Renungan Hari Kenaikan Yesus Ke Surga

Author | Minggu, 28 Mei 2017 16:10 | Dibaca : : 4508
Kenaikan Yesus Kenaikan Yesus

Bacaan Injil : Matius 28:16-20

Ketika kita mengucapkan Credo kita mengakui tentang Yesus: 'Ia naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Bapa.' Apa gambaran yang muncul dalam pikiran kita saat memikirkan Yesus naik ke surga? Apakah kita membayangkan Dia menaklukkan ruang dengan naik seperti sebuah kapal luar angkasa? Jika kita berpikiran seperti itu, kita telah keliru memahami kata-kata tulisan suci sebab kata-kata itu tidak dapat dimengerti  secara harfiah. Kata-kata itu adalah cara puitis dan buku bergambar yang mengatakan bahwa Yesus tidak lagi berada di bumi secara fisik dan material. Dalam tubuh kebangkitan-Nya yang telah berubah, Ia telah pergi kepada Tuhan dan hidup dengan Tuhan dalam terang dan kemuliaan. Itu berarti bahwa Allah yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati telah memuliakan dan meninggikan Dia.

Perjalanan-Nya menuju Tuhan adalah puncak hidup-Nya di bumi. Dia sekarang menikmati pertemuan tatap muka dengan Tuhan. Itulah yang kita sebut 'berada di surga'. Tetapi bersama dengan Tuhan di surga Dia menjadi, seperti dalam kata-kata Mazmur kita hari Kenaikan Tuhan, 'raja agung atas seluruh bumi', yang sangat dekat dengan dunia dan manusia.

Selama empat puluh hari Ia terus menampakkan diri kepada berbagai kelompok pengikut-Nya, untuk memperkuat iman, kepercayaan dan cinta mereka. Sejak Minggu Paskah kita juga memiliki empat puluh hari untuk dengan cara yang berbeda mengalami pertemuan dengan Yesus yang membimbing kita. Konsili Vatikan II telah menekankan hal ini: 'Kristus selalu hadir di dalam gereja [komunitas], dan terutama dalam perayaan liturgi' (Konstitusi tentang Liturgi Suci, # 7). Selama empat puluh hari terakhir, kita sebenarnya telah memberi perhatian khusus pada kehadiran-Nya dalam liturgi dan terutama Ekaristi. Sebab Ekaristi adalah cara khusus di mana cinta-Nya terus memancar kepada kita.

Kita mengalami kehadiran dan cinta-Nya dalam keberadaan kita satu sama lain sebagai sesama pengikut Yesus. Kita mengalami kehadiran dan cinta-Nya dalam mendengarkan dan merenungkan pesan bacaan dari Kitab Suci, di mana Dia terus berbicara kepada kita. Kita mengalami kehadiran dan cinta-Nya saat kita datang ke meja perjamuan-Nya. Di sana Dia memberikan tubuh-Nya yang hancur dan mencurahkan darah-Nya untuk kita. Kita mengalami kehadiran dan cinta-Nya dalan diri imam yang memimpin kita dalam doa, di dalam para pembaca sabda, para pelayan komuni, pemusik, penyanyi, pelayan altar, dan di tengah umat yang berhimpun untuk merayakan ekaristi suci. Akhirnya, kita mengalami kehadiran dan cinta-Nya di tengah lingkungan tempat kita hidup dan di setiap situasi kehidupan kita untuk membuat dunia kita menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni dan untuk menebarkan kasih kepada semua orang yang membutuhkan kehadiran kita.

Perayaan Kenaikan Tuhan mengajak kita untuk terus menjadi orang-orang 'Kabar Gembira’, orang-orang yang hidup dari apa yang kita dengar dan percaya. Dalam kata-kata Injil, Yesus tetap bersama kita 'selalu ... sampai akhir zaman'. Empat puluh hari kehadiran-Nya yang terus berlanjut kepada murid-murid pertama-Nya, sebenarnya adalah simbol perjalanan Kristen yang juga hidup dalam kehidupan kita juga. Ini adalah perjalanan di mana Dia berjalan dan berbicara dengan kita setiap saat, seperti saat Dia berjalan dan berbicara dengan kedua teman yang berjalan bersama-Nya dari Yerusalem ke Emaus pada hari Minggu Paskah pertama.

Perayaan Kenaikan Tuhan mengundang kita untuk melupakan diri kita sejenak dan hanya memandang kepada-Nya, dan mengungkapkan kegembiraan kita bahwa pada akhir perjalanan hidup-Nya, Allah membangkitkan Yesus dan membawa-Nya ke dalam pelukan cinta abadi. Itu adalah 'surga'. Sama seperti kita, Yesus menghabiskan hidup-Nya untuk bermimpi tentang hari ini. Semua kerinduan-Nya adalah untuk bertemu muka dengan Tuhan. Jadi, hari ini kita mengatakan 'Hore untuk Yesus!' Bahwa dia telah sampai di tempat tujuan-Nya. Waktu-Nya menunggu dan waktu-Nya menderita sudah berakhir. Kita bersukacita karena Yesus tetap selamanya bersekutu dengan Allah Bapa dan dengan kita, gereja, tubuhnya di bumi. Tidak ada yang dapat menghentikan cinta yang terus berdetak di dalam hati Yesus kepada kita.

Akhirnya, perayaan kenaikan Yesus kiranya mengingatkan kita untuk membiarkan diri kita mengalami tidak adanya Yesus dan juga kehadiran-Nya. Seperti pengikut pertama-Nya, kita sedih karena Dia tidak berada di sini bersama kita dalam daging, di mana kita bisa melihat-Nya, mendengar-Nya dan menyentuh-Nya. Tetapi kehilangan kehadiran fisik-Nya mengingatkan kita bahwa kita tidak dimaksudkan untuk menemukan rumah terakhir kita di dunia ini. Perjalanan kita berlanjut, sebuah perjalanan baik kegembiraan maupun penderitaan, seperti yang juga dialami-Nya.

Marilah kita mengalami gerakan dari kata-kata terakhir-Nya pada Perjamuan Malam Terakhir: ‘Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada' (Yohanes 14: 3)!

 

Selamat Paskah dan Salam passion!

 

“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”

 

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment