P.Avensius Rosis,CP

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

Website URL: http://www.gemapasionis.org  

Para murid adalah saksi mata dari kebangkitan Yesus dan hal ini menjadi alasan yang memberanikan mereka untuk bersaksi dari waktu ke waktu. Penampakkkan Yesus adalah bukti langsung dan nyata bagi para murid serta menjadi argumen yang kuat mengenai kebangkitan Kristus. Para murid tahu dan percaya bahwa Yesus telah bangkit karena mereka melihat-Nya dengan mata mereka sendiri. Ini adalah pengalaman pribadi dan kelompok yang tidak dapat disangkal oleh pihak mana pun.

Malam ini menjadi satu perayaan liturgi yang paling kompleks dalam tahun liturgi Gereja kita, keheningan makam membuka jalan bagi suka cita Paskah. Ada alunan panjang bacaan indah yang diambil dari Perjanjian Lama, dimulai dengan kisah tentang Tuhan menciptakan alam semesta. Alkitab menegaskan dari halaman yang paling pertama bahwa penciptaan dunia adalah karya kasih Allah, dengan menampilkan keindahan dan keharmonisan semua ciptaan itu. Puncak karya cinta Allah adalah manusia, pria dan wanita - makhluk berbentuk “gambar” dan “rupa” Allah sendiri. Jadi, kita, manusia sungguh luar biasa; kita “seperti Allah” - mampu menanggapi sapaan Allah, mampu untuk mencintai seperti Allah mencintai.

Paus Fransiskus membuka secara resmi Tahun Kerahiman Ilahi bulan Desember 2015 lalu dengan kata-kata ini : “Yesus adalah Wajah Manusia dari Allah Yang Murah Hati.” Kata-kata ini juga meringkas misteri iman Kristen. Kebenaran Kristen yang paling mendasar terungkap secara jelas pada diri  Yesus yang memberikan hidup-Nya demi cinta dan kasih sayang-Nya kepada kita. Ini adalah pesan utama dari Injil Yohanes : Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia mengirim anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, bukan untuk menghakimi dunia melainkan supaya dunia selamat melalui Dia” (Bdk. Yohanes 3: 16-17).

Kita sekarang masuk ke dalam “Triduum,” perayaan tiga hari yang penuh makna dari kematian dan kebangkitan Yesus yang telah menjadi tujuan perjalanan kita selama Prapaskah.  Injil untuk hari ini diambil dari Injil Yohanes 13:1-15 tentang Paskah terakhir, yang menggambarkan tanda dari kemurahan dan kasih sayang Yesus kepada kita saat ia mencuci kaki murid-murid-Nya. Jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab, Aku telah memberikan satu teladan kepadamu, supaya kamu juga berbuat seperti yang Kuperbuat kepadamu.”

Awan gelap Sengsara Yesus semakin mendekat. Injil yang kita dengarkan hari ini seperti Injil hari kemarin, membawa kita sekali lagi pada Perjamuan Terakhir, namun hari ini kita mengalami hal itu dalam perspektif Injil Matius. Ini akan menjadi Paskah terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya. Paskah Yahudi adalah hari suci di mana mereka memperingati pembebasan mereka dari perbudakan di Mesir dan membawa harapan mereka untuk masa depan. Sekali lagi Injil mencatat bahwa Yesus “sangat sedih” karena ia tahu bahwa murid-murid-Nya akan meninggalkan Dia pada saat Ia membutuhkan kehadiran mereka dan karena salah satu dari mereka akan mengkhianati-Nya.

Kabut gelap Sengsara Yesus semakin mendekat. Injil untuk liturgi hari ini diambil dari Injil Yohanes yang menggambarkan suasa perjamuan Paskah Yesus bersama murid-murid-Nya. Yesus “sangat sedih” karena Ia tahu bahwa Yudas, salah seorang murid yang dipilih-Nya, akan mengkhianati Dia, dan bahwa Petrus, salah seorang murid yang Ia panggil pertama kali, akan menyangkal-Nya dan bahkan bersumpah bahwa ia tidak mengenal Yesus.

Refleksi Hari Senin Dalam Pekan Suci

Minggu, 09 April 2017 22:46

Injil hari Senin Pekan Suci ini diambil dari Injil Yohanes 12: 1-11 yang menyampaikan kepada kita kisah menarik tentang pengurapan Yesus oleh Maria di Betania. Enam hari sebelum hari raya Paskah, Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk pergi makan malam di rumah sahabat-sahabat-Nya tercinta Lazarus, Maria dan Marta. Ketika mereka sedang makan, Maria mengambil sebotol minyak yang sangat mahal dan mengurapi kaki Yesus dan mengeringkannya dengan rambutnya, sebagai tanda cintanya yang mendalam kepada Sang Guru dan Sahabatnya. Aroma minyak semerbak memenuhi rumah itu.

Selamat Memasuki Pekan Cinta

Minggu, 09 April 2017 09:51

Paus Fransiskus membuka secara resmi Tahun Kerahiman Ilahi 8 Desember 2015 lalu dengan kata-kata ini : “Yesus adalah Wajah Manusia dari Allah Yang Murah Hati.” Kata-kata ini juga meringkas misteri iman Kristen. Kebenaran Kristen yang paling mendasar terungkap secara jelas pada diri  Yesus yang memberikan hidup-Nya demi cinta dan kasih sayang-Nya kepada kita. Ini adalah pesan utama dari Injil Yohanes : Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia mengirim anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, bukan untuk menghakimi dunia melainkan supaya dunia selamat melalui Dia” (Bdk. Yohanes 3: 16-17).

Ketika rasa sakit semakin berat dan  kematian semakin mendekat, dalam sakrat maut yang penuh derita Yesus berseru, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46). Yesus menggemakan Mazmur 22, yang berbunyi: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang” (ay. 1-2).

Yesus menangis dengan penuh kesedihan atas kematian teman-Nya, Lazarus. Dia tidak menyembunyikan air mata-Nya. Tetapi kemudian sebagai Guru kehidupan dan kematian, 'kebangkitan dan hidup', Ia berseru dengan suara keras : Geserlah batu itu ..., Lazarus...marilah… keluar ..., bukalah kain-kain penutup tubuh Lazarus yang terikat itu, dan biarkan dia pergi bebas.'

Halaman 13 dari 22