P.Avensius Rosis,CP

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

Website URL: http://www.gemapasionis.org  

Berdamai Dengan Ruang Gelap Kehidupan

Kamis, 30 Maret 2017 19:17

Siapa yang bisa ingat kaki mana yang duluan menyentuh lantai pagi ini waktu turun dari tempat tidur? Siapa yang ingat berapa banyak orang yang dijumpai hari ini di jalan, di kantor, di sekolah, di pasar? Berapa kali tersenyum? Berapa kali mengeluh? Berapa kata telah diucapkan? Berapa kata sms telah dibaca? Berapa kalimat bbm telah dikirim?  Pertanyaan-pertanyaan itu mengawali retret tiga hari (10 – 13 Maret 2017) bersama Komunitas Tritunggal Mahakudus dan beberapa Keluarga Katolik Indonesia serta Timor Leste di “The Summit Adventure Park”, Trafalgar East, Melbourne, Victoria. Retret dengan tema “Menguak Misteri Alam Bawah Sadar” itu didampingi oleh P. Patrisius, CSE, Sr. Agata Maria, P.Karm, Sr. Lisa, P.Karm dan Sr. Rafaela, P.Karm.   

Kita melihat sesuatu seperti ini muncul dalam cerita indah tentang orang buta hari ini. Ada sesuatu yang lebih besar di dalam cerita ini darapada hanya sebuah mukjizat. Ini adalah kisah tentang iman. Orang yang dilahirkan buta adalah tokoh utama dalam cerita ini tetapi Yohanes menyampaikan cerita ini dengan cara yang unik untuk mengajak kita melihat sesuatu secara bijak. Yohanes melakukan itu dengan memperkenalkan beberapa karakter lain, yang masing-masing sedang menderita kebutaan rohani.

Ketika Yesus mengalami penderitaan berat pada saat menjelang kematian-Nya, Maria, ibu-Nya ada di antara mereka yang tetap setia kepada-Nya. Sebagian besar murid laki-laki telah melarikan diri, kecuali seseorang yang disebut Injil keempat sebagai "murid yang Ia cintai." Kita tidak dapat benar-benar yakin tentang identitas murid yang dikasihi ini, meskipun banyak penafsir yang meyakini bahwa murid itu adalah Yohanes, yang juga merupakan seorang yang berada di belakang penulisan Injil ini.

Ketika Yesus tergantung di kayu salib, Ia diejek oleh para pemimpin agama Yahudi, para prajurit Romawi dan sebagian besar rakyat yang menyaksikan peristiwa itu di Gogota. Salah seorang penjahat yang disalibkan bersama dengan Dia menambah jumlah cemoohan dan ejekan itu. Namun, penjahat yang lain merasakan bahwa Yesus sedang diperlakukan tidak adil. Ia menegor penjahat yang menghujat Yesus itu dan kemudian setelah berbicara bahwa Yesus tidak bersalah dan tidak layak dihukum, ia memohon dengan rendah hati, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (ayat 42).

Pada tahun 722 Sebelum Masehi (SM), tentara Asyur menyerang kerajaan Utara Israel dan mendeportasi banyak orang dari Samaria. Mereka membawa orang kafir dari berbagai negara ke Samaria. Pada waktu itu, sebagian besar orang Yahudi yang menetap di sana, menikah dengan orang-orang dari negara-negara asing itu. Dengan melakukan hal ini, mereka kehilangan kemurnian ras mereka dan orang-orang Yahudi lain menganggap hal ini sebagai dosa, sehingga mereka memperlakukan orang Samaria sebagai orang buangan atau orang asing.

Yesus Kristus, Tuhan kita mati di kayu salib untuk menebus kita dan menyelamatkan kita dari hukuman akibat dosa-dosa kita. Seperti yang tercatat dalam Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, Yesus diejek, dicemooh dan disiksa di gedung pengadilan. Ia membawa salib-Nya melewati Via Dolorosa di Yerusalem ke Kalvari, dipaku di kayu Salib dan tergantung di antara dua penjahat. Ia mengalami penderitaan yang tak terlukiskan sampai akhir. Gereja Katolik secara khusus mengenang peristiwa itu pada hari Jumat Agung dan selama Pekan Suci. Renungan tentang penderitaan Yesus juga terus bergema selama masa Prapaskah. Satu dari banyak peristiwa dalam hidup Yesus yang dapat kita renungkan dalam masa prapaskah ini sebagai persiapan kita menyosong pekan suci adalah Tujuh Kata-Kata (Sabda) Yesus di kayu salib.

Lukisan Gadis Kecil dengan Balon Merah Berbentuk Hati di atas adalah karya seorang seniman grafiti jalanan terkenal di dunia bernama Banksy. Identitas Banksy masih belum diketahui dengan pasti. Tidak ada yang tahu banyak tentang kehidupannya tetapi banyak orang percaya bahwa nama aslinya adalah Robin Gunningham atau Robin Banks dan bahwa ia lahir pada tahun 1973 di dekat Bristol, South West England. Karya seni Bansky mengambil inspirasi dari apa saja yang ia temukan di jalan-jalan seperti tanda-tanda jalan dan objek lain untuk  mengkomunikasikan pesan penting seperti kritikan terhadap situasi politik, kapitalisme, kemunafikan, keserakahan, perang dan berbagai kondisi kehidupan sosial.

Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan, dia dipimpin oleh Roh Allah untuk menyendiri ke padang gurun Yudea. Padang gurun yang luas itu sangat berbahaya karena akan ada panas terik di siang hari dan dingin yang ekstrim di malam hari, bahaya dari binatang buas dan kalajengking, kekurangan dan kelangkaan makanan dan air.  Mengapa Yesus memilih tempat tandus, tempat sepi untuk masa doa dan puasa yang panjang itu? Matius, Markus, dan Lukas memberitahu kita bahwa Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Markus menyatakan hal itu dengan tegas : "Roh segera membawa Yesus ke padang gurun" (Markus 1:12). Itu berarti bahwa kehendak Allah-lah yang membawa Yesus ke tempat itu. 

Salam passion dan salam persaudaraan buat sahabat-sahabatku, para pencinta Kristus Tersalib!
Dengan penuh rasa syukur, hari ini saya ingin membagikan sebuah refleksi sebagai bekal tambahan bagi kita dalam menjalani masa prapaskah, masa puasa, masa tobat, masa doa, masa amal dan masa retret agung.  Refleksi ini terdiri atas dua bagian, pertama,  tentang makna hari rabu abu, yang bermaksud menambah pengertian kita tentang hari yang istimewa dalam kalender liturgi kita ini; kedua, merenungkan makna hari rabu abu sebagai pembuka masa retret agung Prapaskah, yang membantu mengarahkan kita untuk memahami hal-hal dasar yang harus kita isi selama masa ini. Semoga dapat menginspirasi kita untuk lebih memahami dan menghargai kebaikan Tuhan yang senantiasa mengasihi kita dan selalu memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Selamat menikmati!

Kemarin dan hari ini (Sabtu, 25 Februari s.d Minggu, 26 Februari 2017) saya menemani Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) Indonesia di Melbourne, Australia dalam sebuah Seminar Hidup Baru (SHB) yang begitu indah. Materi-materi refleksi yang disampaikan oleh tim SHB mengarahkan para peserta untuk pertama, mengalami kasih Allah yang tak terbatas dalam hidup kita; kedua, mengalami kasih Allah dalam diri Yesus Kristus, Putera-Nya yang datang ke dunia untuk menyelamatkan kita melalui sengsara dan wafat-Nya; ketiga, mengalami kasih Allah yang mengutus Roh Kudus yang mememberikan karunia hidup baru kepada kita untuk senantiasa bertumbuh dalam roh dan kebenaran. Refleksi-refleksi itu kemudian mengarahkan para peserta untuk percaya pada Tuhan, tidak kuatir akan hidup ini, mau mengandalkan Tuhan, mau dipimpin dan dibimbing oleh Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari.

Halaman 14 dari 22