Tuangkan Garammu dan Nyalakan Lilinmu

Author | Minggu, 05 Februari 2017 12:10 | Dibaca : : 803
Garam dan Terang Dunia Garam dan Terang Dunia

Hari Minggu Biasa V : 5 Februari 2017

Bacaan I : Yes 58:7-10
Bacaan II : 1 Kor 2:1-5
Bacaan Injil : Mat 5:13-16

Makna:

Kita membaca dalam bacaan pertama bahwa Tuhan Allah melalui nabi-Nya Yesaya memberi kita contoh bagaimana kita dapat memungkinkan cahaya Allah bersinar. "Bagikan rotimu kepada yang lapar, lindungi orang yang ditindas dan bawalah ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah; berikan pakaian kepada mereka yang telanjang dan tak punya pakaian. Maka cahaya akan terbit bagimu dalam kegelapan, dan kegelapan akan menjadi bagimu seperti tengah hari" (bdk. Yesaya 58: 7, 10).

Menggunakan dua metafora sederhana garam dan terang dalam Injil hari ini, Yesus menguraikan peran orang Kristen di dunia ini.

Dalam dunia kuno dan di beberapa wilayah sampai saat ini garam adalah yang paling umum dari semua pengawet, digunakan untuk mencegah pembusukan daging, ikan dan buah-buahan. Garam sampai saat ini juga dipakai oleh banyak orang di dunia sebagai pemberi rasa sedap pada makanan.

Sebuah cahaya ada dengan maksud agar kita bisa melihat. Sebuah lampu atau cahaya adalah panduan untuk menerangi jalan. Lampu atau cahaya berfungsi juga sebagai peringatan (misalnya, lampu lalu lintas berwarna merah memberitahu kita untuk berhenti. Cahaya, terutama matahari, memberi kehangatan, berguna bagi kesehatan dan membantu pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk hidup.

Pesan :

Pertama, kita sebagai garam dunia:

  1. Sebagai garam dunia, orang Kristen harus menjadi contoh kemurnian dalam kata-kata, perilaku dan pikiran.
  2. Sebagai garam dunia, orang Kristen harus memiliki antibodi pada kehidupan dan masyarakat, menentang korupsi, melawan ketidakadilan dan membantu sesama untuk menghindari kejahatan dan dosa.
  3. Sebagai garam dunia, orang Krsiten harus selalu mengawetkan iman, nilai-nilai budaya Kristen dan prinsip-prinsip moral, yang telah Yesus ajarkan. Kita harus membantu mendamaikan keluarga dan masyarakat yang sedang mengalami pertikaian.
  4. Sebagai garam dunia, orang Krsiten juga harus menambah rasa sedap pada kehidupan orang-orang yang putus asa, memberi makna dan meningkatkan moral mereka, menawarkan kesempatan untuk membantu orang lain dan memberikan harapan baru di mana tidak ada harapan.

Kedua, kita sebagai terang dunia:

  1. Sebagai terang dunia, orang Kristen harus selalu terbuka untuk menerima terang Kristus dan memancarkan terang itu kepada sesama dalam bentuk cinta, kebaikan, belas kasih, pengampunan dan pelayanan yang rendah hati.
  2. Sebagai terang dunia, orang Kristen membawa terang Kristus dan menjadi mercusuar untuk menerangi jalan bagi banyak orang dan menghapus kegelapan yang disebabkan oleh kebencian, dengki dan iri hati.
  3. Sebagai terang dunia, orang Kristen memancarkan Kristus, Sang Terang dunia, dengan kebaikan dan menghormati orang lain dengan latar belakang suku, agama, ras, golongan, karakter yang berbeda dan juga yang tidak beragama.

Refleksi :

Santa Teresa dari Kalkuta (Ibu Teresa) sedang berbicara dengan orang yang datang untuk menemuinya dari seluruh dunia. Di antara mereka ada sekelompok biarawati yang datang dari berbagai negara di dunia. Setelah menyampaikan refleksinya, Santa Teresa dari Kalkuta memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

Seorang wanita yang duduk di tempat paling depan bertanya : "Seperti yang Anda tahu, sebagian besar peserta yang hadir di sini telah meninggalkan keluarga mereka untuk menjadi biarawati. Tampaknya akan semakin banyak wanita meninggalkan keluarga sepanjang waktu, karena pesan Anda menarik mereka. Apa yang Anda lakukan?"

Tanpa ragu-ragu Ibu Teresa menjawab, "Aku memberi mereka Yesus."
"Ya aku tahu," kata wanita itu, "tetapi tentang jubah religius, misalnya, bagaimana jika wanita-wanita yang mau mengikuti Anda keberatan memakai jubah religius dan tidak mau menuruti regula (aturan) hidup membiara? Apa yang Anda lakukan?"
"Aku memberi mereka Yesus," jawab Ibu Teresa.
"Ya, saya tahu Ibu," kata wanita itu, "tapi Anda bisa lebih spesifik?"
"Aku memberi mereka Yesus," Bunda Teresa mengulangi jawaban yang sama.
"Ibu," kata wanita itu, "kita semua menyadari pekerjaan baik Anda. Saya ingin tahu tentang sesuatu yang lain."

Ibu Teresa berkata pelan, "Aku memberi mereka Yesus. Tidak ada yang lain."

Kita orang Kristen memiliki suatu dunia dan kita tidak dapat menemukan tempat lain selain Yesus, garam dan terang dunia.

*(Cerita refleksi ini saya terjemahkan dari Margaret Davidson, Scholastic, 1971. Dikutip dalam BTBC, pp. 250-251.)

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment