Menjadi Perpanjangan Tangan Tuhan di Dunia - Renungan Hari Raya Tritunggal Mahakudus Minggu, 18 Juni 2017

Author | Minggu, 18 Jun 2017 21:47 | Dibaca : : 4402
Ilustrasi Ilustrasi

Bacaan Injil : Yohanes 3:16-18

Berbicara tentang Perjamuan Kudus, St.Augustinus yang hidup pada tahun 400-an di Afrika Utara, mengatakan banyak hal indah tentang siapa kita sebagai anggota, sel dan organ tubuh Kristus. Ia berkata : "Anda adalah apa yang telah Anda terima". Dengan kata-kata ini ia ingin menyatakan kepada kita bahwa ketika kita menerima Yesus sebagai Roti Hidup untuk perjalanan hidup kita, kita menjadi semakin satu dengan-Nya. Kesatuan ini melahirkan sebuah perubahan. Namun, yang harus dipahami adalah Yesus tidak berubah menjadi tubuh kita atau diri kita melainkan kitalah yang berubah menjadi Dia dengan menjadi bagian dari tubuh-Nya yang lebih hidup, aktif dan energik. Kita selanjutnya digabungkan ke dalam perpanjangan diri-Nya sendiri yang merupakan Gereja-Nya - tubuh orang-orang Kristen di dunia saat ini.

Perayaan Tubuh dan Darah Kristus mengundang kita untuk mempererat persekutuan kita dan menggerakkan kita untuk bersatu erat pada Kristus dan sesama. Santa Teresa dari Avila melukiskan persatuan erat diri kita dengan Kristus dan sesama dengan sangat indah :

Kristus tidak memiliki tubuh sekarang kecuali tubuh kita; tidak ada tangan, tidak ada kaki di bumi kecuali tangan dan kaki kita. Kita adalah mata yang melaluinya Ia melihat dunia ini dengan penuh belas kasih. Kita adalah kaki yang dengannya Ia berjalan untuk berbuat baik. Kita adalah tangan, yang dengannya Ia memberkati seluruh dunia. Kita adalah tangan-Nya, kita adalah kaki-Nya, kita adalah mata-Nya, kita adalah tubuh-Nya! Kristus tidak memiliki tubuh sekarang kecuali tubuh kita; tidak ada tangan, tidak ada kaki di bumi kecuali tangan dan kaki kita.

Pada Perjamuan Terakhir, dengan cara yang menakjubkan, Yesus menunjukkan perhatian dan cinta-Nya, persatuan dan ikatan-Nya dengan para murid-Nya. Sambil berlutut seperti seorang budak, Ia mengelilingi kelompok yang berkumpul itu dan membasuh kaki mereka, satu per satu. Yang menarik bagi kita adalah bahwa dalam Injil tentang Perjamuan Terakhir, Yohanes tidak menyebutkan tindakan Yesus dengan roti dan anggur (Yohanes 13). Sebaliknya dia menceritakan tentang tindakan Yesus dengan baskom air dan handuk. Dengan cara ini, Yohanes memberi tahu kita arti kedua tindakan Yesus itu. Kedua tindakan itu berhubungan erat satu sama lain dalam komunitas Yesus yang sama - komunitas iman, harapan dan cinta, komunitas gereja.

Roti dan anggur sebagai lambang Tubuh dan Darah Kristus dan Pembasuhan Kaki  adalah tentang ikatan dan persatuan di antara para pengikut Yesus, dan tentang kerendahan hati dalam saling melayani. Kedua tindakan Yesus itu adalah tentang mengulurkan tangan dengan kehangatan dan perhatian, dengan keterbukaan dan keramahan kepada sesama, sesama yang setiap saat membutuhkan saya, dan membutuhkan saya sekarang - di sini, sekarang juga'. Seperti yang dikatakan Ibu Teresa dari Calcutta : 

Saya tahu Anda pikir Anda harus melakukan perjalanan ke Calcutta, tetapi saya sangat menyarankan Anda untuk menyimpan tiket pesawat Anda dan membelanjakannya untuk orang miskin di negara Anda sendiri. Sangat mudah untuk mencintai orang yang jauh. Tidak selalu mudah untuk mencintai orang-orang yang tinggal tepat di sebelah kita. Ada ribuan orang yang sekarat karena sedikit roti, tetapi ada lebih dari ribuan orang yang sekarat karena sedikit cinta atau sedikit pengakuan. Yang benar adalah bahwa penyakit terburuk saat ini adalah bukan kusta atau tuberkulosis; melainkan tidak diinginkan, tidak diterima, ditolak, ditinggalkan dan dilupakan.

Cinta dan pelayanan, keterbukaan hati dan keramahan, kebaikan dan kasih sayang, kerendahan hati dan kemurahan hati, merupakan arti terdalam dari mengikuti Yesus. Itulah artinya menyambut Komuni Kudus. Itulah artinya menjalankan perintah Yesus pada Perjamuan Terakhir: "Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Aku"!

Selamat Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus!

 

Salam Passion!

 

“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”

 

 

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment