P.Avensius Rosis,CP

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

Website URL: http://www.gemapasionis.org  

Anak bungsu dalam cerita ini menolak ayahnya. Banyak orangtua mengalami bagaimana rasanya ditolak oleh anak-anak mereka. Ketika seorang anak laki-laki atau seorang anak perempuan memberontak melawan cinta orangtua, rasa sakit terlalu sulit untuk dilukiskan.

Dalam Injil hari ini kita bertemu dengan banyak orang yang mengawali perjalanan sebagai pecundang (pengangguran, yang terakhir) tetapi berakhir sebagai pemenang. Mereka adalah orang-orang yang timpang secara fisik, timpang emosional, timpang spiritual, dan yang lumpuh secara ekonomi. Mereka adalah anak-anak yang hilang, orang-orang terbuang, orang-orang yang terlantar dan orang-orang yang diabaikan atau dihindari. Pecundang akhirnya menjadi pemenang karena Yesus membuat pilihan yang jelas untuk mereka. Ia mau mengajarkan bahwa jalan Tuhan bukanlah jalan kita, bahwa Tuhan tidak bekerja dengan perhitungan matematika tetapi dari kepenuhan hati-Nya yang mengasihi.

Hal pertama yang kita dapat belajar tentang ayah dalam Injil Lukas 15:11-32 ini adalah bahwa dia memiliki kesabaran yang luar biasa. Ketika puteranya yang paling muda datang kepadanya, ia membuat sebuah permintaan yang sangat keji. Dia meminta harta warisan dari ayahnya saat ini juga.

Perumpamaan tentang anak yang hilang (dan juga domba yang hilang dan dirham yang hilang) mengungkapkan bahwa Tuhan adalah Bapa yang penuh kasih dan maha penyayang. Tuhan adalah Bapa yang percaya pada penyucian bukan pengecualian; yang memahami yang hilang, yang terakhir dan yang tidak berdaya; yang sangat tergila-gila pada orang-orang yang tidak sempurna, sehingga Dia terus berusaha untuk merangkul mereka ke dalam pelukan cinta-Nya. 

Hallo para pencinta Gemapasionis. Salam jumpa dalam kasih Tuhan. Kali ini Gemapasionis hadir dengan sebuah berita menarik mengenai karya misi khas Kongregasi Pasionis di Kalimantan Barat. Semoga berita ini menambah pengetahuan Anda semua tentang Kongregasi Pasionis dan menggerakkan Anda untuk mendoakan para Pasionis dan karya-karya Pasionis agar tetap bertumbuh di tengah berbagai tantangan zaman ini. Selamat menikmati!

Orang-orang yang perfeksionis memiliki keinginan besar untuk menyelesaikan banyak hal. Mereka menunjukkan perhatian yang luar biasa terhadap detail atau hal-hal kecil. Tetapi ada sebuah bayangan di samping hal itu. Mereka mungkin menjadi pecandu kerja, dan tidak dapat bersantai, tidak dapat berhenti dan berpikir, tidak dapat berhenti dan mendengarkan, tidak dapat berhenti dan berbicara, atau sekadar berhenti. Mereka ingin berprestasi tinggi, memiliki target yang besar, dan sering menuntut terlalu banyak dari orang lain. Mereka ingin orang lain menjadi seperti mereka, dan bahkan menekan orang lain untuk menyesuaikan diri dengan mereka. Dengan menjadi seperti ini, mereka sebenarnya telah menjadi musuh terburuk untuk diri mereka sendiri.

Injil hari ini berisi keluhan, sebuah keluhan serius. Hal ini ditujukan kepada kita, kepada Anda dan saya. Yesus mengatakan kepada kita bahwa firman Tuhan seringkali tidak berbuah, tidak produktif dalam hidup kita. Firman Tuhan sering diinjak-injak di bawah kaki, menjadi kering, tumbuh sesaat, atau tidak tumbuh sama sekali. Kita gagal melihat tanda-tanda kehadiran Firman yang Tuhan masukkan ke dalam kehidupan kita. Kita tidak melihat, mendengar, merasakan, menyentuh atau mengenali firman-firman itu. Karena firman-firman itu berlalu begitu saja dari kita, maka mereka tidak bisa membuat kita lebih baik.

Para guru spiritual, seperti antara lain Henri Nouwen dalam bukunya Walk with Jesus memberi kita pemahaman bahwa "tugas yang paling sulit adalah membawa salib kita sendiri, salib kesepian dan isolasi, salib penolakan yang kita alami, salib depresi dan penderitaan batin kita.” Kemudian ia menegaskan bahwa selama kita tidak dapat menerima dan membawa rasa sakit yang menjadi milik kita, kita mungkin menjadi seorang aktivis bahkan pembela kemanusiaan, tetapi kita belum menjadi pengikut Yesus.

Santo Paulus dari Salib, dalam buku hariannya pada tanggal 21 Desember 1720, menulis mengenai penderitaan dan salib kita : Saya ingin membuat semua orang mengerti rahmat besar yang Tuhan berikan dalam belaskasih-Nya saat Dia mengirim kita penderitaan, terutama penderitaan di ruang paling gelap tanpa cahaya. Sebab, sesungguhnya tanpa kita sadari, jiwa kita sedang dimurnikan seperti emas di dalam tungku.

Segenap Keluarga Besar Kongregasi Pasionis mengucapkan selamat jalan bagimu, saudara kami, P.Andreas Anselmus,CP. Kami berduka dan kehilangan dirimu, namun kami percaya Tuhan akan merangkulmu dengan tangan-Nya yang penuh kasih di surga.

Halaman 10 dari 22