Selamat Memasuki Pekan Cinta

Author | Minggu, 09 April 2017 09:51 | Dibaca : : 3155
Pusat Spiritualitas Pasionis, Bukit Golgota Nilo, Maumere, Flores Pusat Spiritualitas Pasionis, Bukit Golgota Nilo, Maumere, Flores Foto : Dokumentasi Pribadi

Paus Fransiskus membuka secara resmi Tahun Kerahiman Ilahi 8 Desember 2015 lalu dengan kata-kata ini : “Yesus adalah Wajah Manusia dari Allah Yang Murah Hati.” Kata-kata ini juga meringkas misteri iman Kristen. Kebenaran Kristen yang paling mendasar terungkap secara jelas pada diri  Yesus yang memberikan hidup-Nya demi cinta dan kasih sayang-Nya kepada kita. Ini adalah pesan utama dari Injil Yohanes : Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia mengirim anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, bukan untuk menghakimi dunia melainkan supaya dunia selamat melalui Dia” (Bdk. Yohanes 3: 16-17).

Cinta dan kasih sayang yang besar itulah yang kita rayakan dalam Pekan Suci ini. Pekan Suci adalah suci bagi kita semua sebagai orang Kristen, dan itu adalah jantung dari panggilan Pasionis. Pendiri kami, Santo Paulus dari Salib menyatakan: Salib Kristus adalah sebuah karya cinta, keajaiban dari sebuah cinta, karya paling agung dari cinta Allah, lautan terdalam kasih Allah, di mana kebajikan ditemukan, di mana seseorang dapat kehilangan dirinya dalam cinta dan penderitaan, cara yang paling menguntungkan meninggalkan dosa dan bertumbuh dalam kebajikan, dan kekudusan.”

Gemapasionis akan sedikit sibuk untuk pelayanan selama Pekan Suci ini sehingga tidak dapat memberikan refleksi mendalam mengenai semua peristiwa spiritual yang dapat kita renungkan. Namun, untuk sedikit membantu kita menyerap cinta dan kasih sayang Kristus Tersalib, Gemapasionis menawarkan meditasi singkat tentang cinta dan belaskasihan pada setiap hari selama Pekan Suci sampai Minggu Paskah.  Kami akan mengambil inspirasi dari Injil yang Gereja berikan untuk hari-hari ini.

 

REFLEKSI HARI MINGGU PALMA

Hari ini kita diundang untuk mendengar Kisah Sengsara Yesus menurut Matius. Sesungguhnya kisah ini adalah Kisah Cinta. Sebuah kisah cinta dan belas kasihan yang tak ternilai harganya. Kisah cinta dan kesetiaan yang berjalan bergandengan tangan dengan pengorbanan.

Sejak awal pelayanan publik Yesus, Matius menggambarkan Yesus sebagai nabi yang dipenuhi Roh yang membawa rahmat dan keadilan Allah kepada dunia. Yesus berkeliling di seluruh wilayah Galilea, mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu (Matius 4:23). Matius juga menggambarkan bahwa kabar tentang Yesus tersebar di berbagai daerah dan orang membawa kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, dan Yesus menyembuhkan mereka (Matius 4:24).

Selanjutnya, injil Matius menyampaikan kepada kita bahwa hal-hal inilah yang Yesus lakukan sepanjang pelayanan-Nya: mentahirkan orang kusta, menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum,  menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain, meredakan angin ribut yang mengancam keselamatan para murid, mengusir setan dari dua orang di daerah Garada, menyembuhkan seorang lumpuh di Nazareth, memanggil Matius pemungut cukai yang dipandang berdosa,  menyembuhkan anak perempuan dari seorang kepala rumah ibadat dan perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan, menyembuhkan mata dua orang buta, membuat seorang bisu berbicara, menyembuhkan seorang yang mati sebelah tangannya, memberi makan lima ribu orang, menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret, menerima dengan cinta dan lembut seorang wanita Kanaan yang memohon kesembuhan bagi anaknya, menyembuhkan banyak orang sakit di sepanjang tepi danau Galilea, memberi makan empat ribu orang, menyembuhkan seorang pemuda yang sakit ayan, memberkati anak-anak dan menyembuhkan dua orang buta di Yerikho.

Injil Matius juga menyampaikan pesan belas kasihan dan pengampunan yang Yesus nyatakan dalam pengajaran-Nya, seperti perumpamaan tentang domba yang hilang, perumpamaan tentang pengampunan, penjelasan mengenai hukum kasih sebagai hukum yang terutama dan beberapa pengajaran-Nya yang lain yang berbicara tentang kebaikan dan kemurahan hati Allah kepada kita.   

Akhirnya, seperti yang kita dengarkan pada hari ini, Matius melukiskan belas kasihan Yesus di saat-saat terakhir hidup-Nya: mengadakan perjamuan malam persaudaraan bersama murid-murid-Nya dan menjelaskan makna perjamuan itu sebagai tanda pengampunan dosa,  memahami kelemahan para murid-Nya yang tertidur ketika Ia sedang berdoa di taman Getsemani, mengerti akan keputusan Petrus yang menyangkal-Nya, merelakan diri-Nya untuk disiksa, dihina, disalibkan dan mati di salib demi kasih-Nya kepada kita.

Inilah Kisah Cinta Sang Mesias. Inilah Kisah Kasih Sejati. Kisah cinta dan kasih yang berjalan sempurna dari lahir di kandang hingga mati di salib. Ia mati karena cinta kepada manusia. Ia menyerahkan nyawa-Nya untuk memberi hidup kepada kita. Hari ini kita diundang untuk belajar pada Sekolah Tinggi Cinta Sang Mesias. Kita belajar ilmu meramu dan mendandani cinta kita kepada Tuhan dan sesama hingga dapat tampil elok dalam kata, perbuatan dan seluruh hidup kita. Mungkin kita tidak bisa melakukan hal-hal besar untuk menunjukkan cinta kita kepada Tuhan dan sesama, tetapi marilah kita seperti kata Santa Theresa dari Kalkuta ‘melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar’. Mungkin kita tidak bisa menunjukkan sesuatu yang besar kepada Tuhan, tetapi marilah kita dengan kesederhanaan hati memasuki pekan penuh misteri dan berlimpah rahmat ini. Mungkin kita tidak bisa memberi banyak untuk menunjukkan cinta kita kepada sesama, tetapi marilah kita memberi sedikit dari yang sedikit kita miliki. Mungkin kita tidak bisa menunjukkan cinta kita kepada semua orang, tetapi marilah kita memberikan cinta kita kepada satu orang, dua orang, tiga orang yang dekat dan sangat dekat dengan kita. Itulah pesan Cinta Sang Mesias dan itulah yang kita perjuangkan untuk kita lakukan dalam hidup kita. Mungkin kita merasa bahwa kita tidak mampu untuk mewujudkan hal itu karena berpikir bahwa kita lemah dan tak berdaya, berpikir bahwa gelombang kehidupan akan berat menimpah kita dan menyeret kita jauh dari harapan, berpikir bahwa segala usaha akan sia-sia. Jangan takut! Percayalah, Tuhan tidak akan membiarkan kita berjalan sendirian. Cinta-Nya akan menemani perjalanan cinta kita hingga di akhir masa di hidup kita.

Untuk menambah refleksi kita selama Pekan Suci, Pekan Cinta ini, saya merekomendasikan lagu sederhana 'Biduk Keabadian' yang saya publikasikan pada bulan Juni 2012. ‘Biduk Keabadian’ merupakan salah satu lagu dari Album Rohani Katolik Regina Pacis Friends - Pusat Spiritualitas Pasionis Nilo, Maumere, Flores, NTT. Lagu ini mengisahkan perjalanan hidup manusia beriman bagaikan seorang yang sedang berlayar menuju pulau impian. Selama berlayar biduk kerap berhadapan dengan dahsyatnya gelombang lautan. Namun, kesadaran bahwa Tuhan adalah Nahkoda hidup manusia beriman, membuat perjalanan yang berat menjadi indah untuk dijalani. Abaikan saja suaranya yang mungkin terdengar kurang merdu dan para penyanyinya yang sedang belajar. Resapi liriknya dan temukan maknanya, itulah yang terutama.

Selamat menikmati. Selamat memasuki Pekan Suci dan Salam Passion!

“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment