Injil pada hari kemarin berakhir dengan perkataan Yesus, “Roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Terhadap perkataan Yesus tersebut, orang-orang Yahudi berdebat di antara mereka dan berkata, “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” Bagi kita saat ini mungkin tidak sulit untuk memahami kata-kata Yesus tersebut, karena pikiran kita langsung tertuju pada Perayaan Ekaristi. Kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus dalam Perayaan Ekaristi. Tetapi, bagaimana dengan orang-orang Yahudi saat itu? Bukankah saat itu belum ada Perayaan Ekaristi seperti yang kita alami saat ini? Tentu ada kesulitan besar bagi mereka untuk memahami kata-kata Yesus tentang pemberian daging-Nya sendiri.
Sesungguhnya kesulitan itu mereka munculkan sendiri sejak awal pengajaran Yesus tentang roti hidup. Mereka hanya berpikir tentang diri mereka sendiri dan tidak sungguh-sungguh melihat apa yang diperbuat Yesus. Mereka tidak mau menerima dan mendengarkan pengajaran Yesus sejak awal. Karena itu, ketika berhadapan dengan misteri ilahi yang disibakkan oleh Yesus, mereka justru semakin terperosok dalam kegelapan. Dari tidak mau mendengar, mereka bergerak menuju “tidak mau percaya” dan terus melangkah pada “bersungut-sungut” dan “berbantah-bantah” selama pengajaran Yesus.
Seandainya mereka melihat mukjizat penggandaan roti itu sebagai tanda, dan kemudian percaya bahwa Yesus adalah utusan Allah, maka mereka akan melihat misteri ilahi yang lebih besar dan agung, yang dinyatakan Yesus kepada mereka. Yesus bukan hanya mampu memperbanyak roti, tetapi Dia sendirilah roti hidup yang telah turun dari sorga dan memberi hidup kekal. Dan roti yang diberikan itu ialah daging-Nya sendiri. Yesus berkata, “Sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.”
Sungguh agung dan mahaindah misteri yang Yesus nyatakan. Seakan-akan Ia hendak berkata, “Aku datang dari surga untuk memberimu hidup kekal, supaya kamu tidak binasa. Bahkan untuk itu, Aku memberikan diri-Ku seutuhnya, daging dan darah-Ku. Aku mengurbankan diri-Ku sendiri untuk keselamatanmu. Percayalah kepada-Ku, tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Dengan demikian, kamu bersama-Ku dan selamat.” Sungguh suatu cinta yang teramat besar. Mereka yang menerima dan mendengar perkataan Yesus, pada akhirnya melihat betapa besarnya cinta yang Yesus nyatakan dalam pengajaran-Nya. Yesus bahkan tidak segan-segan memberikan diri-Nya untuk keselamatan manusia. Dan para murid Yesus akan melihat cinta itu secara nyata dan total dalam peristiwa salib Yesus. Ia benar-benar memberikan daging dan darah-Nya untuk keselamatan manusia.
Kita, secara perlahan pun, memahami dan mengerti arti kata-kata Yesus tentang Roti Hidup. Ketika kita mendengar kata-kata, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”, kita tidak hanya sekadar teringat akan peristiwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus dalam setiap Perayaan Ekaristi, tetapi terpusat secara utuh pada cinta Yesus yang teramat besar dan dalam bagi kita.
Salam Passion.
“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”