Oleh-Oleh dari Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus

Author | Minggu, 02 Juli 2017 09:59 | Dibaca : : 3784
Vatican Vatican Foto : pixabay.com

Bacaan :
KIS 12:1-11
2 TIM 4:6-8.17-18
MAT 16:13-19

Setiap tanggal 29 Juni kita merayakan Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus. Hal pertama yang ingin saya sharingkan adalah refleksi yang dibuat oleh salah seorang teman saya dalam misa komunitas di hari raya kedua tokoh penting ini. Beliau berkata bahwa kita meski ingat bahwa ketika Petrus dan Paulus datang ke Roma, pada waktu itu Roma merupakan kota terbesar dengan penduduk terbanyak di dunia. Hal yang paling menarik adalah sebagian besar dari penduduk kota Roma pada masa itu adalah budak, para pekerja kasar, tawanan perang, orang miskin. Dari sini kita dapat mengerti mengapa agama Kristen yang dibawa oleh Petrus dan Paulus diterima baik oleh penduduk kota Roma.

Petrus dan Paulus diterima dengan baik oleh penduduk kota Roma yang sebagian besar adalah budak, para pekerja kasar, tawanan perang dan orang miskin bukan karena mereka membawa agama baru, melainkan karena mereka membawa ajaran baru yakni pesan Kristus tentang kasih, damai sejahtera, kelemahlembutan, kerendahan hati dan pengampunan. Sebaliknya, mereka ditolak dan dibunuh oleh para penguasa bukan karena mereka membawa agama baru melainkan karena mereka membawa ajaran Yesus tentang kesetaraan, persamaan hak dan keadilan sosial. Dari bagian ini kita diajak untuk berpegang teguh pada ajaran Yesus untuk mengamalkan cinta kasih dan menghadirkan damai sejahtera dalam kehidupan kita sehari-hari.

Hal kedua yang ingin saya sharingkan adalah ketika saya merenungkan bacan-bacaan hari ini dan kehidupan dua tokoh Kitab Suci ini, saya belajar bagaimana saya dapat percaya dan beriman kepada Tuhan.

Paulus, seperti kita baca dalam surat keduanya kepada Timotius berkata : “Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku.” Dan kemudian dia berkata : Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku sehingga aku masuk ke dalam kerajaan-Nya di surga.” Apa yang Paulus katakan datang dari pengalaman pribadinya berjumpa dengan Yesus. Ketika dia terjatuh dari kuda dalam perjalanan ke Damsyik dan mendengar suara Yesus, dia membuka diri dalam kebutaannya untuk dibimbing ke dalam kota dan menunggu apa yang akan terjadi. Ia telah percaya dan mengalami Tuhan yang berdiri mendampinginya dalam perjalanan hidupnya, dan  sekarang ketika dia melihat ke depan ke jalan kemartirannya, dia tetap percaya bahwa Tuhan akan menyelamatkan dia, bukan saja dari kematian tubuh, melainkan dari persatuan abadi dengan Allah.

Petrus, seperti yang kita dengar dari Kisah Para Rasul, telah dibebaskan dari penjara oleh seorang malaikat. Ada dua hal penting yang menginspirasi kita dari kisah ini. Pertama,  Petrus tampaknya begitu tenang. Dia beristirahat dengan nyaman di dalam penjara meski terbelenggu oleh dua rantai dan dikawal oleh prajurit-prajurit pengawal. Bahkan ia tidak menyadari bahwa kehadiran malaikat itu sungguh-sungguh nyata sampai mereka keluar dari pintu gerbang besi menuju kota. Semua ini berbicara kepada kita bahwa Petrus percaya segalanya akan baik-baik saja. Kedua, kata-kata Petrus di akhir kisah: “Sekarang benar-benar tahulah aku bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi.” Pengalamannya berjumpa dengan Tuhan meneguhkan iman dan kepercayaannya.

Kita mendengar lebih banyak mengenai Petrus dari Injil Matius. Kita mendengar bagaimana Petrus mendapatkan rahmat khusus untuk mengenal bahwa Yesus adalah Kristus. Hal ini mengundang kita untuk merenungkan kehidupan Petrus dan iman yang dia miliki dalam nama Yesus. Kita ingat pada awal panggilannya, Petrus meninggalkan jala-nya dan mengikuti Yesus. Dan beberapa saat kemudian Petrus kembali ke komunitas (dan Yesus) setelah pengalaman pahitnya menyangkal Yesus. Petrus percaya dia akan diterima dan diampuni. Petrus tidak sempurna tetapi saya percaya bahwa ia memiliki iman dan kepercayaan yang sangat dalam kepada Yesus.

Petrus dan Paulus sama-sama memiliki iman tidak saja bahwa Yesus adalah Kristus atau bahwa Yesus akan menyelamatkan mereka dari bahaya dan penderitaan fisik, tetapi lebih dari itu mereka percaya bahwa Yesus akan selalu bersama mereka di dalam penjara, ketika mereka buta, ketika mereka dalam bahaya, di tengah pergulatan hidup dan beratnya rasa sakit.

Marilah kita mengenang hidup Petrus dan Paulus dan berdoa dengan perantaraan mereka agar Tuhan selalu bersama kita, melangkah bersama kita di jalan kehidupan kita.

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment