Semua Karena Roh Kudus
Pada waktu saya Carel (nama Permandian) sedang studi pada Seminari Kecil/Menengah tahun 1947 di Haastrecht, Belanda (Sekarang Provinsialat Provinsi CP “Mater Sanctae Spei”) dalam bulan Juli 1948 datang seorang Pater Kapusin yaitu P. Leo De Jong OFM Cap untuk memberikan kesaksian mengenai karyanya di West Borneo khusus di Kabupaten Ketapang. Di akhir cerita pengalamannya yang amat menarik itu P. Leo bertanya ”Siapakah mau menjadi misionaris di West Borneo?” saya bersama beberapa teman lain langsung angkat tangan. Kemudian Pater mengajak kami dalam MISA, saat KONSEKRASI, yaitu ketika Imam mengangkat Hosti Kudus dan Piala dengan Darah Kristus berdoa begini “Ya Tuhanku dan Allahku datanglah KerajaanMu.” Dan ternyata benar kami pergi ke daerah Misi. Selama di Seminari Kecil/Menengah beberapa Pater dan Bruder diutus dengan acara meriah untuk mewartakan Injil/Sabda Salib di West Borneo/Kalimantan Barat.
Spiritualitas Kongregasi Pasionis
Setiap ordo atau kongregasi memiliki spiritualitas yang berbeda. Perbedaan spiritualitas yang dihidupi dan diwarisi oleh pendiri masing-masing ordo atau kongregasi menjadi kekayaan bagi Gereja universal. Spiritualitas yang berbeda dari masing-masing ordo atau kongregasi itu bisa saling melengkapi. Berbeda namun mempunyai tujuan yang sama, yakni memperkaya “Tubuh Mistik Kristus”. Demikian juga Kongregasi Pasionis yang didirikan oleh Santo Paulus dari Salib mewarisi “Spiritualitas Sengsara Yesus sebagai Spiritualitas Kongregasi. Paus Benediktus XIV sewaktu mengesahkan regula yang diajukan Paulus dari Salib sebagai syarat untuk mendirikan Kongregasi Pasionis tahun 1741 mengatakan “Kongregasi Sengsara Yesus Kristus ini seharusnya lahir pertama, ternyata lahir terakhir”. Kongregasi pasionis mendapat tempat dalam Gereja untuk menghidupi dan mewartakan spiritualitas sengsara Yesus bagi dunia.
Panggilanku Adalah Berkat Yang Menggembirakan
Dalam rangka merayakan pesta 25 tahun Seminari Tinggi Pasionis Beato Pio Campidelli Malang, saya diminta mensharingkan pengalaman panggilan sebagai seorang anggota Kongregasi Pasionis (CP). Pengalaman panggilan sebagai seorang religius tentu tidak terlepas dari ajakan, undangan dan perintah untuk datang dan tinggal bersama Dia yang mengundang, yaitu Yesus Kristus, sahabat, guru dan Tuhan kita, bukan yang lain-lain.
Menyibak Visi Dan Misi Kongregasi Pasionis Provinsi “Regina Pacis” Indonesia
Banyak orang mengatakan bahwa Pasionis sedang sakit, barangkali sekarat, tapi saya yakin Gereja dan dunia sedang berkata kepada Pasionis : “Bangkit dan Berjalanlah”.
Kongregasi Pasionis Di Dalam Gereja Dan Di Tengah Dunia
Kongregasi Pasionis didirikan oleh santo Paulus dari Salib (1694-1775) dengan penekanan khusus pada Sengsara Yesus Kristus. Para anggotanya disebut “Pasionis” dan, sebagai inisial, pada ujung nama tiap anggota dibubuhi singkatan C.P.
Hidup Dan Karya Pasionis Di Indonesia
70 tahun Pasionis di Indonesia dan 25 tahun rumah pembentukan Pasionis di Malang merupakan rentang dan isi yang kaya. Kaya akan aneka halnya. Keutuhan dari kenyataan sering kali luput dari daya cerap dan abstraksi manusia. Berhadapan dengannya saya hendak mengekspresikan dalam kata “Kehadiran”. Meskipun tak pernah cukup – dan senantiasa demikian – dalam mengungkapkan realitas, tetapi perlu dikerjakan demi suatu pemaknaan.
Tulisan ini dihadirkan dalam kerangka kesadaran akan saat ini. Mengungkapkan Kehadiran sekarang. Kehadiran yang mengalir. Cara kerja yang demikian hendak mengatakan bahwa pembagian terhadap Kehadiran tak pernah tegas dan total. Meskipun demikian, usaha ke arah itu tetap diupayakan demi suatu pemaknaan yang lebih baik. Inilah yang sering dinamakan tonggak-tonggak kehidupan.
Gigino Campidelli : Model Bagi Kaum Muda Masa Kini
Pius Campidelli menjawab “ya” bagi kehendak Allah dalam hidupnya, berusaha menempatkan Kabar Baik Yesus dalam praktek di mana ia berada dan di antara teman-temannya, memancarkan pengharapan terus-menerus dan kegembiraan dalam hidup, menghargai hubungan antara Gereja dan wakilnya, tanah air dan bangsanya yang tercinta.
Demikianlah alasan mengapa Gereja memutuskan untuk membeatifikasinya sekaligus menjadikannya model dalam Tahun Orang Muda Sedunia (International Year of Youth) 1985. St. Yohanes Paulus II, ketika masih menjadi paus waktu itu, menyatakan bahwa pencarian orang muda masa kini hampir tersembunyi di balik kehidupan yang sangat biasa dari Pius Campidelli.
Belajar Hidup Sederhana Dari Beato Dominikus Barberi
Dominikus Barberi adalah seorang pribadi yang sederhana dan saleh. Seorang yang sederhana dan saleh biasanya memiliki komitmen hidup yang kuat dan utuh. Dominikus berdiri di atas kedua fondasi itu. Dia menghidupi kedua dasar itu dan hal itu tampak dari hidup dan karya kerasulannya. Dominikus lahir di Viterbo, Italia Tengah, pada tanggal 22 Juni 1792, dari keluarga petani miskin. Ayahnya Giusppe Barberi seorang Italia tulen, ibunya Maria Antonia Pacelli adalah seorang wanita yang saleh (Marziali, 1988:3). Pada usia 11 tahun ayahnya meninggal dunia. Lalu ia dibesarkan di bawah asuhan ibunya. Ibu Maria Antonia berusaha keras mendidik anak-anaknya dalam ketakutan suci akan Allah, dalam hormat akan benda suci, dalam kebencian akan segala dosa dan terutama akan kebaktian kepada Bunda Maria. Ia selalu berdoa rosario bersama ibunya.
Provinsi “Maria Ratu Damai”: Buah Persilangan Pohon Misionaris “Mater Sanctae Spei” dan “Pietà”
Sejarah Kongregasi Pasionis Provinsi “Maria Ratu Damai” (REPAC) Indonesia boleh dikatakan unik. Unik karena merupakan hasil penyatuan atau buah persilangan antara dua Provinsi sebagai ibu, yaitu Provinsi “Mater Sanctae Spei” (SPE) – Belanda dan Provinsi “Maria SS. della Pietà” (PIETà) – Italia. Tulisan singkat ini akan memaparkan sejarah perjalanan, meskipun tidak lengkap, dari Misi Pasionis Provinsi SPE dan Provinsi PIETà yang masing-masing membentuk Vikariat Regional, kemudian penyatuan kedua Vikariat Regional tersebut hingga terbentuknya Provinsi REPAC Indonesia.
3 Hari Mencari Cinta
Kita telah memulai pekan terbaik di seluruh tahun liturgi. Berabad-abad yang lalu pekan ini disebut ‘Pekan Agung'. Sekarang kita menyebutnya 'Pekan Suci'. Kita berjalan dengan Yesus di setiap langkah-Nya di jalan ke Kalvari. Kita telah memulai hari ini dengan kemenangan-Nya memasuki Yerusalem. Di sana kita telah bergabung dengan orang banyak yang mengaku, menyambut, dan bertepuk tangan sebagai Juruselamat mereka. Kita melakukannya dengan antusiasme dan kegembiraan yang tak terbatas.