Spiritualitas Santo Paulus dari Salib adalah dasar bagi semangat hidup Kongregasi Pasionis. Ia mengundang semua orang, terutama para pengikutnya untuk menempatkan dalam hati dan hidup kenangan akan kasih Allah kepada umat manusia yang dinyatakan dalam sengsara Yesus Kristus. Santo Paulus dari Salib mengajak kita untuk memelihara kenangan ini melalui berbagai keutamaan dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut lima dari keutamaan-keutamaan penting yang dia ajarkan kepada para pasionis dan umat beriman: pasrah kepada kehendak Allah, bertekun dalam doa, bersimpuh di kaki salib, Rendah hati dan menjadi seperti Yesus.
-
Pasrah pada Kehendak Allah
- Kesempurnaan terbesar jiwa terletak pada kepasrahan total dalam tangan Sang Kebaikan Tertinggi. Kepasrahan ini menuntut sebuah kebesaran hati untuk menerima kehendak ilahi dalam segala peristiwa hidup.
- Rendahkanlah dirimu ketika engkau merasa telah menerima rahmat dari Allah. Terkadang rahmat itu tampaknya dianugerahkan kepada kita berkat doa-doa kita, padahal hamba-hamba Allah lainlah yang berdoa untuk itu. Oh, betapa banyaknya orang yang tampaknya kuat seperti kayu aras Libanon, ternyata jatuh di kemudian hari! Sebutir kesombongan saja sanggup meruntuhkan segunung kekudusan. Oleh karena itu, janganlah menonjolkan diri dan tinggallah dalam kesunyian bersama Hati Yesus Yang Mahakudus. Di sana engkau akan bebas dari segala kejahatan.’
- Cara terbaik untuk menghindari tipu daya yakni merendahkan diri dengan sangat, tidak menaruh kepercayaan pada diri sendiri, mengenal ketiadaan diri, meniadakan diri di hadapan Allah dan berserah diri penuh kepercayaan sebagai putera dan puteri, ke dalam Tangan-NYA.
- Jangan terlalu mempedulikan besar kecilnya penderitaanmu, bahkan jangan pula menginginkannya, namun cintailah saja kehendak ilahi dalam penderitaan itu, tanpa merenungkan hal-hal lain.
-
Bertekun dalam Doa
- Begitu istimewa dan kudus memikirkan Sengsara Juru Selamat dan merenungkannya dalam doa. Inilah sarana untuk mencapai persatuan dengan Allah. Namun jiwa tak pernah sanggup berinisiatif, oleh karena itu kita perlu mengikuti dorongan Roh Kudus serta membiarkan diri dibimbing menurut kehendak-
- Jika engkau tidak bisa merenungkan hal lain selain Hidup, Sengsara dan Wafat Sang Juru Selamat, lanjutkanlah hal itu dengan berkat Tuhan, karena dalam Sekolah Kudus inilah kita belajar kebijaksanaan sejati, dan di sekolah inilah para kudus telah belajar.
- Terkadang terjadi bahwa orang berada dalam suatu kondisi jiwa tertentu sedemikian rupa sehingga tak mampu lagi melakukan apapun: tak mampu lagi bermeditasi, mengalami kegelapan jiwa yang begitu dahsyat, pelanturan dan rasa muak, sehingga timbul keinginan untuk melarikan diri dari situasi semacam itu. Tinggallah dengan lembut dalam hadirat Allah, hidupkanlah kembali iman tanpa paksaan akal budi dan hati, seraya percaya dengan teguh bahwa Allah yang engkau cintai tinggal seluruhnya dalam dirimu, di luar dirimu, dalam hatimu, dalam jiwamu, dalam tubuhmu, di mana-mana. Demikianlah, tenggelam dalam Samudera Luas CintaNya, terpusat, dengan iman mendalam dan hormat yang besar, berbicaralah dalam roh kepada Allahmu, tentang apa yang sedang engkau renungkan, misalnya: “Oh, Tuhanku yang manis, Yesus terkasih, siksaan mana yang tak Kaualami pada saat Engkau didera? Dan mengapa hatiku tetap tak merasa tersentuh?”
- Percakapan ini harus dilakukan dengan kelembutan jiwa yang mendalam, dan jika karenanya engkau merasa bahwa hatimu dipenuhi belas kasihan, damai ataupun perasaan-perasaan lain, yang barangkali Allah kehendaki, berhentilah dalam keadaan seperti itu, seluruhnya terpusat pada Allah laksana lebah di atas bunga, dan hisaplah madu cinta suci dalam keheningan penuh rasa bakti.
- ‘Jangan gelisah karena kekeringan yang engkau alami dalam doa, juga karena pelanturan yang terjadi tanpa adanya unsur kesengajaan. Melalui cara inilah Allah memurnikan hati, sehingga ia lebih siap bersatu secara sempurna dengan Sang Kebaikan Tertinggi. Pada kesempatan-kesempaan semacam ini hidupkanlah kembali imanmu, bayangkanlah dirimu hadir di Kalvari dan arahkanlah segenap pikiran dan pandangan cintamu kepada Yesus Tersalib.’
- Ketika engkau mengalami godaan, pergilah menyepi ke Kalvari dan berlindunglah dalam Lambung Tersuci Yesus, kemudian ejeklah setan. Lebih-lebih janganlah meninggalkan doa, bahkan ketika engkau harus menanggung derita api neraka. Lakukanlah segala tindakanmu dengan niat murni, demi cinta kepada Allah, dan biarlah setan berteriak sebanyak ia kehendaki.
- Bersimpuh di Kaki Salib
- Saya merasa gembira karena Allah melepaskanmu dari segala kepuasan supaya engkau belajar melayani-Nya dengan penuh kemurnian niat. Oh, betapa baiklah tinggal pada salib bersama Yesus tanpa melihat-Nya dan tanpa bersuka karenanya. Inilah jalan paling singkat untuk mencapai kematian yang bahagia terhadap segala ciptaan dan untuk menyatukan diri dengan segenap kemurnian dengan Sang Kebaikan yang ‘tak diciptakan’ dan yang mulia. Ketika jiwa berada dalam keadaan berkekurangan seperti ini, tak perlu melakukan hal lain selain menghidupkan iman akan hadirat Allah dan tetap berpasrah kepada-Nya, dalam Samudera Luas Cinta-Nya, tanpa mencari kesenangan diri, melainkan mencari apa yang menjadi kehendak-NYA
- Dalam Komuni Kudus, janganlah engkau mencari rasa manis tertentu, bahkan pada langit-langit mulutmu. Oh, betapa banyak tipu daya terdapat di dalamnya! Rasa Yesus Ekaristi tak bisa dinikmati dengan mulut jasmani, melainkan dengan langit-langit iman dan jiwa. Cara terbaik mengecap Yesus ialah dengan membenamkan seluruh diri kita di dalam Dia, mengubah diri dalam Dia demi cinta, sehingga seluruh diri kita diilahikan. Karya ini dikerjakan oleh Sang Juru Selamat dalam diri kita , akan tetapi juga membutuhkan kerja sama kita, melalui latihan keutamaan-keutamaan suci.
- Mengenai penyakit badani, percayakanlah dirimu sepenuhnya dan patuhilah dokter. Ungkapkanlah kepadanya rasa sakitmu dengan kata-kata sederhana. Jangan menolak obat yang diberikannya, melainkan terimalah dalam piala cinta Yesus, dengan wajah tenang dan lembut. Berterima kasihlah kepada yang merawatmu, patuhilah dia dan minumlah obat yang diberikannya kepadamu. Pendek kata, jadilah seperti anak kecil yang mempercayakan diri dalam segala hal ke dalam tangan dan dada ibunya. Beristirahatlah di ranjangmu seperti di atas salib.
- Oh, betapa indahnya keutamaan yang dapat dihayati selama sakit! Terutama cinta akan penghinaan diri, rasa syukur, kelembutan hati terhadap mereka yang merawatmu, ketaatan penuh kepada dokter dan perawat, selalu dengan wajah riang. Oleh karena itu beristirahatlah dalam Hati Termanis Sang Kebaikan Tertinggi.
- Berbahagialah mereka yang rela disalibkan bersama Yesus. Berbahagialah mereka yang setia menanggung segala derita demi cinta kepada Yesus. Betapa besar harta yang diperoleh orang yang mengalami kekeringan dan tanpa penghiburan dalam doa. Kita perlu menderita pencobaan yang datang dari Allah. Betapa malangnya mereka yang, ketika mengalami pencobaan, meninggalkan perjuangan yang telah dimulai, karena jatuh dalam kejahatan.
-
Rendah Hati
- Bersikaplah rendah hati, namun hayatilah kerendahan hati sejati yang menjadikan jiwa sahabat penghinaan diri dan kepatuhan kepada semua.
- Hidup yang paling berkenan kepada Allah yakni kepasrahan pada kehendak suci- Sering Allah menganugerahkan kepada kita keinginan untuk melakukan hal-hal besar, namun Ia tidak menghendaki agar kita yang melakukannya. Sering terjadi juga bahwa kita memohon sebuah rahmat dan Allah menganugerahkannya kepada kita dengan cara lain, karena hal ini akan lebih menjamin kesejahteraan kita. Godaan teratasi oleh kerendahan hati dan ketakutan suci akan Allah. Setan takut dengan orang-orang rendah hati yang tidak menaruh kepercayaan pada dirinya sendiri. Setan takut dan menjauhi mereka.
- Menjadi Seperti Yesus
- Seperti Yesus terkasih menghendaki agar Hidup-Nya yang kudus di dunia dilalui-Nya di tengah-tengah penderitaan, kesulitan, perjuangan, kegelisahan, penghinaan, pengkhianatan, duka cita, cambuk, paku, duri hingga kematian terpahit di salib, demikian juga bagi mereka yang dekat pada- Mereka pun harus menghayati hidup di tengah-tengah penderitaan. Oh, Allah Yang Mahabesar, bagaimanakah nantinya hati kami ketika berenang dalam Laut Kemanisan tiada batas itu? Bagaimanakah ketika di Surga nanti kami seluruhnya diubah dalam Allah karena cinta dan memperoleh ganjaran tak terbatas yang datang dari Allah kami? Bagaimanakah nantinya ketika, dalam keabadian, kami menyanyikan kerahiman ilahi, kemenangan Anak Domba tak bercacat dan Bunda kami, Sang Perawan Maria Tersuci? Bagaimanakah nantinya ketika kami menyanyikan tiada henti: Sanctus, sanctus, sanctus? Ketika bersama para kudus kami menyanyikan madah manis Alleluia surgawi? Bagaimanakah nantinya hati dan roh kami ketika bersatu dengan Allah seperti api bersatu dengan besi panas membara yang, tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai besi, seolah-olah seluruhnya api? Marilah, cintailah Allah, jadilah kecil, dan Allah akan menjadikan kita besar.