fr. Aldi alami dalam peziarahan hidupnya, ia pandang itu semua sebagai wujud dari cinta Dia yang ada di sana padanya. Dia dengan cinta-Nya telah merombak seluruh kehidupan Fr. Aldi menjadi hidup yang memiliki arti dan makna.
Salam Passio!