Minggu Biasa IV - 29 Januari, 2017
Bacaan Injil Matius 5:1-12a
Saya yakin sebagian besar dari kita ingat dengan baik Sepuluh Perintah Allah. Tetapi, mungkin hanya beberapa orang dari antara kita yang mengenal dengan baik Ucapan/Sabda Bahagia, seperti yang Yesus sampaikan kepada kita dalam Injil hari ini.
Ketika saya merenungkan hal ini, muncul pertanyaan mengapa orang-orang Katolik lebih mengenal dengan baik perintah yang diberikan kepada Musa, tetapi tidak akrab dengan pernyataan visi Yesus yang digambarkan dalam apa yang kita sebut dengan "khotbah di bukit". Yesus tidak memberikan sabda bahagia ini sebagai sebuah hukum, tetapi sebagai sikap yang harus dimiliki oleh para pengikut-Nya. Pertanyaan bagi kita, apakah mungkin bagi kita untuk memiliki sikap ini jika kita tidak mengenal dengan baik Sabda Bahagia itu?
Yesus memanggil murid-murid-Nya dengan iman yang didasarkan pada kepercayaan penuh pada kasih dan rahmat Tuhan yang tak terbatas. Enam ratus tahun sebelumnya, Yeremia berbicara tentang iman seperti ketika ia menulis, "Berbahagialah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering dan yang tidak berhenti menghasilkan buah" (Yeremia 17: 7-8).
Banyak orang Yahudi mengesampingkan apa yang disampaikan Yeremia ini dan melihat bahwa harta benda, istri/suami yang baik, kesehatan yang baik, banyak anak dan teman-teman yang setia sebagai bukti berkat Tuhan. Tetapi dalam Sabda Bahagia Yesus tidak menyatakan kesuksesan atau kekayaan sebagai sebuah berkat. Sebaliknya, ia menyoroti mereka yang miskin, lapar, menangis, yang dihina dan dianiaya sebagai yang diberkati. Inilah orang-orang yang mengandalkan kasih Allah dan Yesus berjanji bahwa mereka akan memperoleh hidup bersama Allah dan menikmati damai dan sukacita sejati.
Yesus mengatakan bahwa yang berbahagia/diberkati adalah mereka yang miskin di hadapan Allah, yang lemah-lembut kepada sesama, yang berdukacita dan merindukan Tuhan, yang dengan semangat memperjuangkan keadilan, yang menunjukkan belas kasihan kepada sesama, yang memiliki hati yang murni, yang membawa damai dalam hidup bersama, yang dianiaya dan diperlakukan sewenang-wenang namun tetap memegang teguh iman mereka kepada Tuhan.
Yesus percaya bahwa egoisme/sikap mementingkan diri sendiri tidak membawa berkat. Kita dipanggil untuk sadar akan kebutuhan orang lain dan membantu mereka dengan hati yang penuh kasih dan rasa syukur berlimpah.
Jadi, orang Katolik sejati adalah orang yang miskin di hadapan Allah, yang menyadari bahwa mereka tidak ada artinya tanpa Tuhan. Mereka berdukacita jika mereka menjauh dari Tuhan.
Orang Katolik sejati adalah mereka yang berusaha untuk mencintai sesama dengan cara seperti Allah mengasihi mereka.
Orang Katolik sejati adalah mereka yang memiliki kepercayaan bahwa dalam pengalaman duka yang mendalam, kasih Tuhan tak pernah meninggalkan mereka dan bawa Tuhan berkuasa untuk memberikan kesembuhan dan memungkinkan mereka untuk dapat mencintai Tuhan dan sesama.
Orang Katolik sejati adalah mereka yang memiliki rasa dan kemauan yang sama seperti Yesus untuk memperjuangkan keadilan bagi mereka yang kurang mampu, kurang beruntung dan terpinggirkan. Mereka memiliki passion untuk memperjuangkan keadilan dan hati mereka berdukacita menyaksikan penderitaan para pengungsi, orang-orang miskin dan mereka yang kehilangan harapan untuk tetap hidup.
Orang Katolik sejati adalah mereka yang menyadari kelemahan diri dan dosa-dosa mereka, namun percaya pada kemurahan Tuhan. Setelah mengalami kekuatan cinta Tuhan yang mengampuni, mereka tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih kepada sesama. Orang Katolik sejati adalah mereka yang memiliki hati yang murni dan melakukan sesuatu dengan niat yang benar.
Orang Katolik sejati adalah mereka yang mencari perdamaian di setiap situasi dan tidak berkata atau melakukan hal-hal yang menimbulkan kemarahan atau ketidakharmonisan dalam hidup bersama. Mereka adalah pembawa damai.
Orang Katolik sejati adalah mereka yang menerima cobaan dan kesulitan hidup, tanpa mengabaikan sesama dan tetap percaya kepada Tuhan. Mereka tidak berhenti mencintai, memaafkan atau peduli kepada sesama, apa pun yang terjadi, bahkan ketika mereka sedang menderita.
Menjadi orang Katolik sejati seperti yang Yesus sampaikan dalam Kotbah di Bukit bukanlah sebuah perkara gampang bagi kita. Ada banyak hal yang menantang kita untuk memperjuangkan semuanya itu dalam kehidupan setiap hari. Namun, berkat kerjasama kita dengan Dia, yang selalu berjalan bersama kita, kita pasti bisa.
Berbahagialah kita…!!!